Djogdja Tempo Doeloe
DEMONSTRASI DI TITIK
NOL JOGJA , TAHUN 1998
Berikut
ini foto tentang pengunjuk rasa (demonstrasi) yang terjadi di luar
gedung Bank Indonesia (yang oleh Belanda dulu dinamakan De Javasche
Bank) dan Kantor Pos (pusat) di Jogja. Demonstrasi ini terjadi pada
tanggal 20 Mei 1998. Rombongan demonstran ini akan bergabung dengan
rombongan demonstran lain di Alun-alun Utara Jogja. Saat itu di
Alun-alun Jogja mereka akan mengajukan keluh kesah hidup yang
dialami oleh seluruh bangsa. Acara tersebut pada masa itu dikenal
sebagai Pisowanan Agung. Mereka mengadukan segala kesulitan hidupnya
kepada raja yang dalam hal ini adalah Sri Sultan Hamengku Buwana X.
Saat itu, Mei tahun 1998 itu
gema reformasi begitu membahana. Orang sudah lelah, tertekan, dan
merasa selalu jadi objek atau korban dari sebuah kekuasaan yang
berlangsung demikian lama. Soal ekonomi yang menghimpit hidup turut
menjadi pencetus utama. Demikian pula korupsi dan berbagai praktek
kebohongan dan tetek bengek yang manipulatif sudah demikian
memuakkan. Termasuk juga berbagai pelanggaran hukum dan HAM.
Rakyat begitu mendambakan
kehidupan yang berkeadilan, makmur, aman, nyaman, bebas dari rasa
takut, dan tenteram. Namun apa yang menjadi dambaan itu tampaknya
belum terpenuhi. Kelelahan, kejengkelan, depresi yang terus menekan
meledakkan demonstrasi besar-besaran dan akhirnya menuntut Presiden
Soeharto mundur atau lengser.
Saat itu Jogja boleh
dikatakan terus bergolak dengan demonstrasi dan hal ini dibarengi
juga dengan demonstrasi serupa di berbagai kota. Mahasiswa dan
pemuda menjadi motor utamanya. Reformasi bisa diraih. Namun dalam
perjalanan selanjutnya ternyata jalannya tidak mulus. Terseok,
terjerembab, terperosok, terjeblos dalam berbagai kasus yang
sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kasus-kasus lama (klasik).
Korupsi, pelanggaran HAM dan hukum, ketidakjujuran, mafia di
berbagai sektor, kriminal, dan lain-lain masih tetap membelit,
menghisap, meremukkan.
Semangat yang ditampakkan
dalam foto tersebut kini seolah menguap oleh berbagai praktek
ketidakjujuran, keegoisan, dan sikap-sikap mementingkan diri
sendiri-kelompok-dan golongannya. Pemikiran untuk mengabdi demi
kepentingan bangsa tinggal menjadi mimpi yang barangkali kian
menguap.
a.sartono
Sumber: M.P. van Bruggen,
R.S. Wassing, dkk., 1998, Djokdja en Solo Beeld van de
Vorstensteden, Nederland: Asia Major. |