Seri Alat Dapur, Klenthing Spesial Tempat Air (1)

Author:kombi / Date:26-07-2013 / Tag: Ensiklopedi Aneka Rupa / Aneka Rupa

Seri Alat Dapur, Klenthing Spesial Tempat Air (1)

Masyarakat Jawa menggunakan klenthing untuk mengambil air dari sumber air, seperti sumur, belik, pancuran, telaga, sendang, dan sebagainya. Klenthing ada yang berukuran kecil dan besar.

Klenthing, alat dapur tradisional. sumber foto: suwandi Tembi
Klenthing di penjual gerabah di Alun-Alun Pura Pakualaman Yogyakarta

Sebelum banyak dijumpai ember seperti sekarang ini, pada zaman dahulu setidaknya sampai sebelum Kemerdekaan, masyarakat Jawa masih banyak menggunakan klenthing sebagai tempat air sementara. Klenthing dipakai tidak hanya oleh masyarakat Jawa saja, tetapi juga banyak ditemukan di masyarakat lain.

Masyarakat Jawa menggunakan klenthing untuk mengambil air dari sumber air, seperti sumur, belik, pancuran, telaga, sendang, dan sebagainya. Klenthing ada yang berukuran kecil dan besar. Dalam Kamus Jawa “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (1939), klenthing biasanya berukuran kecil, sementara jun berukuran besar. Memang tidak dijelaskan secara rinci, ukuran kecil dan besarnya.

Sayangnya, dewasa ini sangat sulit mendapatkan alat dapur satu ini. Bahkan ketika Tembi survei ke beberapa museum budaya di Yogyakarta, tidak ditemukan alat dapur klenthing. Padahal, alat ini sudah biasa digunakan oleh nenek moyang masyarakat Jawa. Bahkan sering ditemukan artefak di situs-situs cagar budaya. Bahkan ada pula cerita tentang tokoh Klenthing Kuning di zaman kerajaan Jenggala-Daha-Kediri, sebelum kerajaan Majapahit berdiri.

Tentu saja sejak kehadiran ember klenthing sudah tidak dipakai lagi. Sebab masyarakat sekarang sudah tidak perlu mengambil air ke mata air yang jauh dari rumah. Apalagi klenthing mudah pecah, berat, dan kurang praktis, sehingga dengan cepat ditinggalkan masyarakat.

Tembi pernah menjumpai alat dapur klenthing ini di penjual gerabah, salah satunya di alun-alun Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Di tempat ini dijumpai klenthing berukuran besar dengan diameter bagian tengah sekitar 30 cm. Sementara bagian mulut lubangnya kecil. Sama seperti kendhi, pada klenthing ini juga memiliki bagian leher, tempat lengan mengapitnya. Memang kadang-kadang leher klenthing ada yang agak panjang, ada pula yang agak pendek. Ukuran ini tergantung pada selera para pembuatnya.

Harga sebuah klenthing ukuran besar Rp 35.000, sementara ukuran kecil Rp 20.000. Klenthing ini dibuat dari tanah liat, seperti alat rumah tangga lain yang terbuat dari gerabah, seperti kendhil, kuwali, layah, dan sebagainya. Pengerjaannya juga sama, diawali dari tanah lempung, kemudian dibentuk, dijemur, dan dibakar. Maka ketika sudah dipasarkan, warnanya kemerah-merahan.

(bersambung)

Naskah & foto:Suwandi

Ensiklopedi Aneka Rupa Source Link: Jakarta

Latest News

  • 15-05-15

    Publikasi dan Promos

    Bagaimana caranya menarik masyarakat mau berkunjung ke museum, bisa dikemas dengan berbagai kegiatan yang melibatkan pengunjung, seperti pengunjung... more »
  • 15-05-15

    ‘Sang Nata’ Memaduka

    Sang Nata merupakan lakon ketoprak yang diadaptasi dari naskah ‘Oedipus’ karya Sophocles, yang biasa dipentaskan sebagai pertunjukan teater. Sang... more »
  • 15-05-15

    Festival Printemps F

    Rutin diadakan setiap tahun, festival seni budaya Printemps Français memasuki tahun ke-11. Berbagai kolaborasi seni Indonesia dan Prancis akan... more »
  • 15-05-15

    Cipuk Sang Peragawat

    Sri Setyawati Mulyani atau akrab disapa Cipuk sebelumnya telah akrab dengan dunia keperagawatian atau model di Yogyakarta. Keputusannya menjadi... more »
  • 13-05-15

    Sensasi Steak Nyamle

    Tampilannya yang “kebul-kebul” dengan kuah kental plus irisan kentang goreng, kacang buncis, kembang kol, bawang bombay, dan irisan wortel... more »
  • 13-05-15

    Pesta Anak “Indonesi

    Galeri Nasional Indonesia yang bertempat di Gambir Jakarta Pusat bekerja sama dengan Yayasan SEIBUBANGSA (Seikat Bakti Untuk Bangsa) menggelar acara... more »
  • 13-05-15

    Merti Dusun dan Seni

    Merti dusun adalah salah satu tradisi ritual sebagai rasa syukur setelah panen. Tradisi ini sempat menghilang di Dusun Krapyak Wetan, Pundong, Bantul... more »
  • 12-05-15

    Pameran Retrospektif

    Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Sanggar Ligar Sari ’64 Bandung menggelar pameran “Pada Cermin I On Mirror” pada 30 April – 12 Mei 2015... more »
  • 12-05-15

    Pameran Gerakan Komi

    Sebanyak 24 komikus dari Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya membawa karyanya untuk dipamerkan dalam rangkaian acara 10 Tahun... more »
  • 12-05-15

    Indahnya merekam dal

    Larik puitis ini bukan dalam acara pembacaan puisi namun pameran fotografi Unit Fotografi (UFO) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan tema ‘Merekam... more »