Saparan Sorogenen Sebagai Wujud Syukur dan Doa Bagi Leluhur

Author:editorTembi / Date:03-12-2014 / Upacara adat ini sebagai bentuk ucapan syukur dan terima kasih warga setempat kepada Tuhan atas terkabulnya berbagai permohonan mereka. Juga sebagai bentuk atau niatan mendoakan arwah Kyai dan Nyai Sorogeni yang dipercaya menjadi cikal bakal wilayah Sorogenen, Banaran dan sekitarnya.

Cungkup makam Kyai dan Nyai Sorogeni di banaran Lor, Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo, difoto: Selasa, 25 November 2014, foto: a.sartono
Cungkup makam Kyai dan Nyai Sorogeni di Banaran Lor, 
Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo

Saparan di kompleks makam Kyai dan Nyai Sorogeni di Gunung Karang, Sorogenen, Banaran Lor, Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, selalu dilaksanakan pada hari Selasa Pon sekali setahun di bulan Sapar. Upacara adat ini diikuti oleh semua warga di daerah itu tanpa kecuali. Hal ini sebagai bentuk ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas terkabulnya berbagai permohonan mereka, dan karunia yang mereka terima. Juga sebagai bentuk atau niatan mendoakan arwah Kyai dan Nyai Sorogeni yang dipercaya menjadi cikal bakal wilayah Sorogenen, Banaran dan sekitarnya.

Selain itu, saparan ini juga dimaksudkan sebagai wujud sedekah atau derma kepada semua orang yang hadir di tempat itu. Untuk itulah masing-masing orang (kepala keluarga) umumnya membawa satu bakul/tenggok nasi gurih, satu ingkung ayam utuh, dua sisir pisang, satu bungkus krupuk, dan satu bungkus lauk berupa gorengan lain seperti rempeyek kacang, rempeyek gereh, rempeyek kedelai hitam, entho-entho, dan lain-lain.

Unsur Muspika Kecamatan Sentolo dan jajarannya, pamong desa, serta warga setempat menikmati nasi kenduri bersama dalam Upacara Saparan Sorogenen, difoto: Selasa, 25 November 2014, foto: a.sartono
Unsur Muspika Kecamatan Sentolo dan jajarannya, 
pamong desa, serta warga setempat menikmati nasi kenduri 
bersama dalam upacara Saparan Sorogenen

Masing-masing orang yang membawa nasi lengkap dengan ubarampe tersebut juga membawa satu bungkus (dalam bahasa Jawa: satu penak) kembang telon dan kemenyan serta uang sukarela untuk sumbangan pembangunan dan penyelenggaraan acara di tempat tersebut.

Sebagai titik awal acara dilakukan pembacaan Surat Yasin. Usai itu baru dilakukan beberapa sambutan baik oleh panitia maupun pejabat setempat dan dilanjutkan dengan pembacaan nadir serta pembacaan jumlah uang dari sumbangan warga. Acara berikutnya adalah pembacaan doa dan pembagian nasi kenduri kepada semua orang yang hadir.

Hj. Ir. Aspiyah Msi, camat Kecamatan Sentolo, sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia berharap adat istiadat tersebut terus dapat dilestarikan dan ditingkatkan. Masyarakat yang bersedekah di tempat itu diharapkan sungguh ikhlas lahir dan batin sehingga apa yang mereka lakukan memberikan berkah bagi orang lain dan berkenan di hadapan Tuhan.

Warga setempat duduk santai di jalan-jalan perbukitan sambil menikmati nasi kenduri Saparan Sorogenen Banguncipto, difoto: Selasa, 25 November 2014, foto: a.sartono
Warga setempat duduk santai di jalan perbukitan sambil 
menikmati nasi kenduri Saparan Sorogenen Banguncipto

Warga juga diharapkan mendoakan arwah orang yang meninggal di tempat itu dan juga leluhur dan saudara-saudara mereka. Camat Sentolo juga berharap agar potensi di wilayah Sorogenen, Banaran, Banguncipto terus digali dan dikembangkan untuk semakin dapat berperan serta aktif mendukung keistimewaan Yogyakarta.

