“Paket Kemerdekaan” yang Rutin dalam Orkestra Pemuda
30 Aug 2016 Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri. Saban tahun, paket tersebut akan dibuka kembali, dikeluarkan, disematkan sebagai ornamen, dan disimpan kembali ketika Agustus berakhir untuk dikeluarkan pada Agustus selanjutnya.Beberapa di antara paket kemerdekaan tersebut yang akan selalu ditemui setiap Agustus adalah bendera merah-putih dan lagu-lagu kemerdekaan. Di Bentara Budaya Jakarta, Jumat 26 Agustus 2016, malam, merah-putih dan lagu perjuangan adalah nuansa yang dominan dalam konser orkestra Ode Bulan Agustus #2.
Konser yang diselenggarakan berkat kerja sama antara Bentara Budaya Jakarta, Kompas Gramedia, dan Tembi Rumah Budaya, ini merupakan penutup dari rangkaian parade paduan suara yang berlangsung sejak 24 Agustus 2016. “Perhelatan ini diharapkan akan menjadi hajat tahunan, dan dapat menjadi semacam acara ‘tujuhbelasan’ lewat nyanyian dari kaum muda kepada bangsa,” kataGeneral Manager Bentara Budaya Jakarta, Frans Sartono.
Kaum muda adalah kata kunci di sini. Indikasinya adalah tujuh kelompok paduan suara yang turut dalam hajatan ini berbasis perguruan tinggi. Sutradara musiknya, Puput Pramuditya, adalah pemuda berusia 26 tahun, sementara sang konduktor, Alfian Emir Aditya, lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 1992.
“Pemuda punya respon emosi musikal yang berbeda,” ujar Puput usai konser, “Ciri dari musik saya adalah unsur kejutnya. Ketika orang mendengar musik saya di awal, mereka tidak bisa menduga (kelanjutannya).”
Penonton dan musisi layak berterima kasih pada sistem tata suara pertunjukan ini. Dengan puluhan musisi berikut paduan suara, bunyi masing-masing instrumen yang keluar bisa dirasakan meski panggung berada di luar ruangan. Sesekali, saat jeda antar lagu, terdengar suara kereta yang melintas di Stasiun Palmerah yang tak jauh dari lokasi pertunjukan, juga suara aktivitas pekerja yang sedang membangun gedung pencakar langit di sekitarnya.
Orkestrasi gabungan Fombi Musika, Indonesian Youth Symphony Orchestra, dan Journey To The Future Orchestra, ini dibuka dengan “ritual” berdirinya para penonton saat orkestra memainkananthemIndonesia Raya. Untuk Indonesia Raya, komposisi yang dimainkan mengikuti aransemen Jos Cleber dan RAJ Soedjasmin. Aransemen Puput dimulai pada lagu kedua, Hari Merdeka, dengan posisi penonton masih berdiri.
Ada delapan musisi pendukung dalam pertunjukan yang memainkan 16 lagu ini – salah satunya adalah Puput Pramuditya yang tampil sebagai solis biola pada lagu Negeriku ciptaan Chrisye. Harus diakui, dengan nyaris semua lagu yang sebenarnya sudah dikenal oleh penonton – bahkan sebagian besar warga negara Indonesia – penampilan soprano kawakan, Aning Katamsi, adalah yang paling memukau.
Aning membawakan Melati Suci ciptaan Guruh Soekarno Putra. Tampil dengan busana muslimahplus jilbab bernuansa merah jambu, Aning memecahkan suasana kemerdekaan dengan getaran vibra suaranya. Malam itu, Aning adalah bentuk pertunjukan yang tidak populer dalam paket yang terlalu populer.
Selain Aning, sulit mendapatkan kejutan segar sebagaimana yang dikatakan oleh Puput Pramuditya. Duo penyanyi cilik dari kelompok Di Atas Rata-Rata, Shaquilla dan Rafi, membawakan Cinta Indonesia milik Guruh Soekarno dengan gaya vokal yang bisa ditemukan dalam musik pop Indonesia hari ini.
