Tiga Komposisi Tari dari Made Dyah Agustina di Tembi
Rabu, 30 Mei 2012 malam Made Dyah Agustina, SPd., selaku koreografer sekaligus pelatih seni tari di Tembi Rumah Budaya melalui unit kegiatannya yang dinamakan Tembi Dance Company mempergelarkan hasil koreografinya. Tiga karya komposisi tari yang dipertunjukkan pada tanggal tersebut masing-masing diberi tema Bintang Itu Aku, Itu Aku, dan Ini Takdirku.
Komposisi tari yang pertama, yakni Bintang Itu Aku ditarikan oleh Rara dan Angger yang masing-masing masih duduk di bangku sekolah TK. Dalam komposisi ini ditunjukkan tentang dunia anak yang bercita-cita setinggi bintang sekaligus (seolah) menjadi bintang. Di samping bercita-cita setinggi bintang, dunia anak-anak tetaplah dunia anak-anak yang identik dengan keceriaan dan bermain. Demikian pun komposisi tari ini menggambarkan hal yang demikian. Tarian yang lincah dengan pola gerak yang dinamis, ekspresi wwajah yang ceria, serta adanya property berupa sepeda roda tiga menegaskan akan dunia anak-anak itu.
Komposisi tari yang kedua, Itu Aku menggambarkan dunia remaja menuju dewasa. Komposisi tari kedua ini ditarikan oleh Rr. Evi Wedyoningsih. Tari kedua ini menggambarkan bagaimana senangnya menjadi remaja. Dunia penuh keceriaan yang penuh dengan rasa rindu dan ingin dirindukan akan lawan jenis. Dunia dimana sang tokoh ingin mendapatkan perhatian sekaligus ingin mempertahikan. Pola gerak tari yang diperagakan pada komposisi kedua ini juga kelihatan sangat dinamis. Boleh dikatakan pola-pola gerak tarinya ”lepas” dari apa yang disebut pola gerak tari tradisi. Bahkan secara tegas Made juga menyebutkan bahwa pola-pola gerak tari yang ditampilkan sejauh mungkin memang kontemporer.
Komposisi kedua ini lebih kelihatan ”seru” dan dinamis karena tabir atau layar putih yang menjadi background penari utama menjadi layar yang dapat menampilkan pola-pola gerak tari dari penari lain dimana pola-pola gerak tarinya sama persis dengan yang ditarikan oleh penari utama. Pola gerak di balik layar ini seolah menirukan (menjadi bayang-bayang) dari penari utama. Ketika bayang-bayang itu menjadi banyak (tidak lagi satu) dengan bergerak dengan pola yang sama baik bentuk gerak maupun temponya, maka hal demikian semakin menampakkan kedinamisannya. Menampilkan kekompakan sekian penari dalam gerak tari yang persis sama. Dunia remaja yang dialami kaum perempuan ini bagaimanapun juga pada akhirnya akan mengarahkan remaja perempuan itu menjadi ibu. Baik ibu dalam makna langsung maupun tidak langsung. Pada sisi inilah kelak sang gadis akan mengemban tanggung jawab yang tidak ringan.
Komposisi tari yang ketiga ditarikan oleh Made Dyah Agustina sendiri bersama Rr. Evi Wedyoningsih. Pada komposisi tari ketiga ini ditampilkan sosok seorang ibu yang demikian kesakitan waktu melahirkan. Bayi yang lahir kemudian selalu berada dalam lindungan dan asuhan sang ibu. Barangkali fokus perhatian penonton akan tersedot pada tari yang menggambarkan proses kelahiran sang bayi karena pada bagian ini ada alokasi waktu yang relatif lebih dari pada dalam pola gerak tarinya. Namun demikian tampaknya Made tidak ingin terjebak pada hal tersebut. Hal demikian diurai atau diderivatisasikan dalam pola-pola gerak berikutnya yang menggambarkan proses sang bayi menuju dewasa.
Bagi Made dunia wanita adalah dunia yang luhur. Di dalamnya banyak kewajiban dan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan oleh pria, contohnya melahirkan. Juga menyusui dan mengasuh bayi dengan penuh ketekunan dan kesabaran.
Sama seperti komposisi tari sebelumnya, komposisi tari ketiga ini juga mengeksplorasi gerak secara ”bebas’ namun terstruktur, terpola, dan ”tersistematisasi” sehingga menjadi suguhan pola gerak tari yang menarik dan tidak mengingatkan orang pada pola-pola gerak tari yang selama ini relatif sudah mengeram dalam memori yang hal ini sering dianggap sebagai timbunan artefak tentang segala sesuatu yang sudah menjadi tradisi, termasuk tari.
a.sartono
http://kasakusuk.com/
http://www.sauninestringorchestra.com/
http://www.ncommeventorganiser.com