Cerita Stuluk Berwarna Stuluk berwarna adalah komunitas yang lahir dari semangat para perupa muda Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mereka mahasiswa dan mahasiswi IKJ yang selalu menyempatkan diri untuk berkumpul, berbagi dan bertukar ide yang akhirnya bermuara pada bidang datar yang dinamakan kanvas dengan berbagai torehan warna-warni berkarakter dari tiap perupa. Dari keterangan diatas, mereka sepertinya orang-orang yang hari-harinya hanya dihabiskan membahas karya dan dunia seni rupa. Tidak juga, 2 oktober lalu, mereka Adrew Delano Wibowo (Adel), Ahsan Ahmad (Kuple), Aldhi Sukmaruhi (Aldi), Dwi Wicaksono S. (Ube), Johan Ardika (Enjink), Musfiq Amarullah (Musfiq), Nora Hertiana (Nora), dan Slamet Rahardjo (Lame) berHoliday di Tembi Rumah Budaya.
Holiday menjadi tema pameran mereka di Tembi Jogjakarta setelah mereka semua berpameran satu persatu di Gallery TeMBI Jakarta. Kata Holiday sendiri lahir dari pemikiran mereka ketika membayangkan bagaimana suasana Tembi Rumah Budaya Jogjakarta. Dengan kelakar Ube mengatakan kepada saya, kalau mereka mereka benar-benar seperti berlibur sungguhan, Awalnya kita lihat-lihat brosur Tembi dan lihat-lihat waah keren rumah tempat kita nginap nanti. Trus begitu sampe Jogja kita pake dijemput mobil, macam bener aja pake dijemput. Yang lebih seru lagi pas kita sampe Tembi, dikasih welcome drink wuiih segeer apalagi pas liat rumah yang akan kita tempatin disana. Nggak nyangka asik banget, cerita Ube. Takjub dengan tempat tinggal dengan pemandangan sawah dan kolam renang tak lantas membuat mereka lupa tujuan utama, yaitu berpameran dan memperkenalkan lebih jauh Stuluk Berwarna lewat karya-karya mereka di kota Jogjakarta. Sayang dari delapan perupa hanya enam yang bisa hadir ke Tembi Jogja dengan alasan pekerjaan dan waktu. Namun karya mereka tetap terpampang di galeri Tembi, sampai 16 Oktober mendatang. Bicara soal karya dan persiapan pameran, Ube salah satu dari perupa mengaku tidak merasa ribet atau tegang, karya-karyanya justru merepresentasikan kesantaian mereka dalam membuat karya tanpa ada embel-embel. Ya seperti layaknya sedang berlibur, santai, rileks, senang, bahagia, jauh dari kesan jenuh, katanya.
Lain Ube, lain lagi kesan Nora satu-satunya perempuan dalam kelompok ini. Selain mengurus semua keperluan dia wanita tangguh yang siap menerima masukan atau keluhan dari tujuh pria yang ada dalam Stuluk Berwarna. Usai pameran, selain ucapan terima kasih atas kesempatan untuk berpameran Nora mengaku benar-benar menikmati pameran Holiday mereka. Kebebasan untuk bereksplorasi lewat karya tanpa ada tekanan atau paksaan juga menjadi penyemangat mereka dalam berkarya. Selama 4 hari berada di tembi, menjadi sebuah renungan dan juga seperti oksigen baru yang dialiri kedalam setiap diri kami untuk memiliki semangat untuk berkarya setiap hari kedepannya, tutur Nora. Pameran Stuluk di Tembi Jogjakarta juga menjadi sebuah pembuktian atau eksistensi mereka, sebagai seniman ibukota metropolitan. Apalagi setelah beberapa kali eksistensi mereka dipertanyakan. Mereka ada dan tetap berkarya, semoga kedepannya mereka menjadi lebih baik menjadi perupa yang mengedepankan karakter dan komitmen dalam berkarya. Satu lagi pesan dari Nora, semoga semakin banyak perupa muda yang lahir dari Tembi Rumah Budaya dan tidak ada pemisah antara perupa, karya, pemilik galeri dan penikmat seni karna karya-karya anak negri layak untuk diapresiasi dan didukung.
Natalia |