Cergam
Kampungan "Romansa"
Komik Indonesia Tidak Pernah Mati
Siapa yang tak suka membaca komik, setiap orang pasti mengaku pernah dengan sengaja atau tidak sengaja mengoleksi komik pada masa kecil dan remajanya. Misalnya saja komik roman, komik silat, komik humor, komik olahraga, komik detektif, komik petualangan, dan masih banyak lagi. Bicara komik, di indonesia sendiri secara khusus, pada masa awal munculnya komik terdapat empat kategori komik, yaitu komik wayang, komik silat, komik humor dan komik roman remaja. Komik Indonesia lahir pada 1931 ketika harian Sin Po memuat komik humor yang menceritakan tentang seorang tokoh gendut Put On, karya Kho Wang Gie. Kemudian disusul dengan mingguan Star Magazine yang memuat Si Tolol, dan Star Weekly dengan Oh Koen.
Bagi komikus Indonesia, cerita bergambar yang bercorak realistis baru dimulai seiring dengan munculnya komik berjudul Mentjari Poetri Hidjau karya Nasoen As pada tahun 1939. Cerita bergambar itu dimuat di majalah Ratoe Timore pada 1 Februari 1939. Mentjari Poetri Hidjau adalah kisah fantasi yang digali dari cerita rakyat Sumatera. Dari segi kisah, boleh dibilang inilah komik pertama Indonesia yang formatnya sudah lengkap sebagai komik modern. Jika Put On adalah komik berkategori strip (ceritanya sepotong-sepotong), komik Mentjari Poetri Hidjau waktu itu sudah bisa dibukukan.
Sejarah Komik Indonesia sempat mengalami masa berliku saat memasuki tahun 1963-1965. Saat itu, komik Indonesia lebih banyak membawa pesan-pesan propaganda politik Orde Lama. Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia berlangsung pada tahun 1980. Hal itu ditandai dengan banyaknya ragam dan judul komik yang muncul. Komik yang populer pada waktu itu adalah komik bertema petualangan pendekar-pendekar silat dan superhero, misalnya Si Buta dari Gua Hantu, Siluman serigala Putih, Si Djampang, Panji Tengkorak, Godam, Gundala, dan lain-lain. Sayang sejak tahun 1985-an komik lokal sudah mulai jarang terlihat, saat itu komik dari luar mulai gencar menyerbu Indonesia, disusul dengan masuknya komik-komik lisensi yang diterbitkan di Indonesia, seperti misalnya Tintin, Lucky Luke, Richie Rich, Casper, Smurf dan lain-lain. Sekitar tahun 1990 mulai masuk komik-komik dari Jepang, seperti Candy- candy, Doraemon, Kung Fu Boy.
Sampai sekarang, anak- anak dan remaja Indonesia lebih mengenal komik hasil karya seniman-seniman Jepang daripada komikus dalam negeri. Komikus lokal dan karya-karyanya pun seperti hilang ditelan jaman, seakan-akan tidak mampu bersaing dengan keberadaan komik-komik lisensi tersebut. Tapi komik indonesia tidak pernah mati, meski tantangan yang dihadapi cukup besar, toh masih banyak komunitas pencinta komik tanah air yang terus bergerak. Salah satu tempat yang bisa kita jadikan bukti adalah Akademi Samali yang berlokasi di Jalan Raya Pasar Minggu. Akademi Samali Pimpinan Beng Rahadian yang akrab dipanggil Beng saja ini memang tempatnya bagi mereka pencinta komik tanah air. Segudang kegiatan pun digelar di sini. Mulai dari workshop, pameran hingga lomba membuat komik.
Dan beruntungnya pada 14 Februari 2010 kemarin, bertempat di Galeri Nasional, Beng Rahardian bersama 8 komikus baik dari generasi muda dan senior meluncurkan Kumpulan Cergam Kampungan edisi perdana. Mereka antara lain, Arif Yuntoro, Aji Prasetyo, Papillon Studio, Hans Jaladara, Pamudji MS, Aprilia Sari, Beng Rahadian, dan Jon Kobet. Menurut Beng, yang mewakili teman-temannya istilah Kampungan yang mereka pilih adalah ingin memberikan nuansa lokalitas yang merupakan kekayaan bangsa kita. Acara diskusi buku pun berjalan dengan santai, komikus senior yang juga hadir dalam acara tersebut adalah Hans Jaladara, pengarang komik Pandji Tengkorak, juga Djair Warni pengarang Jaka Sembung. Disela-sela diskusi, Hans sempat mengatakan semangatnya masih seperti dulu, dan keikutsertaannya dalam cergam ini untuk menyemangati generasi muda untuk selalu berkarya.
Serupa dengan harapan Hans, Beng juga mengatakan cergam edisi perdana ini semoga bisa menjadi pembangkit semangat generasi muda untuk membuat karya dengan sepenuh hati, jujur, alur cerita yang menarik, karakter yang kuat, serta teknik berkomik yang luar biasa. Dan tentunya untuk kemajuan komik Indonesia.