‘Pulang’ dalam Puisi Enam Penyair Perempuan

Author:editortembi / Date:20-03-2014 / Puisi ‘Pulang’ dari para penyair menyajikan kisah kerinduan masing-masing. Bagi Diah Rofika, pulang bisa berarti kembali ke Tanah Air, sehingga ada puisinya yang berjudul ‘Indonesia Dalam Berita’. Tapi bagi Sri Sulandari pulang sebagaimana dimaksud pulang.

Riries Herdiana, penyair perempuan tinggal di Jakarta tampil dalam acara Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Riries Herdiana

Enam penyair perempuan menerbitkan antologi puisi yang diberi judul ‘Pulang’ yang di-launching Senin malam, 17 Maret 2014 di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta. Para penyair perempuan tersebut adalah Aida Milasari, Riries Herdiana, Umi Kulsum, Selsa dan Sri Sulandari. Mereka membacakan puisi karyanya dan juga mengajak orang lain untuk membacakannya.

Meski bukunya berjudul ‘Pulang’, tidak semua penyair memilih judul “Pulang”, tetapi kisah yang disampaikannya perihal pulang. Hanya Sri Sulandari yang menggunakan judul “Pulang” untuk puisinya.

Pulang dalam puisi para penyair perempuan ini tidak hanya berkisah mengenai pulang ke rumah yang bersifat fisik, melainkan kisah perjalanan kembali ke masa lalu. Kerinduan akan masa lalu yang pernah dikecupnya. Dalam kata lain, pulang mempunyai nuansa romantis, meskipun beban masa lalu tak sepenuhnya bisa dilupakan.

Aida Milasari, tampil dalam Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Aida Milasari

Aida Milasari, salah seorang penyair yang lama tinggal di Yogya, dan sekarang menetap di Jakarta, dengan puisi ‘Pulang’ dia seperti kembali pada masa lalu yang pernah dialami. Tidak harus pulang ke rumah dengan membuka pintu, tetapi kembali bertemu dengan teman-teman lamanya yang masih tinggal di Yogya adalah bentuk dari pulang.

Dalam membacakan puisi karyanya, masing-masing penyair tampil dengan gaya yang berbeda-beda. Ada yang tampil penuh ekspresif dan seolah seperti sedang melakukan advokasi, tetapi ada yang tampil bersahaja tanpa menghilangkan ekspresi wajahnya.

Riries Herdiana dan Aida Milasari dan juga Selsa, tampil secara bersahaja, bahkan seperti apa adanya, tetapi ekspresi wajah mereka memberikan kesan bahwa masing-masing menghayati puisi yang dibacakan. Mereka tidak ‘sekadar’ membaca puisi, namun juga tidak mendramatisasi. Yang mereka lakukan berusaha ‘menghidupkan’ kata dengan intonasi suara.

Pembaca lain, dan kebanyakan perempuan, seperti Endah Raharjo, Okti, dan Atiek tampil dengan gaya yang menyenangkan. Bahkan penampilan Atiek dan Endah mengesankan bahwa mereka sudah seringkali membaca puisi.

Malam itu, tampil pula penyair pria seperti Agus Leylor, Teguh Ranusastro, Daru Maheldaswara, Dedet Setiadi, Budhi Wiryawan, Adjie S Mukhsin, yang membacakan puisi karya para penyair perempuan tersebut.

Dari enam penyair perempuan yang puisinya diterbitkan dalam ‘Pulang’, Diah Rofika tidak bisa hadir, karena tinggal di Berlin. Puisi Diah dibacakan tiga penyair pria, Budhi Wiryawan, Dedet Setiadi dari Magelang dan Adjie S Mukhsin. Masing-masing membacakan satu puisi karya Diah.

Sanggar Lincak menampilkan musikalisasi puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama 30 di Tembi Rumah Budaya, foto: Sartono
Sanggar Lincak

Aida Milasari dan Diah Rofika tidak hanya menulis puisi dalam bahasa Indonesia. Ada puisi yang ditulis Aida dalam bahasa Inggris dan spanyol, serta Diah Rofika menulis puisi dalam bahasa Jerman. Misalnya puisi Aida Milasari ada yang berjudul ‘Beautiful Amy’, ‘Full Moon’. Puisi Diah Rofika dalam bahasa Jerman berjudul ‘Eine Tasse Bitteren Kaffees’ yang disertakan pula terjemahannya ‘Secangkir Kopi Pahit’.

