Puisi Napi di Sastra Bulan Purnama
25 Aug 2016 Puisi ternyata juga ditulis oleh para napi, yang sekarang disebut sebagai warga binaan dari Lapas Wirogunan, Yogyakarta. Para napi menulis puisi dan diterbitkan dalam bentuk buku antologi puisi yang diberi judul ‘Suara-Suara dari Wirogunan’. Antologi puisi ini, Kamis, 18 Agustus 2016 dilaunching di Sasttra Bulan Purnama bersama 4 antologi puisi lainnya yang diselenggarakan di Amphiteater Tembi Rumah Budaya.Puisi ‘Suara-Suara dari Wirogunan’ dibacakan oleh seorang napi, Tabita, yang kebetulan sudah keluar karena mendapat remisi dan dua pegawai Lapas Wirogunan, Jati Suryono dan Ari Asututi,S.Ag., M.Hum, Kepala Sub Bagian TU Lapas Wirogunan, Yogya. Ketiganya membaca puisi dalam antologi yang ditulis oleh para napi.
Antologi puisi ‘Suara-Suara dari Wirogunan’ selain dilaunching di Sastra Bulan Purnama, pada siang hari setelah upacara peringatan 17 Agustus di Lapas Wirogunan, puisi-puisi dalam buku tersebut dibacakan oleh para napi, maupun oleh Kepala Lapas Wirogunan, bahkan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM ikut membacakan puisi karya napi tersebut.
Puisi itu menjadi menarik karena ditulis oleh para napi, yang dalam imajinasi orang, hidup terkurung dan serba menderita. Tetapi rupanya, ada banyak napi yang senang bersentuhan dengan sastra, bahkan menulis karya sastra, dalam hal ini puisi. Ada seorang napi, yang pendidikannya SD, tapi mampu menulis puisi, menyajikan kisah hidupnya.
Karena tidak mudah ‘mengeluarkan’ napi di malam hari, maka pada Sastra Bulan Purnama, yang diminta untuk membaca seorang napi yang sudah keluar beberapa hari sebelumnya, dan dua pegawai Lapas ikut tampil membaca.
Proses menulis puisi dari para napi dimulai dari workshop penulisan puisi, dan setelah mengikuti workshop mereka diminta menulis puisi. Hasilnya ada lebih dari 100 puisi, yang kemudian dipilih untuk diterbitkan menjadi antologi puisi.
Suherman, Bc.IP., SH., MH, Kepala Lapas Wirogunan, Yogyakarta mengatakan, semoga terbitnya buku ini mampu memberi inspirasi untuk memanfaatkan waktu luang dengan menciptakan karya sastra dan karya-karya lainnya.
“Jadilah insan yang bermanfaat, jika belum mampu memberikan manfaat kepada orang banyak, setidaknya terlebih dahulu bermanfaat untuk diri sendiri,” kata Suherman.
Iman Budhi Santosa, penyair senior Yogya yang memberi workshop penulisan puisi untuk para napi atau warga binaan mengatakan, ketika warga binaan Lapas Wirogunan mencoba menapakkan kaki pada ranah penciptaan karya sastra (puisi), sama halnya mereka telah belajar menemukan kiblat yang bakal dituju di hari esok.
“Dengan puisi mereka telah mencoba ‘menabung’ sekian banyak nilai kearifan yang bakal memberikan cahaya kapan dan di mana pun berada. Karena selain ajaran agama yang menjadi pedoman utama hidup ini, banyak hal perlu dipelajari agar kita menjadi sakti, menjadi teguh menghadapi kemelut zaman dan peradaban,”ujar Iman Budhi Santosa.
Tema puisi memang mengambil pengalaman hidup dalan penjara, dengan metafor-metafor yang sederhana, tetapi orang mengenalnya, seperti Puji Istina, seorang napi tipikor menulis puisi dengan judul ‘Lilin’, atau ada puisi yang berkisah mengenai ibu dan puisi itu diberi judul ‘Ibu’ karya Rudi Adiyatma. Kita kutipkan satu puisi berjudul ‘Lilin’ karya Puji Istina.
LILIN
Aku hanyalah lilin
Yang ingin bagai rembulan
Menebar cahaya terang
Di antara kerlip bintang
Aku hanyalah lilin
Yang ingin menjelma mentari
Bersinar sepanjang hari
Di antara lengkungan pelangi
Di atas awan bergerak menari
Aku ingin menerangi
Dalam gelap malammu
Dalam panas siangmu
Hidup menajdi warna-warni
Gairah penuh rupa dan pesona
Namun aku hanyalah lilin
Menerangi ruang sekitarku
Tetapi hancurlah tubuhku
Oleh panas yang melelehkanku
Akulah lilimnu
Sinarmu menggairahkanmu
Tetapi hancur leleh tubuhku
Tak terasa dilumat waktu
Wirogunan, Mei 2016
Ons Untoro
SENI PERTUNJUKANBaca Juga
- 30-08-16
“Paket Kemerdekaan” yang Rutin dalam Orkestra Pemuda
Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more » - 29-08-16
Monolog dan Gerak Puisi dari Karya Resmiyati
Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more » - 26-08-16
Teater Gandrik Pentaskan “Orde Tabung” di Taman Budaya Yogyakarta
Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more » - 24-08-16
Berkaca pada Kisah Jatagimbal dan Jatagini
Ki Santosa, dalang dari Keyongan Sabdodadi Bantul ‘ketiban sampur’ untuk membawakan pentas pakeliran wayang kulit purwa di pendapa Ngamarta Pasutan... more » - 24-08-16
Puisi dan Dokter Berpadu di Bulan Purnama
Ini kali pertama. Para dokter spesialis, dan semuanya perempuan membacakan puisi di Sastra Bulan Purnama. Memang bukan puisi karya sendiri yang... more » - 22-08-16
Bulan Bundar Mewarnai Sastra Bulan Purnama
Bulan bundar, langit cerah menjadi dekorasi alami Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang diselenggarakan Kamis, 18 Agustus 2016 di Amphiteater Tembi... more » - 20-08-16
Macapatan di Museum Sonobudoyo Tentang Riwayat HB II dalam Babad Ngayogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah salah satu raja di Yogyakarta yang disegani oleh Belanda di kala itu. Ia mewarisi sikap ayahnya, yakni... more » - 16-08-16
Suara Malam dan Pesona Bulan di Malioboro Mengisi Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more » - 15-08-16
Menikmati Semangkuk Sup Di Taman Budaya
Judul naskahnya ‘Semangkuk Sup Makan Siang atau Cultuurstelsel’ karya Hedi Santosa yang dimainkan oleh Whani Dproject selama dua hari 10... more » - 13-08-16
‘Membelah Bulan’ Karya Resmiyati di Sastra Bulan Purnama
‘Membelah Bulan’ merupakan judul antologi puisi karya Resmiyati, seorang penyair perempuan dari Klaten, akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama,... more »
Artikel Terbaru
- 31-08-16
Rujukan untuk Mengen
Judul : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis ... more » - 30-08-16
“Paket Kemerdekaan”
Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more » - 30-08-16
Wilayah Praja Mangku
Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more » - 29-08-16
Monolog dan Gerak Pu
Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more » - 29-08-16
Buku Pelajaran Sejar
Judul : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis ... more » - 29-08-16
Kawasan Panggung Kra
Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more » - 27-08-16
Bayi Kelahiran Mangs
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more » - 27-08-16
Topeng, Tradisi yang
Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more » - 27-08-16
Pameran Kriya Besar
Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta menyelenggarakan pameran besar kriya... more » - 26-08-16
Teater Gandrik Penta
Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »