Lukisan Jiwa dari Eva Bubla
Sensitifitas. Memang tepat istilah yang dipilih kritikus senirupa Suwarno Wisetrotomo untuk menyebutkan kelebihan pelukis asal Hongaria Eva Bubla. Suwarno, yang membuka pameran tunggal Eva, menyebutkan bahwa sebagai pelukis Eva mempunyai sensitifitas yang tinggi yang nampak pada karya-karyanya. Eva, kata Suwarno, juga mendalami apa yang ia lukis. Ini yang membedakan Eva dengan banyak perupa asing yang lebih bersikap seperti turis saat melukis tentang Indonesia.
Senada dengan Suwarno, kurator Seruni Bodjawati menulis dalam katalog, “Dalam menyergap dan menghayati objeknya, Eva berusaha selalu manjing sajroning kahanan, lebur dengan situasi dan keadaan yang mengepung dirinya. Bukan seperti turis yang sekilas pandang lantas memotret. Tapi ia tetap mandiri, utuh, dengan kepribadiannya. Menghayati peristiwa dan semesta Yogyakarta dengan pola pikir dan cita rasa orang Hongaria.”
Eva memperjelas dalam statementnya, “Kanvas saya adalah kesaksian dari realitas di dalam diri, yang terinspirasi dari pengalaman dan emosi. Pada saat ini cinta, kedamaian, ketakjuban, kekecewaan, pengkhianatan, perjuangan, kelahiran kembali, moral dan tradisi. Jalan menuju kedamaian di dalamnya.”
Lukisan-lukisan Eva dipamerkan di Tembi Rumah Budaya, 1-7 Juni 2012 dengan tajuk ‘All Eye Am’. Ia mendapat beasiswa selama setahun untuk studi di Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta. Pada Juli mendatang ia harus kembali ke Hongaria.
Mengapa pameran ini diberi judul ‘All Eye Am’, yang mengesankan plesetan ‘All I Am’? Menurut Eva, “karya yang dipamerkan ini merupakan ekspresi dari ‘all I am’ (semua tentang saya) dan apa yang telah saya lewati.”
Eva menambahkan, “Maksud dari ‘mata’ adalah bagaimana saya memperhatikan dunia dan juga ‘aku’ di dalamnya, serta menggambarkan apa yang ada di luar. Apa pun yang menjadi subyek perkaranya, ini sangat menggugah minat untuk melukiskan bahwa tidak hanya wujud yang terlihat namun juga nilai dan kualitas yang tersembunyi di dalamnya; jiwa dari semua yang hidup atau merupakan kesatuan yang hidup, intisari dari titik manapun dalam catatan sejarah. Intisari yang tidak hanya dipahami oleh pikiran tapi juga diterjemahkan oleh hati. Keselarasan, kedamaian, ketiadaan dari hal tersembunyi, sifat yang tersembunyi , sensitifitas, dan di dalam waktu yang sana kegembiraan, kebebasan dan hidup adalah nilai.”
Seruni menilai bahwa gaya, teknik dan karakter kesenilukisan Eva sudah ketemu. Tentang karya Eva dalam pameran ini, kata Seruni, “Akrilik dicampur dengan banyak air dan membuatnya mengalir di atas kanvas. Muncullah berbagai kejutan dari background dasar, tak terduga mirip kecelakaan. Sesudahnya, ia bermain dengan background dasar itu. Detail-detail penting diperjelas gambarannya dan sisanya dibiarkan abstrak.”
Lukisan-lukisan Eva Bubla visualnya memang bergreget kuat, ekspresinya hidup. Bukan semata teknik tapi rasa yang mencuat. Lukisannya tentang wajah, misalnya, di satu sisi goresan yang tajam dan menyentak, serta disangatkan sorot mata yang memancar kuat dan hidup, di sisi lain lelehan cat yang melembutkan, yang terasa sayup dan lirih, sebuah visual rasa yang lain. Begitu pula sebuah lukisan landskapnya yang kuat sekali rasa lengangnya. Membuat lukisan yang terkesan sederhana tapi berjiwa, inilah kekuatan lukisan Eva.
barata
http://kasakusuk.com/
http://www.sauninestringorchestra.com/
http://www.ncommeventorganiser.com