Rainforest World Music Festival 2014: Hari Kedua dengan Goyangan Afrika
Author:editorTembi / Date:02-07-2014 / Grup musik asal Afrika, Dademba yang membawakan jenis musik menghentak khas Afrika, menutup pertunjukan hari kedua festival yang menjadi barometer musik tradisional dunia ini.
Dakha Brakha menjadi penampil favorit malam itu
Rainforest World Music Festival yang diadakan di Sarawak Cultural Village ini secara lokasi sangat menarik. Tempat ini sering dikatakan museum hidup ini berlokasi di bawah kaki gunung, Santubong atau 32 km dari Kota Kuching.
Kampung budaya yang ada di atas lahan 6,8 hektar ini menjadi destinasi wisata. Ada kurang lebih 150 orang yang tinggal di desa ini dan melakukan kegiatan tradisional dalam kesehariannya. Selama festival rumah-rumah yang ada di kampung ini dijadikan tempat workshop, dan penginapan. Jadi selain mendapatkan berbagai informasi mengenai instrumen dan kebudayaan dari seluruh dunia, nilai tambahnya penonton bisa melihat keindahan dan keunikan dari tiap rumah yang ada.
Selama tiga hari berturut-turut, (20 – 22 Juni 2014) sejak pukul dua siang agenda yang disediakan cukup padat. Di Theatre Stage SCV Auditorium sejak pukul dua ada penampilan dari Ding Yi Music Company dari Singapura. Setelah istirahat 30 menit, disambung penampilan dari Stephan Micus yang membawa instrumen tiup dari beberapa negara.
Menarik melihat lelaki paruh baya bernama Stephan Micus memainkan instrumen tiup. Musisi sekaligus komposer asal Jerman ini sangat dipengaruhi instrumen tradisional, terutama musik Jepang, India, dan Amerika Selatan.
Tari Zapin Dari Yayasan Warisan Johor Malaysia
Satu persatu komposisi yang ia buat sendiri dimainkan di atas panggung. Tiap alat tiup yang ia bawakan membawa 1 komposisi. Alat tiupnya antara lain, Shakuhachi, yang berasal dari Jepang dengan lima lubang tanpa corong untuk meniup.
Shakuhachi menurut Stephan biasa digunakan untuk meditasi biarawan. Ia juga membawa Tin Whistle, alat tiup logam dari Irlandia, dan lainnya. Tiap alat tiup yang ia bawakan mengeluarkan suara yang unik dan memiliki karakter masing-masing. Selama 45 menit penonton seperti dibuai oleh komposisi-komposisi mellow milik Stephan.
Sementara itu untuk workshop bersama musisi diadakan di rumah-rumah penduduk, antara lain Iban Longhouse, Malay House dan Dewan Lagenda. Karena tiap rumah waktu workshop-nya bersamaan, kita bebas memilih mengikut workshop yang mana, di hari kedua. Ada demonstrasi interaktif mengenai ‘clogging’ tarian rakyat dimana alas kaki si penari digunakan untuk memukul ke lantai sehingga menciptakan irama perkusi. Workshop ini diajar langung oleh pakarnya Gordie Mackeeman & The Rhytem Boys dari Kanada.
Di Tempat lain, ada workshop tari tradisional Tanzania oleh Jagwa Music yang berasal dari Afrika Timur. Sementara sebagai tuan rumah, Malaysia membagi ilmu mengenai tarian Dikir Barat. Workshop dari musisi lain juga berjalan bersamaan hingga pukul lima sore.
Keramaian Festival Rainforest 2014
Tepat pukul 19.30, panggung pertunjukan utama, lembah yang disulap menjadi panggung musik, Tree Stage dan Jungle Stage yang ada di belakang, tepat ditengah hutan dikelilingi pepohonan pun dimulai. Sejak pukul 19.00 penonton yang hadir dari berbagai negara sudah memenuhi sisi panggung. Kurang lebih 10.000 orang menunggu penampilan dari para musisi malam itu.
