Foto Kisah Relief Ramayana
Tentulah kita mengenal kisah Ramayana, yang hingga hari ini terus dipentaskan, setidaknya di Pramabanan, kisah Ramayana bisa kita lihat pertunjukkannya. Namun diluar pertunjukkan di panggung, kisah Ramayana sebenarnya sudah ‘dipentaskan’ di candi-candi dalam bentuk relief.
Kisah Relief Ramayana itu, dalam bentuk foto dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta. Pembukaannya dilakukan Senin (25/6) yang lalu dan akan berakhir sampai 4 Juli yang akan datang. Sekitar 102 foto relief, yang mengkisahkan Ramayana dipamerkan. Artinya kita bisa melihat ‘penggalan’ kisah Ramayana dari candi-candi yang berbeda. Melihat foto kisah cerita Ramayana ini, kita bisa membayangkan, pada masa silam, sebuah kisah yang dibuat teks, tetapi tidak dalam bentuk buku seperti kita kenal sekarang. Simbol yang dipakai mengkisahkan bukan huruf, tetapi gambar.
Candi-candi merupakan bentuk dokoumentasi dari satu kisah, selain candi itu sendiri merupakan kisah cerita. Dengan kata lain, teks yang menempel pada tubuh candi, merupakan jalinan kisah, yang dikenali oleh bangsa pada masa candi dan relief itu ada. Pada masa itu,, orang yang datang ke candi, selain untuk menunaikan tugas imannya, sekakigus ‘membaca’ kisah yang ada di tubuh candi, dan kisah-kisah itu adalah ‘ajaran’ untuk umatnya.
Foto-foto yang dipamerkan merupakan foto lama dan merupakan karya dari Ipphos. Tentu saja foto ini umurnya sudah tua, kalau foto tersebut dibuat tahun 1926, sudah sekitar 76 tahun yang lalu foto itu diproduksi. Hermanu, pengelola Bentara Budaya Yogyakarta, setidaknya memahami, bahwa betapa sulitnya menemukan foto-foto terbaru, walaupun berbagai upaya telah dilakukan dengan menghubungi pihak-pihak yang bersentuhan dengan dunia candi, namun hasilnya tidak ‘terlalu menggembirakan’
Melalui pameran foto relief ini, kita bisa melihat candi syiwa pada masa itu, candi Borobdur sebelum dipugar dan indah seperti sekarang, candi Mendut yang masih lusuh, dan sejumlah candi lainnya. Dari candi-candi yang dipamerkan, Relief Kisah Ramayana bisa kita ketemukan, meski hanya berupa foto, setidaknya kita bisa tahu, bahwa candi memiliki kisahnya sendiri, dan dari sana kita bisa mengenal budaya bangsa kita dimasa lalu.
Dari candi Syiwa, kita bisa melihat relief yang mengkisahkan Ramayana, dan kalau kita bayangkan, sebagai satu pertunjukkan wayang kulit di jaman sekarang, atau malah wayang orang. Agaknya, pertunjukan wayang orang yang (pernah) kita kenal dan sekarang sudah sulit ditemukan pertunjukkan itu, tidak bisa dipisahkan dari relief, yang tak lain adalah pertunjukkan kesenian pada masa itu.
Melalui pameran foto relief ini, kita bisa melihat candi Syiwa yang tidak utuh, candi Borobudur yang masih lusuh, candi mendut yang kelihatan tidak terawat dan candi-candi lainnya yang difoto ketika candi masih belum direnovasi. Namun, kita juga bisa melihat candi Prambanan yang indah, karena foto candi Prambanan itu merupakan hasil foto ‘baru; bukan foto lama.
Agaknya, foto baru dari Prambanan, sekaligus bisa untuk mengerti, bahwa relief kisah Ramayana, sejak masa lalu sampai hari ini masih bisa jumpai. Artinya, candi yang sudah direnovasi, tidak menghilangkan kisah cerita yang menempel di tubuhnya. Hanya saja, ketika study tour, khususnya bagi anak-anak, seringkali tidak terlalu jeli melihat detil relief. Yang paling banter, hanya melihat belaka, tidak merasa perlu mengenali lebih jauh lagi.
Dan Relief Kisah Ramayana, yang foto-fotonya bisa kita lihat di Bentara Budaya Yogyakarta, meski memiliki kisah, tetapi oleh wisatawan acap tidak diperhatikan.
Ons Untoro
http://kasakusuk.com/
http://www.sauninestringorchestra.com/
http://www.ncommeventorganiser.com