Jodangan Dusun Srunggo Sebagai Wujud Syukur
Author:editorTembi / Date:14-11-2014 / Penyelenggaraan merti dusun yang dinamakan Merti Dusun Jodangan Dusun Srunggo ini dilaksanakan pada hari Minggu Pahing di bulan Jawa, Sura atau jika tidak terdapat Minggu Pahing di bulan tersebut, maka penyelenggaraan dilakukan di bulan berikutnya, Sapar.
Jodang/sejenis tandu yang berisi nasi kenduri siap dikirab dalam
mertu dusun, Dusun Srunggo, Imogiri, Bantul
Merti dusun Dusun Srunggo, Kelurahan Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul selalu diadakan setiap tahun. Umumnya penyelenggaraan merti dusun yang dinamakan Merti Dusun Jodangan Dusun Srunggo ini dilaksanakan pada hari Minggu Pahing di bulan Jawa, Sura atau jika tidak terdapat Minggu Pahing di bulan tersebut, maka penyelenggaraan dilakukan di bulan berikutnya, Sapar. Untuk tahun 2014 ini penyelenggaraan jatuh pada Minggu Pahing, 9 November 2014. Kirab jodang dimulai dari halaman Masjid Dusun Srunggo dan berakhir di pelataran Gua Cerme dengan jarak tempuh sekitar 2,5 kilometer.
Bupati Bantul, Hj. Sri Surya Widati meresmikan sekaligus membuka
Merti Dusun Kirab Jodang Dusun Srunggo 2014
Merti Dusun Jodangan Dusun Srunggo Minggu, 9 November 2014 tersebut diresmikan dengan pemotongan janur oleh Bupati Bantul Hj. Sri Surya Widati. Dalam sambutan singkatnya Bupati Bantul menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan merti dusun tersebut yang berguna bagi ajang silaturahmi warga. Hal demikian bernilai postif untuk kebersamaan, gotong royong, serta wujud raya syukur kepada Tuhan atas segala kelimpahan yang dianugerahkan-Nya. Bupati Bantul mengharapkan agar generasi muda pun suka melestarikan merti dusun yang ada di Srunggo ini karena di dalamnya banyak mengandung filosofi atau pesan-pesan yang positif.
Merti dusun yang dimeriahkan dengan kirab 22 jodang berisi nasi kenduri ini kecuali sebagai bentuk rasa syukur masyarakat setempat akan kemurahan Tuhan, juga merupakan bentuk permohonan kepada-Nya. Selain itu, merti dusun di Srunggo ini juga merupakan bentuk peringatan akan pengorbanan Nabi Ibrahim yang karena keimanannya rela mengorbankan putranya.
Merti dusun Dusun Srunggo juga merupakan bentuk peringatan dan ucapan syukur akan jasa para Walisanga periode ke-2 yang kala itu sering berkumpul di dalam Gua Cerme untuk bermusyawarah dan kemudian berdakwah, juga sebagai bentuk peringatan weton atau ulang tahun Dusun Srunggo.
Kesibukan membagi nasi kenduri
Dinamakan Dusun Srunggo karena dulu dusun ini dibuka oleh orang yang bernama Kyai dan Nyai Sura Angga atau Sara Angga. Dari nama itulah kemudian dikenal Dusun Srunggo. Kedua tokoh lokal ini menurut Ngadilan (55) selaku ketua UPT (Unit Pelaksana Teknis) dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Dusun Srunggo, adalah tokoh yang dipercaya Sunan Kalijaga untuk menjaga atau mengelola Gua Cerme dan wilayah di sekitarnya yang kemudian menjadi Dusun Srunggo. Oleh karena itu merti dusun ini dilaksanakan sebagai wujud atau tekad untuk terus mengelola Gua Cerme yang airnya telah memberi penghidupan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.
Selain 22 jodang berisi nasi kenduri dalam sekian puluh besek, warga pun secara swadaya menyetorkan nasi kenduri dan ubarampenya di pelataran Gua Cerme untuk didoakan dan dibagi ke semua orang yang hadir di tempat itu. Jadi, jumlah nasi kenduri dan ubarampe di pelataran Gua Cerme berjumlah ratusan besek plus puluhan tenggok (keranjang). Hal itu sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama, beramal kepada semua orang. Dalam doa sebelum pembagian nasi kenduri juga disebutkan siapa saja yang mengirimkan kenduri dan menyampaikan doa permohonan, doa syukur, dan sebagainya.
Nasi kenduri dengan kelengkapannya
di pelataran Gua Cerme,yang siap
dibagikan ke semua pengunjung
Puncak acara dari merti dusun tersebut adalah pembagian nasi kenduri kepada semua yang hadir. Pada sisi itu semua orang ikut bergembira dan ikut bersyukur atas segala kelimpahan rezeki dan segala sesuatu yang mereka terima dari Tuhan dengan perantaraan orang lain.
Naskah dan foto: A. Sartono
Ensiklopedi Upacara AdatLatest News
- 27-11-14
Misbar Kineforum Sug
Program Misbar, kerja sama Kineforum dan Dewan Kesenian Jakarta memasuki tahun kedua. Bioskop temporer hasil desain Bob Anzac Perwira dan Gerrits SBC... more » - 27-11-14
SMA I Temon Berfoto
Bagi mereka berfoto dengan tamu asing (bule) mungkin merupakan kesempatan yang langka. Terpaksalah tamu asing tersebut melayani mereka untuk berfoto... more » - 27-11-14
Pak Tatang Terbang d
Buku ini merupakan buku cerita untuk anak-anak dengan bahasa yang sangat ringan. Mengisahkan seekor anak perkutut yang diberi nama Manyul dan... more » - 26-11-14
Ngayogjazz yang Wang
Tagline tersebut adalah bentuk representasi dari bunyi kendang yang merupakan intro. Intro di sini merupakan sebuah proses untuk membuka atau memulai... more » - 26-11-14
Durung Tekan Titi Ma
Pepatah ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa semua ada saatnya. Semua kehidupan di dunia ini sesuai dengan timing atau waktunya. Pada sisi ini... more » - 26-11-14
Kamus Bahasa Melayu
Perpustakaan Tembi mengoleksi buku-buku maupun naskah kuno, yang terbuka bagi siapa pun untuk membacanya. Salah satu koleksinya adalah buku berupa... more » - 25-11-14
Anak-anak SD Suryodi
Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik,... more » - 25-11-14
Karte Wardaya, Meluk
Di usianya yang ke-48 Karte semakin mantap dengan jalan melukis. Ia bisa menjalani profesinya di rumah, mempunyai lebih banyak waktu bergaul dengan... more » - 25-11-14
Puntadewa adalah Keb
Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus... more » - 24-11-14
Diskusi Novel Meja 1
Setelah diluncurkan dalam acara Sastra Bulan Purnama Senin malam 10 November 2014, novel ‘Meja 17’ karya Irwan Abu Bakar, sastrawan Malaysia,... more »