“Kuldesak Tambora” Mengangkat Letusan Gunung Yang Mengguncang Dunia
Author:editorTembi / Date:21-04-2015 / Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dicatat sebagai salah satu peristiwa alam yang terhebat dalam sejarah dunia yang menyebabkan sekitar 91 ribu jiwa tewas. Sebagian korban adalah mereka yang saat itu tinggal di sekitar gunung tersebut.
Suasana acara pembukaan “Kuldesak Tambora” di Bentara Budaya Jakarta
Bentara Budaya Jakarta bekerja sama dengan Kompas Gramedia mengadakan pameran, pergelaran, dan talkshow yang pada 17 - 26 April 2015 yang bertajuk "Kuldesak Tambora". Pembukaan acara ini dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr H Muhammad Zainul Majdi dan dimeriahkan oleh pembacaan naskah kuno Tambora oleh Siti Maryam M Salahuddin, dan aneka pertunjukan lainnya.
Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dicatat sebagai salah satu peristiwa alam yang terhebat dalam sejarah dunia yang menyebabkan sekitar 91 ribu jiwa tewas. Sebagian korban adalah mereka yang saat itu tinggal di sekitar gunung tersebut. Belum lagi dengan efek rempah vulkanik yang dihembuskan Tambora kala itu menyebabkan tahun tanpa musim panas di Eropa serta efek global lainnya karena asapnya yang menutup angkasa.
Indonesia yang mempunyai 400 gunung api dan 127 diantaranya gunung api aktif termasuk jawara dengan gunung api aktif terbanyak di dunia. Sementara lautnya yang mendominasi pun rentan tsunami. Namun area yang berbahaya itulah yang justru paling padat dihuni manusia karena gunung api pun memberikan kesuburan. Di situlah relasi manusia dengan lingkungannya terbentuk. Daya kelenturan yang tercipta akibat bencana sanggup mendorong kesimpulan masyarakat tradisional yang berpendapat walau daerah yang dihuninya rawan bencana tidak selamanya terasa seperti neraka.
Infografis dan aneka sisa letusan Tambora dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta
Ketua Penyelenggara “Kuldesak Tambora” Hariadi Saptono mengatakan kata Kuldesak Tambora diambil dari bahasa Spanyol tentang “jalan buntu” dimana situasi yang tercipta diibaratkan seperti maju kena mundur pun kena. Artinya masyarakat Indonesia memang tinggal di lingkungan yang serba salah. Bagaimana tidak ? Di perkotaan terjadi bencana kemacetan, stres serta dinamika hidup lainnya, sedangkan tinggal didesa juga tidak begitu aman karena terlingkupi area letusan vulkanik.
Naskah dan Foto : Beatrix Imelda S
Berita budayaLatest News
- 23-04-15
Buku Anthropologi De
Buku anthropologi ini sangat menarik, karena penulisnya memaparkan berbagai macam corak dan ragam kehidupan manusia (masyarakat) dari berbagai... more » - 23-04-15
Gladhen Tembang Maca
Tembang Dhandhanggula adalah jenis tembang macapat yang mempunyai ‘gatra’ atau baris paling banyak yaitu 10. Tembang ini mempunyai watak indah dan... more » - 23-04-15
Pameran Lab laba-Lab
Lab Laba Laba menampilkan pameran Arsip PFN [Perusahaan Film Negara] dengan tema “Mengalami Kemanusiaan”. Pameran ini diikuti oleh 12 seniman. Mereka... more » - 22-04-15
Lisa Depe Sadar Suka
Depe pernah menjadi 12 finalis Indonesian Idol session 3. Ia juga pernah menjadi penyanyi drama musikal Laskar Pelangi yang diproduksi oleh Miles... more » - 22-04-15
Buku Karya Soemitro
Ini buku karya seorang pemuda - yang ketika menulis buku ini berumur sekitar 25 tahun - yang kelak menjadi salah satu arsitek pembangunan Indonesia,... more » - 22-04-15
Panci, Alat Dapur da
Salah satu alat dapur tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari logam adalah panci atau manci. Sudah lama panci dari logam (khususnya dari... more » - 21-04-15
Narayana Kresna (9):
Atas nasihat Kresna yang ditulis dalam kitab Bhagawatgita itu akhirnya Arjuna bangkit keberaniannya, dan sanggup tampil ke medan perang, melawan para... more » - 21-04-15
“Kuldesak Tambora” M
Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 dicatat sebagai salah satu peristiwa alam yang terhebat dalam sejarah dunia yang menyebabkan sekitar 91 ribu... more » - 21-04-15
Kyai Sandi Cikal Bak
Kyai Sandi merupakan keturunan dari Kyai Lemah Telasih yang bermukim di Panggang, Gunung Kidul. Tidak jelas, siapa sesungguhnya Kyai Lemah Telasih... more » - 20-04-15
Kereta Kanjeng Kyai
Kereta ini dinamakan Kanjeng Kyai Garudhayeksa karena memiliki hiasan atau ornamen di beberapa bagiannya (terutama sudut atap) yang menyerupai garuda... more »