KUNJUNGAN SMP N 2 KRETEK:
BELUM PERNAH MENDENGAR TENTANG Tembi

Sabtu, 7 April 2012 Tembi Rumah Budaya kembali mendapatkan kunjungan dari sebuah sekolahan. Kali ini bukan sekolahan yang begitu jauh jaraknya dari Tembi. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang masih berada di kawasan Kabupaten Bantul, yakni SMP Negeri 2 Kretek, Bantul. Kampus sekolahan ini berada di sisi barat pintu masuk atau gerbang wisata Pantai Parangtritis. Kunjungan mereka ke Tembi dilakukan setelah mereka melakukan kunjungan ke wilayah Kota Yogyakarta. Ada sekitar 150-an siswa plus pendamping dalam kunjungan itu. Hal demikian menyebabkan keluasan Pendapa Yudanegaran, Tembi nyaris tidak mampu menampung atau memberikan tempat duduk lesehan yang relatif nyaman bagi mereka.

Begitu mereka menerima penjelasan dari pihak Tembi dan kemudian dipandu untuk berkeliling kompleks Tembi mereka pun merasa kagum. Sungguh, ini bukan gede rasa, sombong, bangga, atau pamer. Hal demikian memang diungkapan secara langsung maupun tidak oleh siswa-siswa dan para pendamping mereka. Bagi orang yang telah terbiasa berada di kompleks Tembi mungkin Tembi memang terasa menjadi biasa-biasa daja. Namun bagi orang yang baru pertama kali berkunjung ke Tembi kebanyakan dari mereka akan merasa kagum.

Ada beberapa kekaguman yang mereka lontarkan secara spontan. Kekaguman mereka umumnya berkenaan dengan penyelenggaraan lembaga ini yang sepenuhnya dikelola secara mandiri (swasta). Kekaguman kedua adalah adanya program-program kebudayaan (kesenian) yang bisa dilaksanakan secara rutin dan terus-menerus. Lembaga ini cukup lengkap untuk urusan itu. Pelatihan Seni Tari, Musik, Tatah Sungging Wayang, Tatah Topeng, Macapatan, Pameran dan Residensi Seni Rupa, Kursus MC Jawa, Jamasan Keris, Kursus Bahasa Jawa, Pentas Baca Puisi (Sastra), Karawitan, Lukis Wayang, Belajar Membatik, dan lain-lain semuanya ada di lembaga ini dan diselenggarakan dengan rutin dan terus-menerus. Belum lagi publikasi berita kebudayaan setiap hari dari website milik Tembi, yakni www.tembi.org dan www.tembi.net serta koleksi buku-buku kebudayaan baik buku lama maupun baru juga ada di lembaga ini.

Apa yang disampaikan itu pun masih belum lengkap karena lembaga ini juga memiliki bagian-bagian dan program lainnya. Ada Museum dengan sekian banyak koleksi benda-benda kuna, ada Rumah Inap dengan arsitektur rumah Jawa ndesa, Ruang Meeting, Belik, Warung Dhahar dengan menu-menu tradisional Jawa, Angkringan Serba Organik dan murah, dan pendampingan petani organik Tembi. Semuanya menambah ”kekayaan” lembaga ini.

”Saya tidak tahu bahwa di Bantul ada tempat, ada lembaga seperti ini.” Demikian salah satu komentar dari SMP N 2 Kretek. Bahkan secara tersirat beberapa dari mereka (pendamping) meresa ketinggalan informasi karena sebagai orang Bantul kok bisa-bisanya belum tahu, bahkan belum pernah mendengar tentang Tembi. Tidak apa-apa. Tidak perlu kecewa atau gela. Informasi memang bisa sampai dengan cepat atau lambat. Semua tergantung pada situasi dan kondisinya. Tidak mesti orang yang dekat lantas tahu informasi tentang sesuatu yang berdekatan dengan dirinya. Bahkan dalam dunia perdukunan justru orang-orang yang jauhlah yang umumnya akan tahu lebih dulu tentang keampuhan sang dukun. Sementara orang yang dekat umumnya akan mengabaikan atau bahkan tidak tahu bahwa di daerahnya ada dukun ampuh.

Bagaimanapun hal ini tentu tidak bisa dipersamakan dengan dunia dukun. Tembi adalah Tembi, yakni sebuah lembaga yang bergerak dalam urusan kebudayaan serta memiliki misi ”Menjadi pusat lahirnya produk-produk kreatif berbasis budaya lokal yang berkualitas dan menjadi bagian dari jaringan masyarakat kreatif dunia.”

Tembi tidak boleh merasa terlalu bangga diri akan pujian dari luar. Pujian bisa membuat orang terlena, mabuk, dan lupa diri. Pujian mestinya disikapi sebagai sebuah tanggung jawab untuk terus meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja sesuai dengan bidang masing-masing dengan penuh dedikasi, integritas, dan kegembiraan.

a.sartono