Melihat Impian Pengungsi Lewat Foto
14 Jun 2016 Yogyakarta menjadi salah satu tempat transit pengungsi dari Irak, Myanmar, Afghanistan, dan negara-negara lainnya yang dilanda konflik. Mereka tinggal di tempat penampungan selama bertahun-tahun, terpisah dari keluarganya dan tak bisa kembali ke negara asalnya. Apapun keyakinan dan ideologinya, pengungsi memang seharusnya diberikan simpati, bukan benci.Rasa simpati ini pula yang diberikan Mes 56, sebuah galeri foto kontemporer yang sudah lama berkiprah di Yogyakarta. Galeri ini mengajak para pengungsi menikmati beragam karya seni di acara Art Jog 2016, serta mengajarkan cara menyablon kaos. Ini bukan sekadar soal teknis tapi psikologis.
Di Art Jog, mereka berlama-lama di dekat karya Yono Ono, ‘Wish Tree’, sebuah pohon yang digantungi kertas-kertas kecil bertuliskan harapan pengunjung. Tak terkecuali harapan dari para pengungsi ini. Ada yang berharap dapat sampai di Australia dan bertemu keluarganya, ada pula yang mendambakan dunia yang damai.
Mereka juga dilibatkan secara partisipatif dalam workshop fotografi dan sablon kaos. Dalam workshop fotografi, mereka disadarkan bahwa foto yang selama ini dianggap representasi kenyataan hanyalah kertas yang bisa digunting, ditempel dan diperbanyak. Mereka juga diajarkan membuat kolase foto. Pada hari lain mereka dilibatkan dalam workshop sablon kaos. Kaos bukan hanya untuk pelindung tubuh namun bisa dimaknai sebagai representasi sikap politik dan identitas si pemakai.
Selanjutnya adalah pameran foto di Mes 56 bertajuk ‘Alhamduillah We Made It’ yang berakhir pada 1 Juni lalu. Dari pameran ini kita bisa lebih bersimpati terhadap para pengungsi. Membayangkan mereka hidup terombang-ambing, terpisah dari keluarga besarnya, tak bisa kembali ke negara asal sementara belum pasti apakah negara tujuan mau menerima atau menolaknya. Hidup hanya mengandalkan bantuan tanpa bisa mengoptimalkan pengembangan dirinya. Persoalan kemanusiaan jauh lebih penting ketimbang perbedaan sikap politik dan ideologi.
Pameran ini menunjukkan beragam keinginan dan ekspresi mereka. Ada yang sekadar ingin tinggal di negara yang aman dan damai, ada pula yang memperhitungkan pekerjaan dan keluarga. Misalnya, Noor Wali Jan dan Muhammad Ali Naziri yang berasal dari Afghanistan menginginkan tinggal di negara yang lebih baik daripada negara asalnya. Shamsullah Rezai dari Afghanistan berharap bisa tinggal damai di antara pemeluk agama yang berbeda-beda dan di dekat saudaranya di Australia. Farqad Jabar dari Irak ingin bekerja di perusahaan elektronik di Australia.
Terkait dengan Indonesia, Khudadad Mohmmadi yang berasal dari Afghanistan merasa tidak nyaman di Indonesia, barangkali ingin bekerja di negara maju, sebaliknya Adam dari Myamar malah ingin mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia.
Foto-foto yang dipamerkan mendokumentasikan berbagai hal, baik kegiatan yang dilakukan pada workshop dan tulisan mereka di ‘Wish Tree’ Art Jog, maupun foto-foto yang mengekspresikan diri mereka masing-masing. Ekspresi ini pun divisualkan dalam berbagai format. Sebagian berupa siluet putih yang kebanyakan sedang melakukan aksi olah raga, mencerminkan semangat dan gerak dinamis. Agaknya termasuk spirit kemenangan di dalamnya. Sebagian lagi semacam perwujudan impian-impian mereka yang mengingatkan pada papan visi ’attractor factor’.
Hani A Musa yang berasal dari Irak, kelahiran tahun1994, tampil berpose pada peragaan busana bersama sejumlah model kulit putih. Musa memang bercita-cita menjadi model terbaik di Selandia Baru. Farqad Jabar dan Noor Wali Jan masing-masing berpose di depan rumah bertingkat dan taman yang asri dan luas.
Mereka rata-rata kelahiran tahun 1980-an, bahkan ada yang lahir pada tahun 1994 dan 1996. Jadi sebagian besar usianya sekitar 30-an. Jalan masih panjang sekaligus masih kabur. Mereka rata-rata tinggal di Indonesia sudah sekitar 2-3 tahun, bahkan ada yang lebih dari 4 tahun.
Pameran foto yang digelar Mes 56 ini menjadi dokumentasi keberpihakan seni terhadap kemanusiaan. Mungkin hanya salah satu momen dalam perjalanan hidup para pengungsi ini tapi telah mengambil bagian dalam momen-momen positif pada hidup manusia.
