Kuliner
SEGA GURIH, MENU KHAS LAIN DI ARENA SEKATEN
Ada
menu spesial khas Jogja yang secara khusus pula hanya muncul di saat
acara Miyos Gangsa hingga penutupan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS).
Menu spesial tersebut adalah Sega Gurih (nasi gurih). Sega Gurih
menjadi menu khusus pada acara Sekatenan karena hal itu dianggap
sebagai simbol keberkahan dan kemakmuran. Sejak manusia lahir ke
dunia Tuhan telah menyediakan kelimpahan untuk kehidupan manusia.
Semuanya diserahkan kepada manusia, apakah manusia bisa mengelolanya
dengan baik atau tidak. Kecuali itu Sega Gurih juga dipercaya
memberikan berkat kesehatan dan awet muda bagi siapa saja yang
menyantapnya saat melihat atau datang ke arena Sekaten.
Menu Sega Gurih yang
dijajakan di arena Sekaten ini komposisinya terdiri atas Sega Gurih
plus lauk seperti kedelai putih goreng,
kedelai hitam goreng, rese (kulit udang kering) goreng, sambel pecel,
daging ingkung suwir, telur bumbu opor, sambal goreng krecek,
kemangi, ketimun, kobis, bawang goreng, kacang tanah goreng, krecek
goreng, emping melinjo, irisan kubis, dan peyek gereh atau krupuk.
Pada intinya Sega Gurih
adalah nasi yang dimasak dengan santan, garam, dan daun salam.
Proses pemasakannya memerlukan beberapa tahapan. Mula-mula beras
dimasak seperti biasa, ketika air mulai mendidih dan hampir kering
santan berbumbu dimasukkan. Api terus dinyalakan dengan nyala api
sedang, beras diaduk beberapa kali. Jika santan mulai mengering dan
meresap, api dikecilkan. Jika akan dibentuk sebagai nasi ”akas” (tidak
lembek) dan ”mawur” (butiran nasi lepas-lepas) pematangan nasi dapat
dilakukan dengan meneruskan memasaknya dalam panci yang memiliki
saringan (angsangan) atau dimasak di dalam kukusan.
Di dalam acara Sekaten ada
banyak sekali penjual Sega Gurih. Umumnya mereka menempatkan warung
Sega Gurihnya di seputaran Masjid Agung Keraton Yogyakarta. Salah
satu penjual Sega Gurih yang ditemui Tembi adalag Ibu Bardiah (61).
Dia adalah warga asli Kampung Kauman, Kalurahan Ngupasan, Kecamatan
Keraton, Kota Yogyakarta. Menurut pengakuannya ia telah berjualan
Sega Gurih sejak tahun 1970. Kecuali berjualan Sega Gurih
saat ada perayaan Sekaten ia juga menjual menu lain, yakni Sega
Kuning (Nasi Kuning). Selain menjual Sega Gurih dan Sega Kuning
dalam kesehariannya Ibu Bardiah menjual Lotek (sejenis Gado-Gado)
dan Tahu Ketupat. Jadi, ia menjual Sega Gurih hanya pada saat ada
acara Sekatenan saja.
Sega Gurih yang dijual Ibu
Bardiah ini dihargai Rp 5.000,- per porsinya. Satu porsi Sega Gurih
yang disajikan dalam pincuk terdiri atas satu centong nasi yang
diratakan di atas permukaan pincuk plus lauk pauk seperti yang
disebutkan di atas. Untuk Sega Gurih seharga itu jangan berharap
untuk kenyang karena untuk ukuran perut lelaki rasanya memang kurang
banyak (hanya satu centong).
Komponen
lauk yang meskipun disajikan serba sedikit memang cukup pas untuk
sebuah suguhan yang bernama Sega Gurih itu. Hanya saja nasi dalam
Sega Gurih kebanyakan memang kurang pulen. Terkesan keras (akas-mawur)
sehingga agak kurang nyaman ketika sampai di perut. Selain itu juga
ada kesan agak seret juga ketika ditelan. Terpaksalah Tembi
menggelontornya dengan teh panas.
Sega Gurih memang terasa
gurihnya. Rasa ini memang memberikan efek ketagihan bagi yang
menyantapnya. Efek gurih di lidah ini diperkaya dengan rasa lain
seperti asin, sedikit manis dan pedas oleh lauk-lauk lain. Lauk-lauk
ini ibarat lecutan kecil di permukaan lidah yang memicu nafsu makan.
Lecutan yang terasa agak pedas dan panas bisa diredam dengan
beberapa potong ketimun yang disertakan di dalamnya. Soal aroma,
aromanya sungguh harum karena nasi ini dimasak dengan beberapa unsur
bumbu dan rempah. Kecuali itu, aneka macam lauk dengan ciri khasnya
masing-masing juga memperkaya nuansa aroma Sega Gurih ini. Jika
nonton Sekaten, rasanya kurang lengkap jika tidak menyantap Sega
Gurih.
Makan yuk..!
a.sartono |