Sinten Remen Ajak Pejabat Kenthir Bersama
Orkes Sinten Remen mengajak para pejabat ‘kenthir’ bersama, dalam album terbaru mereka berjudul OMDO (Omong Doang). Djaduk Ferianto bilang, daripada pusing memikirkan negara dan para pejabat yang begitu-begitu saja, lebih baik menjadi ngawur bersama.
Konser Sinten Remen Di Bentara Budaya Jakarta
Orkes keroncong Sinten Remen meluncurkan album terbarunya berjudul OMDO (Omong Doang). Peluncuran album kelimanya ini dibarengi dengan konser sederhana Sinten Remen di halaman Bentara Budaya Jakarta, Selasa, 11 Juni 2013. Saat ditemui Tembi sebelum pentas, Djaduk Ferianto mengatakan konsep albumnya ini masih sama dengan album-album Sinten Remen sebelumnya, meski sempat vakum beberapa tahun, yaitu semangat keroncong.
Secara teknis, album Sinten Remen kali ini tidak lagi menggunakan drumset, seperti yang pernah dilakukan. Penggarapan aransemen, pemilihan bahasa dalam syair juga dibuat lebih bervariasi. Hal baru lagi selain dari sisi tersebut, salah satu judul lagu berjudul ‘Mulut’ diciptakan oleh Gus Mus, sebagai bentuk perhatian dan ketertarikannya pada kelompok musik ini.
Djaduk mengatakan, keberadaan Sinten Remen selain untuk menambah ramai khasanah musik Tanah Air, ia merasa hanya lewat lagu lah ia bisa berorasi dan bebas berpendapat mengenai kondisi negara. “Tujuannya ingin membuat para pejabat kita ini ‘kenthir’ (gila) bersama, biar sekalian. Toh selama ini kita bicara tidak pernah didengarkan, gak tau tidak dengar atau pura-pura budeg,” paparnya.
Protes-protesnya juga terlihat jelas dalam lirik lagu mereka, seperti dalam sepenggal liriknya dari lagu OMDO, “Mereka bilang ini semua demi keadilan, mereka bilang ini semua demi kemakmuran, entah sampai kapan bisa dibuktikan. Hey pandainya mereka bersandiwara menipu kita semua, mereka berbasa-basi tuntaskan kasus korupsi”.
Sang Pentolan, Djaduk bersama para sinden, Silir Pujiwati dan Yuliana Rahayu ‘Jajoek’
Dalam konsernya, Djaduk yang tampil dengan pakaian serba putih, dengan sarungnya yang terselempang di pundaknya, sesekali berseloroh. Ia mengatakan DPR adalah Taman Kanak-kanak, atau sekadar menyindir Ahmad Fathonah dengan sebutan memiliki banyak ‘sapi betina’, yang disambut gelak tawa penonton.
Djaduk pun menghadirkan Tri Utami yang dianggap ‘ibu’ bagi musisi-musisi khususnya dalam kelompok musik Kua Etnika. Meski mengaku tidak menyiapkan diri untuk ikut menyumbangkan suaranya di atas panggung, lagu I Will Always Love You milik Whitney Houston yang dibawakan dengan keroncong memuaskan penonton yang hadir malam itu.
Banyak orang mengatakan sinten remen urakan, kenthir atau gila, itu tidak salah karena justru kenthir itulah yang memotivasi mereka dalam berkarya. Yang terpenting album ini mencoba menggali dan mengolah kembali lagu-lagu keroncong yang semula mapan dan cenderung menjadi klanengan (kegemaran) itu menjadi musik yg progresif, variatif dan tidak membosankan.
Irama, beat, dan syair karya Sinten Remen tidak lagi berbau ‘rayuan pulau kelapa’ yang mendayu-dayu alias romantik, tapi lebih konteksual dengan keadaan dan kondisi sekarang.
Tri Utami tampil berpakai serba hitam membawakan lagu Whitney Houston ala keroncong
Natalia S.
Foto:Amanda
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- ANCAMAN BAGI LAHAN TANAMAN PADI DI JAWA(20/08)
- PASAR SENI GABUSAN DAN BANTUL EKSPO(12/08)
- SUNGAI OPAK DAN OYA BAGI MASYARAKAT BANTUL(06/08)
- PLASTIK, TEMUAN MANUSIA YANG MEMBAWA PROBLEMATIKA JANGKA PANJANG(29/07)
- MAS MUR YANG JANGKUNG(22/07)
- BANGSA/SUKU BANGSA JAWA SATU ABAD SEBELUM MASEHI(15/07)
- DOMINASI BUMBU KIMIA DALAM DUNIA KULINER(08/07)
- KELUARGA JAWA: DULU DAN SEKARANG(01/07)
- SETAHUN PERISTIWA BUNGKER MAUT(26/06)
- BENCANA MERAPI DAN LAVA TOUR(17/06)