Menikmati Puisi Di bawah Pepohonan
Author:editorTembi / Date:01-10-2014 / Di bawah pepohonan, di Dusun Candi, Pakunden, Ngluwar, Magelang, puisi mengalir seperti air bah. Acara ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’, pada Minggu, 28 September 2014 itu dihadiri para penyair dari Yogya, Tegal, Magelang dan Purwokerto, Tulungagung, Semarang, Kudus.
Yayan Gusriyan
Di bawah pepohonan, di Dusun Candi, Pakunden, Ngluwar, Magelang, puisi mengalir seperti air bah. Acara ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’, pada Minggu, 28 September 2014 itu dihadiri para penyair dari Yogya, Tegal, Magelang dan Purwokerto, Tulungagung, Semarang, Kudus.
Panggung disediakan sangat sederhana dengan dekorasi yang juga sangat sederhana. Ada sebuah tulisan ‘Badai Puisi’ dengan bahan pelepah pisang dan ditempelkan pada tangga yang terbuat dari bambu. Karena acara diselenggarakan siang hari, selama sekitar 5 jam, tak perlu ada tata lampu. Justru panas matahari dan semilir angin merupakan perpaduan tata lampu dan ac alami.
Pertunjukan memang tidak hanya diisi membaca puisi, namun ada juga pantomim yang dimainkan seorang anak, Yayan Gusriyan. Ia memainkan pantomim berjudul “Kebersihan Pangkal Kesehatan”. Khas layaknya pantomimer, mukanya dirias warna putih, dengan kostum warna hitam bergaris-garis putih, kepalanya mengenakan kerpus (topi bayi). Penampilannya menarik dan menghadirkan rasa lucu, sehingga hadirin tak bisa menahan tawa.
Kelompok musik Borneo
Ada juga pertunjukan musik yang memadukan musik dan puisi, sekaligus mengolah puisi menjadi lagu dengan menampilkan dua group Borneo dan Sanggar Lincak, keduanya dari Yogya. Antara membaca puisi dan menyajikan lagu puisi saling selang seling, sehingga memberikan nuansa tersendri pada pertunjukan.
Penampilan kelompok musik dari Magelang, yang di Yogya dikenal dengan kelompok ‘Adakalanya’, menyajikan musik dan obrolan. Keduanya tak dipisahkan. Sebelum bermain musik beberapa pemain ngobrol untuk menyampaikan lagu sekaligus, seolah, mencoba alat musiknya. Bukan karena mereka tidak persiapan, justru penampilannnya memadukan antara latihan dan pentas.
Karena itu, pada penampilan ‘Adakalanya’ di tengah permainan bisa tiba-tiba berhenti, hanya karena syairnya lupa, atau salah memukul nada dan meminta diulangi lagi dari awal. Mereka melakukannya dengan santai, karena memang penampilannya antara serius dan main-main dipadukan. Inilah kekuatan dari kelompok musik ‘Adakalanya’.
Para penyair yang tampil, selain membaca puisi, ada juga yang menyajikan geguritan (puisi Jawa), seperti ditampilkan oleh Triman Laksana, penyair dari Magelang.
“Saya menulis dalam dua jenis karya sastra ialah puisi dan geguritan. Karena sudah banyak puisi dibacakan, saya akan membacakan geguritan,” kata Triman Laksana sebelum memulai membaca geguritan karyanya.
Dari kota Tegal, tampil membaca puisi diantaranya Bontot Sukandar dan dari Purworejo, tampil Sumanang Tirtasudjana. Dari Magelang beberapa diantaranya Amin Wahyuni, Wicahyati Rejeki, Bambang Eka dan sejumlah nama lainnya. Penyair dari Yogya, Agus Ania, Budhi Wiryawan, Slamet Riyadi Sabrawi, Tegoeh Ranusastro Asmara dan sejumlah nama lain. Dari Tulungagung, Ardi Susanti.
Bontot Sukandar
Pertunjukan yang diberi tajuk ‘Badai Puisi di Dusun Candi’ ini memberikan tanda bahwa pembacaan puisi tidak harus selalu di panggung, menggunakan gedung formal, dan membuat jarak dalam pergaulan, tetapi justru di ruang terbuka, di bawah rindang pepohonan, puisi menjadi terasa nyaman dibacakan.
Semilir angin dari pepohonan mengusir panas matahari, dan daun-daun pepohonan, menangkal sinar Matahari menembus langsung. Dalam suasana teduh dan semilir angin seperti itu, puisi terus mengalir tak henti-henti, yang sesekali diselingi tarian, musik.
“Badai puisi ini akan terus mengalir dari kota-kota yang berbeda, dan sekarang dari kota Magelang,” kata Daladi, penyair yang tinggal di Dusun Candi sambil memanggil penyair dari Magelang, Wicahyati Rejeki untuk tampil membacakan puisi.
Suasana akrab dan bersahabat mewarnai acara ‘Badai Dalam Puisi’, dan ada yang merasa rindu pada suasana silatruhami sastra dan memungkinkan diselenggaralan di alam terbuka.
“Lain kali acara seperti ini akan saya selenggarakan di Purworejo,” ujar Sumanang Tirtasudjana, penyair yang tinggal di Purworejo.
Ons Untoro
Berita budayaLatest News
- 03-10-14
Pementasan Sihir Pem
Joko Santosa melakukan ritual ke Parangkusumo di Pantai Selatan Yogyakata, sebelum pementasan dilakukan. Di sana Joko Santosa mendapatkan bisikan... more » - 03-10-14
Toyphotography Satuk
FUN karena toysphotography menyatukan dua hobi, mengoleksi mainan dan memotret. Kepuasannya adalah ketika hasil karya diapresiasi dengan positif oleh... more » - 02-10-14
Malam Ini Wayang Jur
Mengangkat cerita "Wahyu Cakraningrat", para jurnalis/wartawan media di Indonesia termasuk Tembi.net, berkolaborasi dengan Wayang Baratha. Ide... more » - 02-10-14
Ulang Tahun I Galeri
Peminat seni bisa menikmati beragam pertunjukan lintas generasi, seperti Suara Negeriku oleh Volaxuna Choir, drama musikal “Malin Kundang” oleh... more » - 02-10-14
Denmas Bekel 2 Oktob
more » - 01-10-14
Dramatic Reading Lan
“Aku Diponegoro” yang dipentaskan Landung di Tembi mengisahkan rentetan sejarah hidup Diponegoro mulai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, perang,... more » - 01-10-14
Menikmati Puisi Di b
Di bawah pepohonan, di Dusun Candi, Pakunden, Ngluwar, Magelang, puisi mengalir seperti air bah. Acara ‘Badai Puisi Di Dusun Candi’, pada Minggu, 28... more » - 01-10-14
33 Permainan Tradisi
Judul : 33 Permainan Tradisional yang Mendidik Penulis : Dani Wardani Penerbit : Cakrawala, 2010, Yogyakarta Bahasa :... more » - 30-09-14
Menanyakan Kapan Sab
Tidak ada yang mengetahui kapan Sabdo Palon dan Nayagenggong akan kembali. Dalam legenda, kedua abdi dari Prabu Brawijaya V (terakhir) ini... more » - 30-09-14
Tembi Jadi Tuan Ruma
Selama dua hari, pada 24-25 Setember 2014, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengadakan kegiatan “Museum Masuk Sekolah” di Kabupaten Bantul dan... more »