Makam Senapati Keraton, KRT Sumodiningrat, yang Kurang Terawat
Author:editorTembi / Date:20-02-2015 / Ia menjadi salah satu pemimpin pasukan yang sangat bersemangat untuk melakukan perlawanan kepada Inggris dan sekutunya yang menyerbu Yogyakarta pada tanggal 20 Juni 1812.
Nisan KRT Sumiodingrat penuh dengan tulisan Arab (kalimah toyyibah)
Salah satu senapati (pemimpin pasukan) dari Keraton Yogyakarta yang makamnya terletak di Dusun Jejeran, Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiningrat. Ia menjadi salah satu pemimpin pasukan yang sangat bersemangat untuk melakukan perlawanan kepada Inggris dan sekutunya yang menyerbu Yogyakarta pada tanggal 20 Juni 1812.
Penyerbuan Inggris ke Yogyakarta yang dibantu pasukan bayaran seperti pasukan Sepoy (Gurkha) dan Legiun Prangwedono (Legiun Mangkunegaran), tentara lokal (Bali, Jawa, Ambon, dan lain-lain) disebut dengan Geger Spoy. Sebutan lain untuk perang yang berakibat bagi kekalahan Yogyakarta ini adalah Perang Spei atau Geger Sepehi.
Lokasi makam KRT Sumodiningrat ini dapat dijangkau melalui perempatan ring road selatan-Giwangan-ke arah selatan masuk Jl. Imogiri Timur. Sebelum perempatan Jejeran, Wonokromo terdapat pertigaan di sisi selatan SPBU. Ambil arah ke kanan (barat) pada pertigaan tersebut. Jarak lokasi dengan pertigaan tersebut sekitar 800 meter.
Makam Raden Tumenggung Sumodiningrat berada dalam cungkup tersendiri. Makam ini berada di antara makam lain yang berada dalam satu kawasan makam keluarga atau dusun setempat. Melihat kondisinya, makam KRT Sumodiningrat relatif kurang terawat.
Tiga buah nisan lain di depan/emper cungkup makam KRT Sumodiningrat
Nisan makam KRT Sumodiningrat terbuat dari batu putih dan di seluruh permukaan tubuh nisan dituliskan kalimah toyyibah dalam format huruf Arab. Kecuali nisan dari RT. Sumodiningrat, di sisi kiri (timur) dari nisan ini juga terdapat nisan lain. Tidak ada keterangan yang dapat menjelaskan, nisan siapakah yang berdiri di samping nisan KRT. Sumodiningrat. Namun ada dugaan kuat bahwa nisan tersebut merupakan nisan dari istrinya. Hal ini didasarkan pada letaknya yang nyaris sejajar dengan nisannya sendiri dan pola kepala jiratnya yang berbentuk lengkungan yang hampir selalu menjadi penanda bahwa nisan tersebut merupakan nisan untuk wanita.
Pada beranda depan dari cungkup KRT Sumodiningrat juga terdapat nisan-nisan lain yang berjumlah 3 buah. Nisan-nisan ini diduga merupakan nisan-nisan keturunan/kerabat/pengikut dari Sumodiningrat.
Nisan makam Sumodiningrat memiliki ukuran panjang sekitar 165 cm, lebar 30 cm, dan tinggi hingga kepala jiratnya sekitar 105 cm. Sementara nisan di sampingnya yang diduga merupakan nisan istrinya memiliki ukuran panjang 170 cm, lebar 45 cm, dan tinggi hingga kepala jiratnya sekitar 105 cm. Sedangkan ukuran luas cungkup makam sekitar 5 m x 5 m. Selain yang telah disebutkan, di sisi bawah dari makam Sumodiningrat juga terdapat nisan lain berukuran kecil, yang tidak diketahui identitasnya.
KRT Sumodiningrat memang merupakan tokoh penting di zamannya, terutama pada masa menjelang-saat-dan akhir dari Geger Sepei. Dalam buku Kuasa Ramalan Jilid I, Peter Carey menuliskan sebagai berikut.
Cungkup makam KRT. Sumodiningat (bangunan sisi belakang),
dan Surakso Sudarman (65) juru kunci makam
Sementara itu, alun-alun selatan sudah jatuh dan Sumodiningrat, yang ditinggalkan oleh pasukannya, akan segera tewas di tempat kediamannya di arah selatan keraton tatkala coba menghindari penangkapan. Inilah menantu ketiga dan terakhir Sultan Hamengku Buwana II dengan Ratu Kedaton yang kehidupannya berakhir berlumuran darah dalam masa delapan belas bulan itu (menjelang Geger Sepei, 20 Juni 1812).
Ada berbagai macam cerita tentang kematian KRT Sumodiningrat ini. Ia disebutkan dibunuh oleh pasukan Letkol James Dewar (komandan Batalion Sukarelawan Infanteri Ringan Benggala ke-3) dekat alun-alun selatan sebelum serangan induk ke keraton. Sumber lain menyebutkan ia tewas di tempat kediamannya oleh pasukan gabungan Legiun Prangwedono dan Sepoy yang dipimpin oleh John Deans.
Naskah dan foto: A. Sartono
Ensiklopedi SitusLatest News
- 24-02-15
Pentas Teater Gandri
Sindiran getir yang disampaikan Gandrik lewat lakon Tangis sesungguhnya adalah potret dari kehidupan kita sebagai manusia dan kehidupan kita sebagai... more » - 24-02-15
Empat Penyair Yogya
Giri Lawu Creative Media akan menyelenggarakan satu acara sastra, yang diberi tajuk “Malam Sastra Giri Lawu’ Rabu, 25 Februari 2015 Pkl. 19.30 di... more » - 24-02-15
Resep Sayur Cupang d
Sayur cupang adalah salah satu sayur yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa, bahkan resepnya pernah dimuat di majalah berbahasa dan beraksara... more » - 23-02-15
Rupa Cinta dalam Pam
Kelima seniman itu merupakan sosok seniman yang berjuang untuk kemanusiaan atas nama cinta dalam proses kreatif mereka melalui karya seni rupa, serta... more » - 23-02-15
Wayang Jurnalis Jili
Suksesnya gelaran Wayang Jurnalis I bertajuk ‘Wahyu Cakraningrat’ sepertinya menular pada gelaran Wayang Jurnalis II yang berjudul ‘Petruk Nagih... more » - 23-02-15
Denmas Bekel 23 Febr
more » - 23-02-15
Narayana (5): Mengus
Dalam mengemban tugasnya untuk senantiasa menjaga keseimbangan dan keharmonisan dunia Kresna bekerja sama dengan Pandawa. Pertemuannya dengan Pandawa... more » - 21-02-15
Wanita Sabtu Pon Ber
Sabtu Pon, 28 Februari 2015, kalender Jawa tanggal 9, bulan Jumadilawal, tahun 1948 Ehe, tergolong hari baik untuk upacara mantu dan lainnya. Hari... more » - 21-02-15
Bakmi Jawa Pak Kumis
Yang unik dari bakmi Jawa Pak Kumis ini, kalau sudah memilih libur tidak jualan, bukan hanya hitungan hari, misalnya satu atau 3 hari, melainkan... more » - 21-02-15
Pencak Silat Sebagai
Pencak silat adalah ilmu yang menyatukan antara pikir, rasa, dan raga. Dengan demikian pencak silat adalah keilmuan yang holistik. Pencak silat... more »