Kyai dan Nyai Sorogeni bagi masyarakat Sorogenen, Banaran dan sekitarnya merupakan tokoh yang dihormati. Keduanya dianggap sebagai leluhur atau cikal bakal dusun atau pembuka wilayah berbukit-bukit tersebut. Sumber setempat menyebutkan bahwa Kyai Sorogeni turut memiliki andil dalam perjuangan yang dilakukan Pangeran Mangkubumi hingga kelak ia bergelar Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792).

Nasi kenduri dalam Upacara Saparan Sorogenen Banguncipto Sentolo siap dibagikan ke semua warga, difoto: Selasa, 25 November 2014, foto: a.sartono
Nasi kenduri dalam Saparan Sorogenen siap 
dibagikan kepada semua warga

Sumber setempat menyebutkan pula bahwa dulu Kyai Sorogeni adalah warga Kerajaan Pajang. Akan tetapi entah karena apa, ia kemudian lebih memilih bergabung dengan Pangeran Mangkubumi yang saat itu mengobarkan perang melawan Belanda. Diduga Sorogeni bukanlah nama yang sebenarnya dari tokoh ini. Nama Sorogeni mungkin berkaitan erat dengan profesinya sebagai prajurit atau pimpinan prajurit yang bersenjatakan senjata api (bedil atau meriam). Sekalipun demikian, tidak diketahui dengan pasti mengapa ia kemudian memilih tinggal di wilayah yang cukup terpencil yang sekarang dikenal dengan nama Banaran Lor atau Sorogenen, Kelurahan Banguncipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Naskah dan foto: A. Sartono

Ensiklopedi Upacara Adat

Latest News

  • 15-12-14

    Ardi Susanti Tidak B

    Rasanya, Ardi Susanti adalah sedikit dari perempuan penyair yang berasal dan tinggal di daerah, tetapi tidak berhenti berkarya. Bahkan bukan hanya... more »
  • 15-12-14

    Kisah Adik-adik RA K

    Keempat adik RA Kartini tersebut tidak putus asa. RA Kartini yang telah wafat seakan-akan meninggalkan wasiat agar adik-adiknya meneruskan cita-cita... more »
  • 13-12-14

    Apik Kumripik Nyanca

    Peribahasa ini menyarankan agar orang selalu berhati-hati atau waspada pada segala sesuatu. Kebaikan yang tampak secara lahir sering membuat orang... more »
  • 13-12-14

    Jakarta 32°C 2014 Ja

    Ini kali keenam Jakarta 32°C diselenggarakan sejak 2004. Pameran karya visual mahasiswa terbesar di Jakarta ini melibatkan 40 mahasiswa dari berbagai... more »
  • 13-12-14

    Tari Bedhaya Hagorom

    Bedhaya yang dipersembahkannya bagi Sri Sultan Hamengku Buwana X ini merupakan salah satu wujud terima kasihnya sebagai penari yang merasa telah... more »
  • 13-12-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Kata akon ”menyuruh” digunakan untuk komunikasi ragam ngoko. Untuk menghormati diri sendiri bisa menggunakan kata aken/kengken (bentuk krama) atau... more »
  • 13-12-14

    Orang Jumat Paing Pa

    Watak orang Jumat Paing punya kemauan keras, teguh pendiriannya, sangat hati-hati, cukup rezekinya, sejahtera, pandai memimpin, banyak sahabat yang... more »
  • 12-12-14

    Lukisan Ajaib Karya

    Pandangan dari mata di dalam lukisan itu seperti memandang kita tanpa lepas di mana pun posisi kita berada. Artinya, sudut mata dari lukisan sultan... more »
  • 12-12-14

    Aneka Warangka Keris

    Pendok adalah lapisan pelindung bagian gandar dari warangka keris. Lapisan ini terbuat dari bahan logam perak, tembaga, kuningan atau emas. Jika... more »
  • 12-12-14

    Perabot Dari Budaya

    Ruang pamer Bentara Budaya Yogyakarta, pada satu sudut didesian seperti ruang tamu. Ada meja dan kursi dan di atas meja ada makanan kecil, teko dan... more »