Djogdja Tempo Doeloe
Malioboro 1949
Gambar
yang ditampilkan ini adalah gambar situasi Jalan Malioboro, Jogja
tahun 1949. Tepatnya tanggal 29 bulan Juni. Kendaraan militer yang
melintas di Malioboro yang tampak dalam gambar tersebut adalah
kendaraan militer Belanda. Mereka yang melintasi Malioboro pada
waktu itu merupakan rombongan terkahir pasukan Belanda dari kesatuan
Polisi Militer. Mereka itu semula ditugaskan untuk mengatur lalu
lintas di Jogja. Mereka meninggalkan Jogja di bawah kawalan panser
lapis baja menuju sisi (ujung) Jalan Malioboro.
Jika ditilik situasinya
kelihatan bahwa Malioboro waktu itu kelihatan sunyi. Kesibukan yang
ada hanya ditampakkan oleh berlalunya rombongan pasukan polisi
militer Belanda itu saja. Mungkin saat itu banyak warga Jogja yang
lebih memilih menyingkir dari Malioboro yang sedang digunakan untuk
jalan pulang pasukan Belanda. Selain itu, penduduk di Jogja waktu
itu tentu saja belum sepadat sekarang. Malioboro belum menjadi ruang
yang sangat diperebutkan. Belum banyak pedagang, tukang parkir, jasa
angkutan, hotel, restoran, toko, dan sebagainya.
Kini, di tahun 2011, artinya
setelah 62 tahun kemudian Malioboro telah berubah begitu drastis.
Sangat padat. Baik oleh bangunan, kendaraan, lapak, maupun orang.
Ruas jalan utama di Jogja ini menjadi tidak mudah untuk dikelola.
Banyak orang punya kepentingan di sana dan semuanya tentu saja,
butuh ruang di sana. Orang harus berbagi. Ruang yang dulu bisa
dikatakan lega itu kini kian menyempit, terbagi menjadi
kapling-kapling ruang yang terus mengecil.
Malioboro bagi Jogja boleh
dikatakan sebagai jantung. Di dalamnya tidak saja kepentingan
lahiriah yang dipangku, namun Malioboro juga sarat makna. Malioboro
juga memiliki banyak catatan sejarah. Baik yang diingat maupun yang
terlupakan.
a.sartono
M.P. van Bruggen, R.S.
Wassing, dkk., 1998, Djokdja en Solo, Nederland: Asia Major. |