DOLANAN UDHING-1
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-72)

DOLANAN UDHING-1Dolanan Udhing atau disebut dengan Sapitrong, juga merupakan dolanan tradisional yang sering dilakukan oleh anak-anak, termasuk suku Jawa di masa lampau. Dolanan ini tidak jauh berbeda dengan dolanan lompat tali, baik tali yang digunakan, waktu bermain, tempat, dan lainnya. Bahkan peraturannya pun juga hampir sama. Yang membedakan, antara lain cara memainkan talinya dan pesertanya. Untuk peserta memang didominasi oleh anak perempuan, tetapi terkadang anak laki-laki juga ikut nimbrung. Pada lumpat tali, anak-anak melompat kedua arah sesuai dengan ketinggian talinya, kalau undhing, tali diputar secara bersamaan oleh pemain dadi, sementara pemain mentas melompat-lompat di tengahnya.

Anak-anak yang bermain lumpat tali, biasanya setelah sukses melompat yang tertinggi mendapatkan point berupa sawah, kalau di dalam undhing, biasanya tidak ada point. Kalau sukses terus, ia akan terus bermain dan tDOLANAN UDHING-1idak pernah memegang tali karet dan memutarkannya. Pemain yang tidak cekatan, tentu akan terus sering dadi, dan hukumannya memegang tali dan terus memutar-mutarkannya.

Tahap permainan hampir sama juga dolanan lumpat tali juga. Diawali dengan menyiapkan tali karet sepanjang sekitar 3 meter atau lebih. Sebisa mungkin mencari karet yang kuat, karena karet akan terus menyentuh tanah atau lantai. Selain itu, sebaiknya lantai tanah yang dipakai untuk bermain, agar karet lebih awet. Setelah itu, para pemain melakukan hompimpah dan sut. Misalkan ada 8 pemain, dan setelah dilakukan hompimpah dan sut, yang menjadi pemain dadi adalah pemain A dan B. Maka pemain lain, yakni C, D, E, F, G, dan H menjadi pemain mentas.

Pemain A dan B masing-masing memegang tali karet di bagian ujung. Tali karet dibuat agak melengkung sehinggaDOLANAN UDHING-1membentuk bidang cekung. Setelah itu, keduanya memutar karet ke arah yang sama secara terus-menerus dan bersamaan. Sementara itu, pemain mentas berada di satu sisi yang sama, misalkan di sisi kanan. Satu persatu melompati karet yang diputar-putarkan tersebut. Misalkan dimulai dari pemain C. Ia harus bisa meloncati karet yang sedang diputar, minimal 3 loncatan lalu segera berlari ke sisi kiri. Jika lolos, ia dikatakan berhasil. Kemudian pemain D sudah bersiap-siap meloncat. Ternyata pada saat meloncat kedua, ia tidak bisa melewati tali dan menyentuh tali ke badannya, sehingga ia dikatakan kena jaring. Maka ia menjadi pemain dadi, menggantikan pemain B. Setelah pada sut, pemain B mengalahkan pemain A.

bersambung

Suwandi

Sumber: 33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Groningen, Batavia: JB. Wolters’ Uitgevers Maatscappij NV, Pengamatan dan Pengalaman Pribadi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta