Merayakan Ulang Tahun Ala Seniman
Setiap orang mempunyai cara sendiri untuk merayakan ulang tahunnya. Ada yang merayakan dengan pesta besar, di hotel misalnya. Ada juga, yang secara diam-diam, merayakan ulang tahun dengan menerbitkan buku. Tapi ada juga yang hanya dirayakan bersama dengan anggota keluarga. Pendek kata, ada banyak model untuk merayakan hari ulang tahunnya.
Ini, ada dua orang seniman, yang usianya sudah di atas 60 tahun, merayakan hari ulang tahunnya secara bersama. Tentu, karena seniman, perayaannya tidak dilepaskan dari kegiatan kesenian. Tempatnya pun mengambil di ruang terbuka, yakni di Pasar Ngasem Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan misalnya, membuat skets bersama, tak ketinggalan potong tumpeng dan ekspresi kebahagiaan: yakni nyanyi-nyanyi, membaca puisi. Acara ini dilakukan Sabtu (10/3) di Pasar Ngasem Yogyakarta.
Siapa dua orang seniman itu?
Setidaknya orang Yogya sudah mengenalnya, atau seniman-seniman lain di luar Yogya, rasanya telah mengenalnya. Kedua seniman itu ialah Mien Brojo, seorang seniman teater, sekaligus seorang pemain film, merayakan 75 tahun usianya. Yang satunya, Untung Basuki, seniman teater dari Bengkel teater dan penggubah puisi sebagai lagu, yang merayakan 63 tahun usianya.
“Saya merasa surprise hari ini merayakan ulang tahun saya yang ke 63. Karena selama ini saya tidak pernah merayakan ulang tahun, bahkan terkadang sering lupa kalau hari ulang tahun saya. Bu Mien Brojo yang mengajak acara ini dan saya ya, hanya manut saja” kata Untung Basuki.
Ya, namanya seniman, acara seni tidak bisa dilepaskan, selain tentu saja mendendangkan lagu puisi. Yang berulang tahun, Untung Basuki, mengajak Picuk Asmara untuk mengalunkan lagu puisi ‘Hutan Pinus’ dan Untung Basuki mengiringi dengan gitar. Mien Brojo, yang merayakan ulang tahun ke 75, membacakan puisi, untuk dirinya dan juga untuk teman-temannya yang hadir’ Barangkali karena haru, di usia tua masih terus berkarya, sekaligus mungkin bahagia, karena acara ulang tahunnya dihadiri teman-teman yang masih muda, Mien Brojo membacakan puisi sambil menitikkan air mata.
Bukan hanya yang berulang tahun yang membaca puisi, Liek Suyanto, seorang aktor ikut membacakan satu puisi karya Mien Brojo. Karena bagi Liek, Mien Brojo adalah ‘dewa penolong’. Sebab ketika Liek Suyanto masih muda dan ‘ngglandang’ di Jakarta sering mampir dan makan di rumah Mien Brojo.
‘Puisi ini saya bacakan untuk mbakyuku yang tercinta, Mien Brojo’ kata Liek Suyanto.
Kita tahu, seniman mempunyai cara sendiri untuk merayakan ulang tahunnya, tempat yang dipilih, meski sangat sederhana, tetapi mempunyai nuansa seni dan kultural. Lokasi Pasar Ngasem, yang sudah direnovasi, pada bagian belakang tersedia ruang-ruang terbuka yang, rencananya hendak dipakai menjual souvenir, tetapi belum terpakai. Tempat ini dipakai untuk merayakan ulang tahun itu.
Hadirin duduk lesehan, mendengarkan beberapa acara kesenian digelar, termasuk ada pertunjukkan wayang beber dari Musafik. Sebelum acara dimulai, pagi hari, ada acara menggambar skets dengan tema bebas.
Tidak ketinggalan, potong tumpeng yang dilakukan oleh Mien Brojo dan Untung Basuki untuk menandai pesta ulang tahun keduanya.
Rasanya, ini adalah satu acara sederhana untuk upaya menikmati kebahagiaan bersama, diantara sesama seninman dan kolega.
Ons Untoro