Gelar Kemah Budaya 2015 di Candi Prambanan

19 May 2015 Kemah Budaya untuk pertama kali diselenggarakan tahun 2007 di Museum Benteng Vredeburg. Tempat ini dipilih sebagai arena penyelenggaraan Kemah Budaya dengan pertimbangan untuk mendekatkan peserta dengan cagar budaya.

Para peserta Kemah Budaya dalam kostum tradisional tengah menyanyikan lagu Indonesia Raya, difoto: Rabu: 13 Mei 2015, foto: a.sartono
Para peserta Kemah Budaya dalam kostum tradisional tengah 
menyanyikan lagu Indonesia Raya

Untuk mengenalkan dan melestarikan kekayaan budaya dan peninggalan sejarah, Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan rekreatif, inovatif, kreatif dan edukatif dalam bentuk perkemahan budaya yang dikenal dengan istilah Kemah Budaya.

Kemah Budaya tersebut untuk pertama kali diselenggarakan tahun 2007 di Museum Benteng Vredeburg. Tempat ini dipilih sebagai arena penyelenggaraan Kemah Budaya dengan pertimbangan untuk mendekatkan peserta dengan cagar budaya. Selain itu letak Museum Benteng Vredeburg sangat strategis dan berdekatan dengan lokasi cagar budaya lainnya di tengah Kota Yogyakarta. Pada akhirnya kegiatan tersebut dapat diselenggarakan setiap tahun. Tahun 2015 ini Kemah Budaya memasuki tahun ke-9 dan untuk pertama kali diselenggarakan di Bumi Perkemahan Pengembangan Candi Prambanan.

Salah satu rombongan peserta Kemah Budaya tengah menyajikan buah-buahan untuk para tamu kehormatan, difoto: Rabu: 13 Mei 2015, foto: a.sartono
Salah satu rombongan peserta Kemah Budaya tengah menyajikan 
buah-buahan untuk para tamu kehormatan

Kegiatan Kemah Budaya pada pertengahan Mei 2015 diikuti oleh 200 orang peserta Pramuka Penggalang dan Pramuka Penegak se-DIY serta dipimpin oleh pimpinan kontingen cabang yang berjumlah 10 orang. Untuk tahun 2015 ini Kemah Budaya mengangkat tema “Dengan Semangat Kebangkitan Nasional Kita Bangun Pendidikan Karakter Kaum Muda Guna Memperkokoh Jatidiri Bangsa.”

Ada pun kegiatan yang dilaksanakan dalam kemah ini terdiri atas Kegiatan Umum, Kegiatan Cinta Tanah Air dan Bela Negara (Patriotisme), Kegiatan Keterampilan Hidup dan Seni Tradisi, Kegiatan Pengamalan Pancasila dan Adat Istiadat Bangsa. Masing-masing kegiatan ini di-break down dalam unit-unit kegiatan yang lebih kecil (spesifik), misalnya untuk Kegiatan Umum terbagi atas Upacara Pembukaan, Keagamaan, Apel, Olahraga, Anjangsana, Sosial dan Bina Lingkungan, Api Unggun dan Upacara Penutupan.

Sementara Kegiatan Cinta Tanah Air dan Bela Negara (Patriotisme) dibagi dalam kegiatan antara lain Pemutaran Film Sejarah dan Kepurbakalaan, Renungan Kebangsaan, Kunjungan Museum, Kunjungan Situs dan Praktek Ekskavasi serta Konservasi, Sarasehan Budaya “Rebranding Jogja Istimewa”, Dialog dan Diskusi Pendidikan Kepramukaan, Talk Show Kesejarahan, Permuseuman dan Kepurbakalaan, Giat Prestasi Pembuatan Majalah Dinding, Giat Prestasi Menyanyi Bersama, dan Giat Prestasi Baca Puisi Perjuangan.

Peresmi Kemah Budaya dilakukan dengan pemukulan gong, difoto: Rabu: 13 Mei 2015, foto: a.sartono
Pembukaan resmi Kemah Budaya dilakukan dengan pemukulan gong

Berbagai praktik budaya positif di Yogyakarta seperti kesederhanaan, toleransi, gotong royong, kejujuran, sopan santun, saling menghormati, dan lain-lain sangat mendukung proses pembinaan generasi muda lewat pendidikan kepramukaan. Hanya saja proses tersebut bukannya tanpa hambatan. Kejahatan dan hal-hal negatif lainnya semakin menggejala. Hal ini tentu saja menghambat proses tersebut di atas. Gerakan kepramukaan diharapkan mampu menjadi salah satu media untuk menangkal hal-hal negatif tersebut.

naskah dan foto: a. sartono

Artikel Terbaru

  • 23-05-15

    Bedhaya Sang Amurwab

    Pentas tari ini digelar di tengah konflik internal keraton, setelah Sultan HB X mengeluarkan “sabda raja” dan “dhawuh raja”, yang isinya salah... more »
  • 23-05-15

    Jika Ada Tamu dari T

    Jika ada tamu datang ke rumah Anda pada hari Selasa pekan ini dari arah Timur itu perlambang (pertanda) baik, bakal membawa pertolongan. Tetapi jika... more »
  • 23-05-15

    Diskusi Oidipus Sebe

    Buku ini diterbitkan bukan sebagai katalog, tetapi lebih sebagai bahan masukan untuk sutradara dalam menafsirkan Oidipus karya Sophocles. Sejumlah... more »
  • 22-05-15

    Lesmana Mandrakumara

    Walaupun menyandang gelar putra mahkota, ketergantungannya kepada orang lain sangat tinggi, sehingga ia tidak mempunyai inisiatif untuk memutuskan... more »
  • 22-05-15

    Peringatan "Har

    Hari Museum Internasional yang jatuh setiap tanggal 18 Mei diperingati oleh insan permuseuman baik dalam lingkup internasional, nasional, maupun... more »
  • 21-05-15

    Aji Prasetyo Kembali

    “Ketika orang membeli karya saya, itu bukan membeli gambarnya. Mereka membeli opini saya. Mereka ternyata suka dengan opini saya walaupun juga banyak... more »
  • 21-05-15

    Sarasvati Paparkan N

    Band asal Bandung, Sarasvati siap rilis album mini hasil kolaborasinya dengan band asal Perancis, Gran Kino. Meski berbeda negara kedua band ini... more »
  • 20-05-15

    Outbond Budaya TK Ta

    Anak-anak TK kecil, besar, dan PAUD dari Taman Indriya Tamansiswa Yogyakarta berjumlah 66, begitu bersemangat ketika mereka menuju ke sawah untuk... more »
  • 20-05-15

    Melihat Sejarah dari

    Isi buku ini sangat jelas menerangkan berbagai reaksi kalangan bawah terhadap peraturan atau kebijakan pemerintah, juga usaha-usaha pemerintah dalam... more »
  • 20-05-15

    24 Tahun Jamaica Caf

    Kelompok Akapela Jamaica Café sudah 24 tahun bergelut di bidang musik. Mereka salah satu pelopor musik mulut di Indonesia. Pada dekade 90-an mereka... more »