Museum - Kendhi

Kendhi

Kendhi, adalah sebuah peralatan rumah tangga yang sering dipakai oleh masyarakat Jawa di masa lalu. Fungsi alat ini untuk menyimpan air minum. Alat rumah tangga ini pada awalnya terbuat dari tanah liat, atau sering disebut gerabah. Peralatan rumah tangga lain yang dibuat dari tanah liat misalnya layah �cobek�, kwali �periuk�, klenthing �kelenting�, maron, genthong �tempayan�, dan sebagainya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Jawa memanfaatkan kendhi bukan hanya berfungsi sebagai tempat air minum, tetapi meluas untuk kebutuhan lain yang berkaitan dengan upacara, misalnya siraman (upacara pernikahan), pemakaman (upacara pemakaman), upacara kelahiran, dan lainnya. Kendhi dipakai sebagai perlengkapan dalam upacara-upacara tersebut. Dalam upacara siraman pernikahan, salah satu prosesinya adalah mecah kendhi, sebagai simbol pecahnya pamor calon penganten. Dalam upacara pemakaman, kendhi diikutsertakan sebagai alat yang diletakkan di atas pusara orang yang baru saja meninggal, (bermaksud agar orang yang meninggal terlepas dari rasa dahaga), di samping perlengkapan lain misalnya payung, kelapa muda, dan bunga tabur. Dalam upacara kelahiran, kendhi pun muncul sebagai salah satu perlengkapan yang dipakai dalam pemakaman ari-ari.

Pada masa lalu, masyarakat Jawa juga memanfaatkan kendhi untuk menolong orang lain. Pasalnya, ketika rasa solidaritas dan kesetiakawanan masih tinggi di kalangan masyarakat Jawa, ketika kapitalisme belum melanda dan menghinggapi setiap pribadi orang Jawa, kendhi yang sudah berisi air minum sering diletakkan di halaman depan rumah dekat jalan. Fungsinya agar setiap orang (sudah dikenal atau belum) yang lewat jalan itu ketika haus bisa leluasa minum air kendhi tanpa harus minta izin dulu. Sebab, secara otomatis, kendhi yang diletakkan dekat jalan, sudah direlakan untuk disediakan dan diminum orang lain. Bukankah hal seperti ini sebagai tanda bahwa rasa solidaritas di masyarakat Jawa di zaman dulu masih tinggi? Hal seperti itu kiranya sangat sulit ditemukan di zaman sekarang. Ini juga bisa untuk membuktikan perbedaan, bahwa masyarakat Jawa di zaman dulu merasa malu jika tidak bisa menyediakan kendhi di halaman depan rumahnya. Namun di zaman sekarang, sebaliknya, orang merasa malu jika masih menyediakan kendhi di halaman depan rumahnya.

Dalam perkembangannya, kendhi tidak hanya terbuat dari gerabah (tanah liat) tetapi dibuat dari plastik. Sebab ternyata kendhi yang terbuat dari plastik lebih awet dibandingkan yang terbuat dari gerabah yang mudah pecah. Kendhi yang terbuat dari tanah liat, pada saat ini boleh dikatakan sudah berkurang peredaran dan produksinya. Hal itu bisa dilihat, bahwa sentra-sentra pembuatan kendhi secara tradisional sudah jarang ditemukan di masyarakat Jawa. Tentu hal itu dipengaruhi pula sedikitnya konsumen yang memanfaatkan kendhi menjadi bagian dari peralatan rumah tangganya. Namun demikian, sampai saat ini kendhi masih bisa ditemukan dijual di pasar-pasar tradisional, warung-warung tradisional, pasar malam, dugderan, sekatenan, atau sentra-sentra gerabah yang masih tersisa. Kendhi saat ini juga banyak menjadi koleksi museum yang menyimpan benda-benda peradaban manusia di zaman tradisional. Rumah Dokumentasi Budaya Yogyakarta saat ini menyimpan kendhi sebagai salah satu koleksinya.

Jelaslah bahwa perkembangan teknologi akan menghasilkan barang-barang yang berkualitas lebih baik serta lebih awet. Barang-barang yang mudah pecah, kurang praktis, kurang efisien akan semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya. Namun demikian ternyata dari sisi kesehatan, ternyata barang-barang yang terbuat secara alami, seperti kendhi tadi, lebih higienis, artinya risiko terkena bahan-bahan kimia lebih rendah. Selain itu minum air kendhi ternyata lebih segar jika dibanding langsung minum dari kendhi yang terbuat dari plastik.

Naskah oleh : Suwandi Suryakusuma
Foto oleh : Didit Priyo Daladi