Si Bajingan yang Setia dengan Gerobak Sapinya

26 Jul 2013 Yogyamu

Si Bajingan yang Setia dengan Gerobak Sapinya

Kusir gerobak sapi disebut bajingan. Menurut pendapat Wiro, mungkin karena kusir gerobak sapi pada masa lalu memang harus menjadi sosok yang pemberani.

Wiro Senjoyo berpose di bagian depan dari gerobak sapi koleksinya, difoto: Minggu, 16 Juni 2013, foto: a.sartono
Wiro Senjoyo, sang bajingan

Gerobak sapi bisa dikatakan telah menjadi kendaraan langka. Sedikit berbeda dengan andong atau kereta kuda yang masih bisa ditemukan di beberapa tempat di Yogyakarta, gerobak sapi semakin sulit ditemukan. Nyaris mustahil menemukan gerobak sapi berkeliaran di jalan raya kota.

Meski sudah langka, gerobak sapi masih ada. Baru-baru ini Sleman mengadakan festival gerobak yang diikuti oleh 170 gerobak sapi dari berbagai tempat. Menilik jumlah peserta sebanyak itu maka dapat dimengerti bahwa masih ada orang yang mencintai jenis kendaraan ini. Mungkin mereka sama dengan para kolektor kendaraan kuno.

Dari sekian penggemar atau kolektor gerobak sapi tersebut, Wiro Senjoyo (70) merupakan salah satunya. Sejak 1955 Wiro telah menjadi kusir gerobak sapi yang di Jawa dikenal dengan istilah “bajingan”.

Wiro kurang tahu persis mengapa kusir gerobak sapi disebut bajingan. Menurut pendapat Wiro, mungkin karena kusir gerobak sapi pada masa lalu memang harus menjadi sosok yang pemberani.

Mengapa harus berani? Hampir semua gerobak sapi di masa lalu merupakan kendaraan pengangkut hasil bumi dan barang-barang dalam jumlah besar, sama dengan truk di zaman zaman sekarang. Saat membawa barang-barang itu, gerobak sering kali harus melewati jalan-jalan sepi (bulak). Sering pula perjalanannya harus ditempuh malam hari agar barang sampai di lokasi pada waktu pagi atau siang hari.

Dalam perjalanan dengan suasana macam itu, tentulah kerap gerobak sapi kerap diganggu penyamun. Maklum, pada masa lalu banyak orang yang sulit makan. Keamanan belum terjamin dan alam lingkungan masih sepi. Ditambah lagi gerobak sapi tidak bisa berjalan dengan cepat dan lincah. Jika supir gerobak sapi tidak berani “mbajingan”, maka barang yang dibawanya bisa habis disikat kawanan penyamun. Mungkin oleh karena itulah, istilah bajingan itu kemudian muncul.

Profil gerobak sapi milik Wiro Senjoyo, difoto: Minggu, 16 Juni 2013, foto: a.sartono
Wiro Senjoyo, dan gerobak sapi kesayangannya

Wiro sendiri sampai sekarang merasa tidak bisa berpisah dengan gerobak dan sapinya. Sekalipun anak-anaknya telah jadi “orang”, ia masih tetap senang menjadi orang dusun dengan gerobak sapinya. Kecintaannya pada gerobak sapi ini tidak tergantikan. Ia merasa bahwa sapi dan gerobaknya seperti ada ikatan emosional.

Oleh karena cukup lama bergelut dengan dunia gerobak dan sapi Wiro pun menjadi hafal dengan karakter sapi. Ia dapat melihat dengan sekilas saja mana sapi yang mudah dikendalikan, mana sapi yang “mbeling” dan suka rewel. Ia juga paham mana sapi yang mudah digemukkan dan mana sapi yang sulit dibuat gemuk.

Jalur atau rute yang sering ditempuh Wiro dengan gerobak sapinya di masa lalu adalah Pakem-Rejodani-Jl Tentara Pelajar-Jl Monjali-Jetisharjo-Pasar Kranggan-Beringharjo. Dulu Pakem sampai dengan Monumen Yogya Kembali adalah bulak (lahan kosong tanpa penghuni) yang sunyi dan gelap.

Jalur itu penuh dengan begal alias penyamun. Namun Wiro biasa menyiapkan sedikit barang/makanan untuk para begal ini. Begal-begal ini di masa lalu cukup tahu diri. Mereka mbegal untuk sekadar hidup bersama keluarganya. Bukan merampok secara gila-gilaan. Bukan untuk foya-foya dan menumpuk harta benda untuk tujuh turunan. Jadi di antara “bajingan” dan begal ada semacam ikatan emosi: tahu sama tahu dan berbagi.

Sampai kini Wiro merasa tenteram dan senang dengan dunia gerobak dan persapiannya. Ia tidak akan lagi memelihara sapi jika sudah tidak bisa ngarit (mencari rumput), kata laki-laki yang sudah berumur 70 tahun, namun masih kelihatan kekar ini kepada Tembi. Gerobak dan sapinya masih dipeliharanya dengan baik di rumahnya di Paraksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman, DIY.

Sekalipun langka dan sulit ditemukan di jalanan, gerobak sapi masih dapat disaksikan di Yogya.

Ke Yogya yuk ..!

Naskah & foto:A.Sartono

Source Link: Jakarta

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 05-04-16

    Achmad Charis Zubair

    Achmad Charis Zubair, pengajar di Fakultas Filsafat UGM yang dikenal sebagai pemerhati kebudayaan serta menjabat sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Kota... more »
  • 05-04-16

    Foto-foto Kunjungan

    Berhubung ada begitu banyak siswa kelas X – sebanyak 210 orang – SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta, yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya, http://... more »
  • 04-04-16

    Referensi Seni Pertu

    Judul             : Javaanse Volksvertoningen. Brijdrage tot de Beschrijving van Land en Volk... more »
  • 04-04-16

    Kunjungan SMA Pangud

    SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang sering melakukan kunjung museum ke Tembi Rumah Budaya. Untuk tahun 2016 ini sebanyak 210... more »
  • 04-04-16

    Ekspresi Dari Kota L

    Selama satu bulan, terhitung dari 30 Maret – 30 April 2016, perupa dari Sidoarjo, S Wandhie, memajang karya-karyanya di ruang Pamer Tembi Rumah... more »
  • 02-04-16

    Sastra dan Lagu Puis

    Sastra dan seni rupa memang seringkali bertemu di Tembi. Kali ini, lagi-lagi di Tembi Rumah Budaya, pembukaan pameran S Wandhie yang diberi tajuk ‘... more »
  • 02-04-16

    Selasa Kliwon Pekan

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasepuluh (10), umurnya 24 hari, mulai 26 Maret s/d 18 April. Musim padi tua, burung-burung sedang membuat sarang. Ternak-... more »
  • 02-04-16

    Kisah Kematian Sumit

    Pada ulang tahun ke-5 paguyuban dalang-dalang muda Sukrokasih Yogyakarta mengadakan pentas pakeliran apresiasi. Kali ini yang ditampilkan adalah... more »
  • 01-04-16

    Melalui Sandi Eksist

    Museum Sandi Yogyakarta yang terletak di Jalan Faridan M Noto 21 Kotabaru, menyimpan kisah penting tentang peran Lembaga Sandi di awal kemerdekaan... more »
  • 01-04-16

    Dokumentasi Pembuata

    Berikut ini adalah foto-foto tentang proyek pembuatan jalan kereta api di Jawa oleh perusahaan perkeretaapian Belanda. Proyek ini pada masa itu tentu... more »