Naskah dan foto:Barata
SENI RUPABaca Juga
- 17-06-16
ART|JOG|9, Berusaha Mewujudkan Sebuah Supremasi
Yogyakarta merupakan kota dengan segudang aktivitas seni yang tinggi, salah satu perhelatan yang selalu dinanti yaitu ART|JOG. Pameran seni... more » - 09-06-16
Pameran Imaji Wayang Kelompok Topobroto di Tembi
Wayang telah menjadi bagian dari khasanah kebudayaan nasional Indonesia. Pengaruhnya demikian kuat, bahkan seperti menjadi bagian integral dari... more » - 06-06-16
Pameran untuk Memaknai Usia 73 Tahun
Liek Suyanto (73) dikenal sebagai aktor teater, pemain sinetron dan pemain film layar lebar. Tapi pada masa mudanya dia pernah belajar di Sekolah... more » - 01-06-16
Pameran Titi Mangsa di Rumah Seni Sidoarum Godean
Sekalipun di Yogyakarta ada cukup banyak ruang pamer, namun agaknya ruang-ruang tersebut tidak atau belum mencukupi sebagai sarana pamer karya dari... more » - 24-05-16
Goyang Dombreng di Bentara Budaya Yogya
Pada masa lalu, jenis permainan ayunan, misalnya dari kayu, banyak diproduksi, meskipin sekarang tak lagi mudah ditemukan. Berangkat dari permainan... more » - 17-05-16
Tiga Tentara Gelar 3 Rupa Rajawali
Pameran tiga perupa, yang mengambil tajuk “3 Rupa Rajawali”, memang menampilkan wajah yang berbeda. Ketiganya adalah militer; Marsda TNI (Purn)... more » - 03-05-16
Beragam Tema dalam Satu Ruang
Pameran seni rupa yang diberi tajuk “The Creative Powers of Art” ini tidak menyajikan tema khusus bagi perupa, melainkan membuka ruang seluasnya... more » - 26-04-16
Pameran Bersaudara, Keunggulan Talenta yang Tinggal Diasah
Dua bersaudara, Camelia Mitasari Hasibuan dan Reza Pratisca Hasibuan, yang memilik talenta kuat di bidang seni lukis, memamerkan karya lukis mereka... more » - 19-04-16
Pameran Fotografi FOM, Menangkap Keresahan
Tidak pelak lagi foto merupakan bentuk paling mutakhir dari aktivitas rekam peristiwa atau momentum. Aktivitas, peristiwa, dan momentum dapat “... more » - 16-04-16
Karya Seni Serba Besar Oleh Maman Rahman dan Dwi Martono
Pameran lukisan Maman Rahman dan Dwi Martono yang dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 14-23 April 2016 menyuguhkan ukuran lukisan... more »
Artikel Terbaru
- 21-06-16
Pelajar SMP Bopkri G
“Kolamnya Indah Banget..!” Ungkap rombongan pelajar SMP Bopkri Godean yang baru saja diajak keliling ke Tembi Rumah Budaya dalam kunjungannya... more » - 21-06-16
Prabakusuma Remaja y
Asma kinarya japa, yang artinya bahwa nama adalah ‘media’ orang tua untuk mendaraskan doa serta harapan bagi si anak. Demikianlah selanjutnya ketika... more » - 20-06-16
Pada Rabu Pon Pekan
Pranatamangsa: mangsa Karolas berakhir pada 21 Juni 2016 dan memasuki mangsa Kasa. Usia mangsa Kasa 41 hari terhitung mulai 22 Juni sampai dengan 1... more » - 20-06-16
Liputan Kongres Orga
Setelah organisasi Boedi Oetomo (BO) terbentuk di tahun 1908, kemudian di tahun-tahun selanjutnya bermunculanlah organisasi-organisasi pergerakan... more » - 18-06-16
Dewi Nugroho, Pengga
Keluarga besar Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, organisasi museum di Yogyakarta, kehilangan salah satu anggotanya, yaitu Dewi Nugroho (85... more » - 18-06-16
Ramadhan dalam Puisi
Sastra Bulan Purnama edisi ke-57 dalam suasana Ramadhan, karena itu tajuk dari acara tersebut memberikan konteks suasana ‘Ramadhan Dalam Puisi’, yang... more » - 17-06-16
Banjaran Ontorejo, G
Seperti tahun sebelumnya, Paguyuban Dalang-dalang Muda Yogyakarta ‘Sukrakasih’ setiap malam Sabtu terakhir pada setiap bulan, menggelar pentas wayang... more » - 17-06-16
ART|JOG|9, Berusaha
Yogyakarta merupakan kota dengan segudang aktivitas seni yang tinggi, salah satu perhelatan yang selalu dinanti yaitu ART|JOG. Pameran seni... more » - 16-06-16
Begini Seluk Beluk P
Judul : Bauwarna Kawruh Wajang (Wewaton Kawruh Bab Wayang). Djilid II... more » - 16-06-16
Denmas Bekel 16 Juni
Denmas Bekel 16 Juni 2016 more »