Lungguh Gupuh lan Suguh
Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti duduk, sibuk, dan me (-saji-) kan.
Pepatah ini sebenarnya lebih mengacu pada peristiwa atau tradisi masyarakat Jawa, khususnya Jawa masa lalu yang merasa malu jika tidak dapat menyambut tamu dengan baik. Jadi jika ada tamu datang tamu harus segera diajak masuk ke dalam rumah dan dipersilakan duduk (lungguh). Setelah lungguh atau duduk maka tuan rumah akan gupuh atau sibuk untuk menyiapkan suguh atau menyajikan minuman dan makanan untuk tamu. Sesuatu yang memalukan jika ada tamu datang namun tuan rumah tidak segera mempersilakan masuk dan duduk. Lebih memalukan lagi jika tuan rumah kemudian tidak kelihatan sibuk untuk melayani sang tamu. Bentuk pelayanan itu adalah menyiapkan tempat duduk, suasana, dan yang pokok adalah suguhan. Apa pun wujud suguhan itu bagi tamu adalah sebuah bentuk atau manifestasi perhatian tuan rumah kepada sang tamu. Bukan soal suguhan itu berharga mahal, mewah, atau tidak. Hal yang penting adalah bahwa suguhan itu diberikan dengan hormat dan ikhlas. Demikian pun dengan tempat duduk dan sambutan (gupuh).
Bisa saja tempat duduk untuk tamu itu hanya berupa tikar yang digelar di lantai tanah. Bisa jadi suguhan yang disajikan kepada tamu hanya berupa singkong rebus dan air putih. Akan tetapi jika semua itu diberikan kepada tamu dengan rasa hormat dan ketulusan serta kejujuran, maka sang tamu akan tetap merasa disambut, diterima, dan dihormati.
a.sartono