Jaringan Museum BARAHMUS DIY BAKTI SOSIAL KE MUSEUM ULLEN SENTALU KALIURANGHembusan udara sejuk yang terbawa angin menerpa pepohonan di halaman depan Museum Ullen Sentalu di pagi hari Selasa (14/12) lalu. Sejuknya angin pagi itu masih begitu terasa, ketika rombongan keluarga besar Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY tiba di tempat itu pada sekitar pukul 09.00 WIB. Apalagi di kanan kiri museum masih dipenuhi rimbunnya pepohonan cemara dan sejenisnya, semakin menambah sejuk dan nyamannya hawa di museum yang terletak di kawasan Kaliurang itu. Ada sekitar 75 anggota Barahmus yang pagi itu datang ke Museum Ullen Sentalu baik berombongan menggunakan mobil atau secara sendiri-sendiri memakai kendaraan motor roda dua. Mereka berasal dari berbagai museum anggota Barahmus di wilayah Yogyakarta, seperti Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, Museum Pangsar Jendral Sudirman, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandhala, Museum Benteng Vredeburg, Museum Perjuangan, Museum Sandi, Museum Monjali, Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Kekayon, Museum Affandi, Museum Geoteknologi Mineral UPN, Museum Bahari, dan Museum Tembi Rumah Budaya. Kali ini, rombongan anggota Barahmus ke Museum Ullen Sentalu tidak dalam rangka kegiatan senam bersama Barahmus, melainkan dalam rangka kegiatan Bakti Sosial dan Gotong Royong. Usaha bakti sosial ini dilakukan sebagai wujud solidaritas keluarga besar Barahmus terhadap anggotanya, yakni Museum Ullen Sentalu yang sedang terkena musibah. Beberapa waktu lalu, museum yang terletak di lereng kaki Gunung Merapi ini, dengan jarak sekitar 7 km dari puncak, termasuk salah satu obyek wisata yang terkena dampak dari erupsi Merapi. Beruntung sekali, museum ini tidak terkena langsung erupsi, sehingga kerusakannya tidak fatal. Namun begitu, akibat erupsi Merapi tersebut, menyebabkan debu dan pasir Merapi menyelimuti semua tempat di Museum Ullen Sentalu. Ketebalan debu dan pasir bervariasi, mulai dari 10 hingga 30 sentimeter. Sudah lebih dari 2 minggu, Museum Ullen Sentalu berbenah diri dengan cara bersih-bersih agar museumnya segera bisa dikunjungi lagi oleh wisatawan. Usaha yang dilakukan oleh Barahmus ini sebenarnya hanya sebagai salah satu upaya membantu dan meringankan pekerjaan yang dikerjakan Museum Ullen Sentalu yang sudah berhari-hari membersihkan abu vulkanik dan pasir Merapi. Mungkin, kegiatan kerja bakti yang dilakukan hanya dalam sehari ini tidaklah begitu berarti. Namun, kegiatan itu setidaknya bisa dimaknai sebagai bentuk kebersamaannya yang selama ini sudah terjalin baik di antara sesama museum anggota Barahmus. Hadir dalam kerja bakti dan bakti sosial di Museum Ullen Sentalu adalah Dra. Sri Ediningsih, M.Hum. (Ketua I); RM. Donny Surya Megananda, Ssi., M.Si. (Ketua II); Letkol Drs. Sudarno (Ketua IV); Asroni, S.IP. (Sekretaris Umum); Nyi Muryani (Bendahara Umum); dan Drs. Wahyu Indrasana (Badan Pertimbangan). Tampak pula beberapa pengurus dan anggota lainnya, seperti: Beny Sugito, M.Sc. (Museum Monjali), Susanto, BA. (Museum Sonobuoyo), V. Agus S., SPd. (Museum Benteng Vredeburg), dan lainnya. Kerja bakti di Museum Ullen Sentalu kali ini terutama membersihkan debu vulkanik yang masih tersisa di lahan depan museum serta merapikan kanan kiri jalan akses menuju museum (mengepras ranting-ranting pohon, memotong rumput, mengeruk pasir di jalan). Setelah usai, dilanjutkan kerja bakti di areal dalam museum, dengan mengangkuti abu vulkanik kemudian dibuang ke luar areal museum. Setelah selesai, dilanjutkan lagi meratakan tumpukan abu vulkanik yang menggunung di sebuah sudut area museum untuk diratakan ke area lainnya agar kelihatan bersih. Tidak terasa waktu terus bergerak siang. Selepas istirahat, sebelum dilanjutkan peninjauan ke dusun-dusun yang terkena erupsi Merapi, tidak lupa pengurus Barahmus dalam acara bakti sosial ini selanjutnya menyerahkan alat-alat kerja bakti ke Museum Ullen Sentalu, seperti pacul, cetok, alat pengangkut celeng, sekop, sabit, sapu, dan lain-lainnya kepada Isti Yunaida SS., sebagai wakil dari Museum Ullen Sentalu. Peralatan itu, sebagian dibeli dari hasil sumbangan para anggota Barahmus yang dikumpulkan saat melakukan senam bersama Barahmus di Museum Tembi, bulan November lalu. Harapannya semoga alat-alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk membersihkan area museum yang terkena dampak abu vulkanik Merapi. Menjelang pukul 13.30 WIB rombongan Barahmus telah tiba di Dusun Panggukrejo dan Kinahrejo, lereng Merapi yang terkena erupsi Merapi. Sebelumnya telah membuktikan pula daerah wisata Tlogo Putri, Kaliurang yang juga rusak akibat erupsi. Kedua daerah Pangukrejo dan Kinahrejo, termasuk daerah yang sangat parah terkena erupsi. Sudah tidak ada satu pun rumah yang utuh. Bahkan hampir semuanya roboh dan rata dengan tanah. Begitu pula semua pepohonan besar telah hangus dan roboh. Tumpukan pasir setebal 1 meter lebih merata di semua tempat. Di sana-sini masih terlihat, banyak sekali tembok bangunan dan tiang listrik yang roboh menyatu dengan pasir bekas erupsi. Ketika rombongan Barahmus tiba di tempat ini, ratusan hektar lahan terlihat gundul. Begitu pula bukit-bukit terlihat sangat gersang. Namun begitu, beberapa pepohonan kecil sudah mulai tunas kembali, seperti umbi-umbian, pohon pisang, dan tunas-tunas bambu. Hal itu menandakan betapa dahsyatnya erupsi (letusan) Merapi tahun 2010 kali ini. Daerah yang porak-poranda juga melanda beberapa daerah lainnya di sekitar Kali Gendol. Suwandi |