Dakha Brakha, dari Ukraina membuka pertunjukan. Kelompok kuartet dari Kyiv, Ukraina ini bereksperimen dengan musik rakyatnya. Digawangi Marko Halanevych (vokal, perkusi, accordion), Iryna Kovalenko (vokal, perkusi, piano), Olena Tsibulska (vokal, perkusi), and Nina Garenetska (vokal, cello, perkusi). Keempatnya memiliki suara yang indah dan unik.
Teknik permainan instrumen akordion, perkusi, cello dari masing-masing personil membuat penonton terkagum-kagum, ditambah kostum mereka yang beda dari penampil lain. Tiga personil wanita mengenakan gaun putih panjang dengan topi yang terbuat dari wol hitam memanjang. Meski sebagian besar karyanya berbahasa Ukraina, karena musiknya yang asik, penonton tak henti bergoyang sampai akhir penampilan mereka.
Tanpa jeda, Yayasan Warisan Johor Malaysia kembali mengajak penonton bergoyang. Rombongan musisi dari kelompok musik lengkap dengan penari zapin mengajak penonton ikut menari bersama penari Zapin yang lincah dan bersemangat diringi musik gambus, biola, drum tradisional dan lainnya.
Suasana workshop di Rumah Iban Serawak
Semakin larut, Jamie Smith asal Wales, negara bagian Britania Raya, tampil dengan musik klasik inggrisnya. Permain accordion sangat mendominasi kelompok musik ini. Ada musik yang membuat suasana sangat romantis, namun tak sedikit karya yang dibawakan penuh keriangan dan semangat.
Terakhir grup musik asal Afrika, Dademba yang membawakan jenis musik menghentak khas Afrika, menutup pertunjukan hari kedua festival yang menjadi barometer musik tradisional dunia ini. Malam yang semakin panas dan menyenangkan itu ditutup goyangan getar ala Afrika dari Dademba.
Naskah dan foto: Natalia S
Berita budayaLatest News
- 05-07-14
Pulung Gantung. Meny
Judul : Pulung Gantung. Menyingkap Tragedi Bunuh Diri di Gunungkidul Penulis : Darmaningtyas Penerbit : Salwa, 2002, Yogyakarta... more » - 05-07-14
Orang Wuku Marakeh S
Dewa yang menaungi Wuku Marakeh adalah Batara Surenggana, yang tajam ingatannya, berani menghadapi kesulitan. Ia ramah dalam pergaulan. Bencana... more » - 05-07-14
Bangunan Antik Berga
Bangunan bergaya Gothic yang sering disangkakan sebagai gereja itu kosong alias tidak dihuni. Untuk dapat memasuki rumah unik ini juga tidak mungkin... more » - 05-07-14
Kisah Dewi Amba Dipe
Kali ini, ruang Sangkring yang biasanya untuk pameran karya seni rupa, digunakan untuk pentas Dramatic Reading dengan lakon ‘Dewi Amba’. Pentas tidak... more » - 04-07-14
Mangan Kanggo Urip O
Pada intinya kebutuhan makan memang digunakan untuk menyelenggarakan hidup atau kehidupan. Tapi, makan bukan tujuan utama dari hidup. Makan merupakan... more » - 04-07-14
Taman Seni Rupa dari
Ruang pameran Artjog 2014 di Taman Budaya Yogyakarta, laiknya seperti tempat wisata, dimana setiap orang yang berkunjung mengabadikan diri dengan... more » - 04-07-14
Konser Musik Warna-W
Kali ini Fombi menggandeng pemusik-pemusik muda belia (usia SD-SMP) yang tergabung dalam AMARI (Ansambel Anak dan Remaja) Yogya untuk berkiprah.... more » - 03-07-14
Serat Jayengbaya
Judul : Serat Jayengbaya Penulis : R.Ng. Ranggawarsita Alih aksara dan bahasa : L. Mardiwarsito Penerbit : Balai Pustaka, 1988,... more » - 03-07-14
Rainforest World Mus
Gelaran Rainforest World Music Festival 2014 (RWMF) yang berlangsung di Sarawak Cultural Village pada tanggal 20-22 Juni menghadirkan banyak musisi... more » - 03-07-14
Rainforest World Mus
Dalam waktu singkat, panggung menjadi sangat semarak. Sesi penutup ini sekaligus menjadi salam perpisahan RWMF 2014. Sebuah momen yang mengharukan... more »