Puisi ‘Pulang’ dari para penyair menyajikan kisah kerinduan masing-masing. Bagi Diah Rofika, pulang bisa berarti kembali ke Tanah Air, sehingga ada puisinya yang berjudul ‘Indonesia Dalam Berita’. Tapi bagi Sri Sulandari pulang sebagaimana dimaksud pulang, maka dia menulis puisi berjudul “Pulang’.

Umi Kulsum lain lagi, meski pulang dalam arti rindu akan rumah, tetapi yang ditunjuk lain. Maka dia menulis puisi yang berjudul ‘Tentang Ibu’. Hampir sama dengan Umi Kulsum, kerinduan Riries Herdiana dia tuliskan pada puisi yang berjudul ‘Emak’, dan Selsa menulis puisi yang berjudul ‘Ode Buat Ibu’.

Dalam kata lain, pulang pada puisi enam penyair perempuan ini bisa mengandung beberapa arti selain geografis, seperti pulang kampung atau pulang ke Tanah Air, sekaligus bisa merujuk psikologis, pulang ketemu ibu, emak atau suami seperti pada judul puisi karya Selsa “Belahan Jiwa’.

Puisi mereka, dengan rasa riang dan penuh bahagia sekaligus dilengkapi pertunjukan musikalisasi puisi oleh Sanggar Lincak, telah dipentaskan dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-30 di  Tembi Rumah Budaya.

Nonton yuk ..!

Ons Untoro 
Foto: Sartono

Bale Karya Pertunjukan Seni

Post new comment

Latest News

  • 25-03-14

    Aku dan Celloku, Cer

    Malam itu Indra tidak sendirian di panggung. Andika Dyaniswara menjadi pianis pengiring sejak awal konser. The Swan dari The Carnival of the Animals... more »
  • 25-03-14

    'Sumantri Gugah

    Sumantri menangis, memeluk dan menciumi adiknya yang sudah tidak bernyawa. Baru terasa sekarang, bahwa sesungguhnya Sumantri sangat mencintai adiknya... more »
  • 25-03-14

    Ayo Lawan! Teriak En

    Lirik lagu karya Encik Krishna memang berbeda dengan kebanyakan lagu pop yang mendayu-dayu. Meski tidak puitis, liriknya enak didengar saat dilagukan... more »
  • 24-03-14

    Barnabas Sarikrama.

    Judul : Barnabas Sarikrama. Orang Indonesia Pertama Penerima Bintang Kepausan  Penulis : St. S. Tartono  Penerbit : Yayasan Pustaka... more »
  • 24-03-14

    Denmas Bekel 24 Mare

        more »
  • 24-03-14

    Siswa-siswi Mentari

    Selama 5 hari mereka juga diajak untuk merasakan suasana malam di pedesaan dengan menginap di Tembi Rumah Budaya. Rumah-rumah ala pedesaan... more »
  • 24-03-14

    Kisah Affandi dari P

    Kisah mengenai Affandi yang dituturkan oleh Pak Djon, ditulis menjadi buku oleh dua perupa, Hendro Wiyanto dan Hari Budiono, dengan judul “Dia Datang... more »
  • 22-03-14

    Panggung ARTE 2014 D

    Cukup dengan ongkos 100 ribu rupiah saja untuk menikmati pertunjukan musik selama 3 hari berturut-turut dengan musisi terpilih tentunya murah.... more »
  • 22-03-14

    Permainan Sodoran di

    Latihan perang tombak ini dilakukan di atas kuda. Sodoran atau Watangan di samping digunakan untuk melatih keterampilan pasukan tombak juga dilakukan... more »
  • 22-03-14

    Rezeki Orang Wuku Wu

    Orang Wuku Wukir pandai memimpin dan pemurah, namun inginya selalu memerintah dan tidak setia. Agar terhindar dari mara bahaya, orang Wuku Wukir... more »