Duet gitaris akustik, Duo Bajo, muncul membawakan instrumental Tanah Airku (Ibu Sud) dan Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki), juga dengan pergerakan nada yang tidak baru. Duo asal Yogyakarta ini agaknya tidak keluar dari tancapan aransemen klasik yang sudah sering terdengar dari dua lagu ini.
Solis harpa, Donna Angelina, juga tidak menonjolkan penampilannya sebagai solis. Petikan harpanya dalam lagu Damai Bersamamu (Johnny Sahilatua), tenggelam layaknya salah satu instrumen dalam bagian dari orkestrasi besar yang mengiringinya.
Penyanyi jazz dari kelompok Sopana Sokya, Hans Bartel, menyanyikan komposisi ciptaan Candra Darusman, Pemuda, dengan nuansa pop-jazz. Setelah lagu Timur Matahari, orkestrasi ditutup dengan komposisi yang “menggebrak” sebagai lagu bernuansa kebangsaan paling muda untuk anak-anak Indonesia: Bendera milik Cokelat.
Naskah dan foto:Ervin Kumbang
SENI PERTUNJUKANBaca Juga
- 29-08-16
Monolog dan Gerak Puisi dari Karya Resmiyati
Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more » - 26-08-16
Teater Gandrik Pentaskan “Orde Tabung” di Taman Budaya Yogyakarta
Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more » - 25-08-16
Puisi Napi di Sastra Bulan Purnama
Puisi ternyata juga ditulis oleh para napi, yang sekarang disebut sebagai warga binaan dari Lapas Wirogunan, Yogyakarta. Para napi menulis puisi dan... more » - 24-08-16
Berkaca pada Kisah Jatagimbal dan Jatagini
Ki Santosa, dalang dari Keyongan Sabdodadi Bantul ‘ketiban sampur’ untuk membawakan pentas pakeliran wayang kulit purwa di pendapa Ngamarta Pasutan... more » - 24-08-16
Puisi dan Dokter Berpadu di Bulan Purnama
Ini kali pertama. Para dokter spesialis, dan semuanya perempuan membacakan puisi di Sastra Bulan Purnama. Memang bukan puisi karya sendiri yang... more » - 22-08-16
Bulan Bundar Mewarnai Sastra Bulan Purnama
Bulan bundar, langit cerah menjadi dekorasi alami Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang diselenggarakan Kamis, 18 Agustus 2016 di Amphiteater Tembi... more » - 20-08-16
Macapatan di Museum Sonobudoyo Tentang Riwayat HB II dalam Babad Ngayogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah salah satu raja di Yogyakarta yang disegani oleh Belanda di kala itu. Ia mewarisi sikap ayahnya, yakni... more » - 16-08-16
Suara Malam dan Pesona Bulan di Malioboro Mengisi Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more » - 15-08-16
Menikmati Semangkuk Sup Di Taman Budaya
Judul naskahnya ‘Semangkuk Sup Makan Siang atau Cultuurstelsel’ karya Hedi Santosa yang dimainkan oleh Whani Dproject selama dua hari 10... more » - 13-08-16
‘Membelah Bulan’ Karya Resmiyati di Sastra Bulan Purnama
‘Membelah Bulan’ merupakan judul antologi puisi karya Resmiyati, seorang penyair perempuan dari Klaten, akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama,... more »
Artikel Terbaru
- 31-08-16
Rujukan untuk Mengen
Judul : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis ... more » - 30-08-16
“Paket Kemerdekaan”
Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more » - 30-08-16
Wilayah Praja Mangku
Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more » - 29-08-16
Monolog dan Gerak Pu
Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more » - 29-08-16
Buku Pelajaran Sejar
Judul : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis ... more » - 29-08-16
Kawasan Panggung Kra
Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more » - 27-08-16
Bayi Kelahiran Mangs
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more » - 27-08-16
Topeng, Tradisi yang
Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more » - 27-08-16
Pameran Kriya Besar
Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta menyelenggarakan pameran besar kriya... more » - 26-08-16
Teater Gandrik Penta
Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »