Museum - Anglo
Anglo
Anglo
atau dalam bahasa Indonesia kadang disebut tungku, memiliki peranan
penting dalam peralatan dapur bagi masyarakat Jawa di masa lalu.
Pada saat ini memang masih ada sebagian masyarakat Jawa yang
menggunakan alat ini, namun sudah berkurang. Sebagian dari mereka
sudah berganti ke peralatan yang lebih modern dan lebih praktis
seperti kompor minyak, kompor gas, atau kompor listrik. Sebab
peralatan modern memiliki keunggulan di bidang keawetan, kepraktisan,
dan kebersihan. Sementara anglo sebagai alat dapur tradisional
memang kurang awet, praktis, dan bersih.
Anglo termasuk peralatan
gerabah yang terbuat dari tanah liat. Penmbuatannya pun tidak
terlalu rumit bagi perajin yang sudah biasa membuatnya. Karena tidak
banyak mengalami proses atau tahapan. Setelah melalui pencetakan
tradisional, anglo dikeringkan di bawah terik matahari. Setelah
kering tentunya dibakar bersama-sama jenis gerabah lainnya seperti
kwali, kendhil, layah, dan sebagainya. Setelah diangkat dari
perapian yang sudah dingin dan sudah dibersihkan dari kotoran abu
pembakaran, maka anglo siap dipasarkan.
Sentra-sentra
industri anglo dan jenis gerabah ini pun saat ini sudah sangat
menyusut. Boleh dikatakan keberadaan sentra-sentra ini sebagian
besar ada di pelosok-pelosok daerah. Karena pemakainya terbatas,
maka pemasarannya tidak seramai di masa lampau ketika banyak orang
masih tergantung sekali dengan keberadaan anglo. Namun begitu
beberapa pedagang tradisional terkadang masih menggunakan alat
memasak ini untuk berjualan, seperti penjual bakmi goreng, pedagang
sate, pedagang wedang ronde, pedagang makanan, pedagang soto, atau
pedagang kali lima lainnya.
Anglo dengan bahan bakar
utama arang sering dipakai oleh masyarakat Jawa untuk memasak di
dapur, seperti memasak air, makanan, menggoreng, membakar, atau
bahkan untuk menghangatkan badan ketika musim dingin tiba. Anglo
memiliki ukuran yang bermacam-macam pula, mulai dari kecil (biasanya
untuk keperluan membatik, atau membakar dupa dalam prosesi upacara
pemakaman), sedang, maupun besar. Untuk ukuran sedang biasanya untuk
pemakaian rumah tangga, sementara ukuran besar untuk memasak dalam
partai besar, misalnya untuk hajatan, mesti dusun, sunatan, dan
sebagainya.
Pada umumnya bentuk anglo
seperti silinder dengan sisi bawah tertutup rapat, sementara bagian
atas cekung agak ke dalam. Sementara bagian samping bawah berlubang
sepertiga, kemudian sisi bagian cekung berlubang-lubang, berfungsi
untuk menerima angin dari kipasan bawah lubang ketika dikipasi atau
juga berfungsi untuk mengeluarkan abu arang. Sementara di atas
bagian yang berlubang berfungsi sebagai tempat arang. Bagian atas
berbibir melingkar dengan sedikit tonjolan di tiga sisi, yang
berfungsi untuk menempatkan alat masak, seperti wajan, panci, kendil,
dan sebagainya.
Akibat perkembangan zaman,
penggunaan anglo semakin terus menurun. Tidak mustahil jika generasi
sekarang sudah jarang yang mengenal peralatan tradisional di dapur
ini. Jika mereka hendak mengetahuinya, tentu sudah sulit
menjumpainya, kecuali di beberapa sentra pembuatan gerabah, atau
mungkin museum yang mengoleksi benda-benda etnografi, khususnya Jawa.
Naskah oleh : Suwandi
Foto oleh : Didit PD. |