Gambar Tubuh Pengantin Perempuan, Lukisan Perjalanan Masa Lalu Cipuk Setyawati

Author:kombi / Date:24-02-2013 / Tag: Acara / Pameran

Gambar Tubuh Pengantin Perempuan, Lukisan Perjalanan Masa Lalu Cipuk Setyawati

Berawal dari kerinduan kepada kampung halaman, Sri ‘Cipuk’ Setyawati kemudian menggambarkan kehidupan masa lalunya sebagai model baju pengantin tradisional di atas kanvas.

Pameran Lukisan Cipuk Di Tembi Rumah Budaya, Foto : Natalia S
Salah satu karya Cipuk Berjudul Self Portrait

Menjalani masa muda di Yogyakarta, Sri ‘Cipuk’ Setyawati yang memiliki wajah sangat lokal terpilih menjadi model pakaian pengantin tradisional, khususnya Jawa Tengah. Dalam kesehariannya Cipuk mendalami tiap-tiap gerakan wanita Jawa yang menurutnya penuh etika. Pengalaman dan kenangan masa mudanya itu itu ia tuangkan dalam kanvas, yang ia pamerkan di Tembi Rumah Budaya Jakarta, Jl Gandaria 1, Kebayoran Baru, pada 20 Februari hingga 6 Maret 2013.

Fokus karya Cipuk memang pengantin wanita Jawa. Pada setiap karya ada detail tiap gerakan pengantin Jawa saat menjalani ritual pernikahan. Sementara model perempuan di dalam lukisan adalah dirinya sendiri.

“Mlaku” begitulah tema pameran tunggalnya kali ini. “Mlaku” yang berarti berjalan, dalam pameran ini bukan hanya berkisah perjalanan Cipuk namun juga renungan tentang perjalanan dari etika menjadi estetika.

Pameran Lukisan Cipuk Di Tembi Rumah Budaya, Foto : Natalia S
Pemberian Kenang-kenagan lukisan kepada Bapak Sulistyo S.Tirtokusumo

Dimulai dari sebuah tradisi atau kebiasaan yang dimiliki oleh setiap perempuan di Yogyakarta, olah tubuh atau gerak tubuh perempuan Jawa dinilai sesuai alunan gending Jawa. Dari situ, Cipuk menilai bahwa tradisi Jawa yang diolah melalui tubuh perempuan Jawa, menjadi sebuah etika dalam kesehariannya.

Representasi tentang etika tubuh tersebut ia visualkan dalam 20 bentuk lukisan, beberapa menggunakan cat minyak dan sebagian besar menggunakan arang.

Tubuh, menurut lukisan Cipuk, adalah sebuah realitas atas budaya patriakal dimana wanita Jawa terlihat manut dan tidak dapat melawan atas kekuasaan lelaki. Itu terlihat dalam lukisan yang berjudul Pose 2, yang memvisualkan perempuan Jawa tersebut berbaring dengan kepala agak sedikit menoleh ke arah atas.

Pameran Lukisan Cipuk Di Tembi Rumah Budaya, Foto : Natalia S
Cipuk Performance menggunting kembang pada malam pembukaan

Hal menarik lain adalah “Self Portrait”. Cipuk melukiskan seorang wanita Jawa yang duduk anggun dengan senyum yang lepas dan kepala agak mendongak. Ekspresi yang lepas tanpa ada kekangan memperlihatkan suatu keceriaan tanpa beban, yang seolah-olah dirinya adalah putri khayangan yang jauh dari realitas sebenarnya.

“Saya menemukan karakter seorang Cipuk yang meletup-letup bertransformasi menjadi sosok yang ikhlas, tulus, serta menjalaninya dengan tenang dan sakral tanpa ada perasaan lelah maupun jenuh. Sebagai seorang urban yang merantau, akhirnya Cipuk menemukan kesadaran kolektif dan ruang kontemplasi dalam proses perjalanannya,“ ungkap Marintan Sirait selaku kurator pameran Cipuk.

Pameran Lukisan Cipuk Di Tembi Rumah Budaya, Foto : Natalia S
Ritual Tabur Bunga Dilakukan Cipuk Dengan Serius

Pameran yuk ..!

Teks / Foto : Natalia S.

Acara Source Link: Jakarta

Latest News

  • 11-04-14

    Semangat Hidup dan B

    Mungkin frasa ini cocok untuk menyimpulkan pameran karya Godek Mintorogo. Menyimak sebagian karyanya, di satu sisi, seperti sedang membaca kisah... more »
  • 11-04-14

    Erok-Erok, Alat Dapu

    Pada zaman erok-erok terbuat dari bambu, yang banyak tumbuh di sekitar halaman atau kebun. Dalam perkembangannya alat ini terbuat dari seng,... more »
  • 11-04-14

    Friendship of D’nyon

    Karyanya bisa dalam bentuk fashion atau juga melekat pada pernik-pernik dan asesoris lainnya, termasuk dompet. Tetapi bisa juga melekat pada kursi... more »
  • 11-04-14

    KPP Bantul Menggelar

    Selain bisa makan, kita bisa melakukan kegiatan permainan yang menyenangkan hati. Lagi pula biaya outbond di sini termasuk cukup murah. Cukup... more »
  • 08-04-14

    Tata Titi Tatas Titi

    Wejangan bahasa Jawa tersebut selaras dengan manajemen modern. Efisiensi, ketelitian, ketepatan waktu dan sasaran, pengawasan dan kontrol, serta... more »
  • 08-04-14

    Jalan Magelang Dulu

    Sebelum tahun 1956 jalan ini dinamakan Jl Bulurejo, karena dulu di sisi timur jalan ini terdapat Kampung Bulu. Istilah bulu mengacu pada nama salah... more »
  • 08-04-14

    Rumata, Membuka Akse

    Sebuah rumah budaya bernama Rumata hadir di Makassar, yang diharapkan bisa menjadi tempat berbagi inisiatif komunitas seni di kota itu. Riri Riza... more »
  • 07-04-14

    Selayang Pandang Lan

    Judul : Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh  Penulis : H.M. Nur El Ibrahimy  Penerbit : Grasindo, 1993, Jakarta... more »
  • 07-04-14

    Ultah Sukra Kasih ke

    Pementasan ini menampilkan dalang muda dari Gamping, Sleman, yang bernama Ki Bayu Aji Nugroho. Ada pun lakon yang dipentaskan adalah Kaca Nagara.... more »
  • 07-04-14

    55 Tahun Sanggarbamb

    Yang selalu khas dari ulang tahun Sanggarbambu adalah suasana akrabnya. Tua-muda berbaur, duduk lesehan sambil mendengarkan musik, membaca puisi dan... more »