Kraspoekol, Sandiwara tentang Perbudakan di Hindia Belanda Abad ke-18

Author:editorTembi / Date:07-02-2015 / Willem van Hogendorp pernah tinggal di Hindia Belanda selama 13 tahun. Dalam masa sepanjang itulah di melihat arogansi dan kekejaman bangsa Eropa (Belanda) terhadap bangsa bumi putra. Batin Willem van Hogendorp tidak bisa menerima hal ini.

Adegan dalam sandiwara Kraspoekol di abad ke-18 di Hindia Belanda, foto: repro dari majalah Oost-Indisch Magazijn

Salah satu foto ini menggambarkan adegan dalam pertunjukan drama tonil Belanda yang terkenal di tahun 1800-an. Gambar yang lain menunjukkan tentang perdagangan budak di Hindia Belanda yang terjadi pada kisaran abad tersebut. Drama yang ditampilkan dalam gambar tersebut mengambil lakon Kraspoekol atau Perbudakan (kraspoekol berasal dari istilah keras dan pukul). Buku tentang Kraspoekol ditulis oleh Willem van Hogendorp. Secara lengkap buku tersebut berjudul Kraspoekol, of de droevige gevolgen eener te verre gaande strengheid jegensde slaaven (1780), setebal 43 halaman.

Willem van Hogendorp pernah tinggal di Hindia Belanda selama 13 tahun. Dalam masa sepanjang itulah di melihat arogansi dan kekejaman bangsa Eropa (Belanda) terhadap bangsa bumi putra. Batin Willem van Hogendorp tidak bisa menerima hal ini. Perbudakaan dan kekejaman atas bangsa pribumi oleh bangsa Belanda mengusik hatinya.

Ia lantas menuliskan sikap penolakannya dalam bentuk buku yang kemudian dipentaskan dalam bentuk pertunjukan drama. Tulisannya juga memberitakan tentang arogansi dan kesewenang-wenangan bangsanya atas bangsa Hindia Belanda yang selama ini tidak pernah disadari oleh sebagian besar rakyat Belanda, lebih-lebih yang belum pernah menginjakkan kakinya di Hindia Belanda.

Tulisan karya Willem van Hogendorp ini akhirnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Dirk van Hogendorp dalam bentuk naskah drama/sandiwara. Judul lakon pun diubah menjadi lebih sederhana, yakni Kraspoekol of Slavernij (1800).

Dikabarkan bahwa di Belanda, Kraspoekol dan Multatuli sama populernya. Pada akhir abad ke-19 keduanya membangkitkan atau menginspirasi munculnya gerakan politik etis untuk tanah jajahan Belanda, Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Hal ini juga menimbulkan gerakan penolakan perbudakan. Belanda sendiri akhirnya mengeluarkan peraturan yang mempersulit kedudukan para majikan pemilik budak. Perbudakan di Batavia secara formal berakhir tanggal 1 Januari 1860, dengan dikeluarkannya undang-undang larangan perbudakan.

Gambaran perdagangan budak (pasar budak) di Hindia Belanda pada abad 18, foto: repro dari majalah Oost-Indisch Magazijn

Dalam sandiwara Kraspoekel di antaranya ditampilkan adegan seorang nyonya majikan yang marah besar terhadap budak wanitanya karena memecahkan sebuah gelas tanpa disengaja. Budak tersebut mendapat hukuman yang sangat kejam di samping dicaci-maki. Para majikan sangat tidak menghargai para budak. Tidak ada alasan bagi budak untuk berbuat salah, alpa, atau keliru. Sejauh-jauh perbuatan atau aktivitas harus selalu menyenangkan para majikan. Jika tidak, maka hukuman keras akan diterapkan kepadanya.

Apa yang dituliskan dalam Kraspoekol ini terinspirasi oleh kejadian nyata di Batavia tentang seorang nyonya yang kemudian dijuluki Nyonya Kraspoekol karena selalu menyiksa budak-budaknya.

a. sartono 
sumber:  http://www.beritabatavia.com  
Nieuwenhuys, Rob, 1990, Oost-Indisch Magazijn, Amsterdam: Bulkboek.

Yogyakarta Tempo Doeloe

Latest News

  • 12-02-15

    Rasa Penasaran Surat

    Semula Suratno mengenal Tembi Rumah Budaya melalui siaran sebuah stasiun televisi nasional. Rasa penasaran Mahasiswa Politeknik Samarinda Jurusan... more »
  • 12-02-15

    Inilah Salah Satu Ka

    Inilah salah satu karya pakar Jawa Kuno, mendiang Dr PJ Zoetmulder, yang berisi tentang cerita wayang dari berbagai parwa. Naskah dalam tulisan Jawa... more »
  • 12-02-15

    Diddi Agephe dan Pra

    Jenis musik Prabbu Shatmata adalah etno techno music (electronic music mix with world music) sedangkan Diddi Agephe adalah pelopor kelompok tersebut... more »
  • 11-02-15

    Raja Jawa Pelopor Bi

    Berdagang bukanlah hal yang tabu, seperti anggapan kaum bangsawan masa tersebut. Berdagang, asal sesuai etika Jawa, bahkan dianjurkan oleh... more »
  • 11-02-15

    Geleng-geleng Kepala

    “Berarti kalau menginap di sini, makannya sudah tiga kali ya? Kalau begitu termasuk murah ya. Apalagi di lokasi ini sudah lengkap, ada ruang meeting... more »
  • 11-02-15

    Jejak Sang Pencipta

    Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Serampang Dua Belas pertama... more »
  • 10-02-15

    Wikikopi, Resep Raha

    Sekelompok anak muda menamakan kelompok mereka Wikikopi. Markas mereka berada di sebuah pasar tradisional di Yogyakarta, Pasar Kranggan. Mereka... more »
  • 10-02-15

    Ki Margiono : Hidup

    Ki Bagong Margiono adalah seorang dalang wayang purwa yang telah selama 46 tahun bergelut dengan dunianya itu. Ki Bagong Margiono tak pernah berhenti... more »
  • 10-02-15

    Kyai Wonokriyo Konon

    Sumber lain menyatakan bahwa Kyai Wonokriyo adalah cucu dari Kyai Jejer yang makamnya juga terletak di Dusun Jejeran namun berjarak kurang lebih 300... more »
  • 09-02-15

    Lagu Puisi di Bulan

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-41 menjadi terasa syahdu dan bertabur cinta, lebih-lebih ada pemain musik yang menghadirkan lagu-lagu puisi. Tema cinta... more »