Musisi Iksan Skuter Rilis Buku Antalogi Lirik ‘Bingung’
Oleh: Kiki Pea - 12 0 Facebook - Twitter - Pinterest - WhatsAppMusisi asal Malang, Iksan Skuter merilis buku antalogi lirik berjudul ‘Bingung’. Bagi musisi yang sudah merilis belasan album ini, buku menjadi sebuah dokumentasi lirik lagu yang sebelumnya berbentuk abstrak, menjadi sebuah tulisan dan terbaca sampai kapan pun.
Karena itu buku ini adalah bentuk upaya Iksan Skuter untuk mendokumentasikan karya. “Aku melihat bahwa bagaimana pun juga sastra dan lagu adalah saudara kandung. Maka, seperti sejarah yang sudah-sudah, pendokumentasian karya sastra dalam konteks apapun juga adalah hal yang sangat penting untuk masa depan,” paparnya.
‘Bingung’ bukan sebatas judul lagu termahsyur dari Iksan Skuter, namun mewakili semangat kekaryaannya. Perihal bagaimana ia menjumpai kehidupan yang makin terasing untuknya. Kembara yang semakin jauh membuat Iksan menemukan banyak ketidaksesuaian dengan apa yang ideal baginya: pemerintah yang tak membela, pembajakan yang gencar, pembangunan yang tak henti, cinta yang makin terbatas pada citra-citra, hingga keresahan menjadi orangtua. Lirik-liriknya mempertegas seniman sebagai mahkluk yang bergerak atas naluri kebingungannya.
Buku semacam ini mau tak mau memperhitungkan kesosokan. Menimbang Iksan Skuter, solois kelahiran Blora, Agustus 1984 yang mengawali karier sebagai seorang gitaris band yang bergerak dalam ekosistem industri arus utama dan acara musik pagi hari. Ketidakpuasan ini dan itu membuatnya beralih. Kini Iksan menjadi Iksan: Topi bintang satu merah, gitar akustik yang galak, energi meluap merilis album per tahun, lirik-lirik yang lugas tentang apa saja yang tidak baik-baik, dan lain-lain.
Untuk merayakan perilisan buku tersebut, digelar semacam perayaan di IFI-LIP Yogyakarta, Jumat, 14 Februari 2020. Acara bertajuk Bingung ini merupakan kerja sama penerbit Warning! Books dengan Huhum Art Organizer dan Katalika Project.
Konten Terkait: Latar Belakang Persepsi Nunung dalam Karya Rupa di TembiSelain menghadirkan panggung gelar wicara yang diisi oleh penulis buku, Iksan Skuter, acara ini juga mendatangkan Jason Ranti dan Umar Haen. Dua musisi yang punya banyak irisan dalam hal tema penulisan lagu. Sengaja panggung ini disediakan untuk menyimak musisi berbicara, merumpi, atau berbual-bual. Selain tentu saja untuk memberi kesempatan bertanya bagi yang penasaran dengan isi buku ataupun isi kepala penulis buku ini.
Pada sesi diskusi, Umar Haen selaku moderator banyak menanyakan hal-hal keseharian, hingga proses berkarya kedua musisi tersebut. Tentunya dengan latar belakang lingkungan dan daerah asal yang berbeda, ada banyak warna di balik karya Iksan Skuter, maupun Jason Ranti. Misalnya perbedaan ketika mereka mempunyai anak, keduanya mengakui adanya pergeseran dalam gaya menulis lirik lagu. Diskusi yang hangat dan intim berlangsung hingga menjelang ujung acara.
Selain gelar wicara, helatan ini juga menyuguhkan penampilan musik. Kopibasi yang baru saja merilis album Anak Pertama (2019) tampil sebagai pembuka, dan dilanjutkan oleh Sisir Tanah yang sepak terjangnya punya riwayat yang cukup akrab dengan Iksan Skuter.
Tomi Wibisono selaku pendiri Warning! books mengatakan penerbitan buku ini dilakukan sebagai upaya mendekatkan musik dan buku. “Pertama untuk semakin mendekatkan musik dengan buku. Sekaligus mempertanyakan posisi lirik lagu di dunia literasi,” ungkap Tomi.
Ia juga berharap ke depannya banyak musisi yang terinspirasi dari terbitnya buku ini, “Harapannya agar banyak musisi yang turut merayakan liriknya menjadi buku. Menyadari bahwa liriknya bisa dibukukan, jadi semakin serius menggarap liriknya”.