Semprong Pengganti Tepas

Author:editorTembi / Date:13-09-2014 / Bentuk semprong seperti tabung dengan panjang sekitar 30—40 cm berdiameter 3—5 cm, terbuat dari potongan bambu utuh, kedua ujungnya berlubang. Alat ini sangat sederhana dan biasanya hanya dibuat sendiri oleh pengguna.

Seri Alat Dapur Masyarakat Jawa, sumber foto: Suwandi/Tembi
Semprong bambu, koleksi Museum Tani Jawa Indonesia Bantul

Selain tepas atau dalam bahasa Indonesia disebut kipas, para kaum ibu masyarakat Jawa juga sering menggunakan alat lain yang mempunyai fungsi sama, yaitu semprong. Hanya saja, semprong ini lebih diutamakan untuk menyalakan bara api yang sedang padam dari keren, dhingkel, maupun luweng yang berbahan baku kayu. Apabila di tengah memasak apinya mati, maka untuk menyalakan api bisa menggunakan semprong. Caranya dengan meniupkan udara dari mulut di ujung semprong dan diarahkan ke lubang tungku tempat bara api. Lama-kelamaan bara api akan menyala dan kembali memanasi peralatan dapur yang dipakai untuk memasak.

Bentuk semprong seperti tabung dengan panjang sekitar 30—40 cm berdiameter 3—5 cm, terbuat dari potongan bambu utuh, kedua ujungnya berlubang. Alat ini sangat sederhana dan biasanya hanya dibuat sendiri oleh pengguna. Bahkan kadang pula jika di dapur tidak ditemukan kipas maupun semprong bambu, maka para ibu rumah tangga hanya menggunakan semprong yang terbuat dari gulungan daun pisang. Hanya saja semprong terbuat dari gulungan daun pisang sifatnya sementara dan darurat saja.

Hanya saja, alat ini hanya digunakan oleh dapur-dapur tradisional masa lalu dan sekarang sudah sangat jarang dipakai, apalagi oleh penduduk di perkotaan. Namun begitu, ternyata alat dapur ini masih bisa ditemui, terutama di museum-museum, salah satunya di Museum Tani Jawa Indonesia di Imogiri Bantul.

Seri Alat Dapur Masyarakat Jawa, sumber foto: Suwandi/Tembi
Semprong daun pisang dalam Acara Lomba Ngliwet 2012 
di Museum Tani Jawa Indonesia Bantul

Selain itu, ternyata istilah semprong juga telah terekam dalam sebuah kamus Jawa bernama “Baoesastra Djawa”. Kamus karangan WJS Poerwadarminta (1939) pada halaman 556 kolom 1 menyebutkan bahwa salah satu arti semprong adalah “bumbungan” (semacam pipa) terbuat dari bambu sebagai alat untuk menyalakan api dapur. Hal itu menandakan bahwa istilah semprong sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai salah satu alat dapur.

Semprong hanya ada di dapur dan alat ini biasanya tidak pernah jauh dari tungku api yang terbuat dari luweng, keren, maupun dhingkel. Sangat jarang, semprong diletakkan jauh dari tungku api tersebut. Selain itu, alat ini tidak dijual di pasar dan warung tradisional. Jadi, hanya bisa dibuat sendiri.

Naskah dan foto: Suwandi

Ensiklopedi Aneka Rupa

Latest News

  • 17-09-14

    Parade Jus Sehat nan

    Selain menu makanan, untuk bulan September 2014 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi juga merilis menu minuman sehat segar. Ada pun jenis-jenis... more »
  • 17-09-14

    Perno bin Sopermono

    Ia adalah generasi ke-5 jurukunci petilasan Ki Ageng Tunggul Wulung. Ia pulalah yang menjadi salah satu motor bagi berlangsungnya Upacara Kirab Ki... more »
  • 17-09-14

    Een en Ander Over de

    Buku koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya ini berisi tentang aneka jenis wayang di Jawa, yang ditulis oleh Mr J Kunst dalam bahasa Belanda.... more »
  • 16-09-14

    Lukisan Prajurit Ker

    Niat baik untuk memublikasikan kekhasan Yogyakarta melalui lukisan prajurit Keraton Yogyakarta ini patut dihargai, namun ketepatan lukisan dan... more »
  • 16-09-14

    Saling Memengaruhi M

    Judul: “Rijsttafel”: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870—1942  Penulis: Fadly Rahman  Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama... more »
  • 16-09-14

    Haji Achmadi Umar In

    Selain tanjidor dan gambang kromong, tak banyak orang tahu bahwa kesenian Betawi lainnya yang sudah ada sejak dekade 1920-an, yakni musik samrah,... more »
  • 15-09-14

    Lawatan Sejarah Pela

    Lawatan Sejarah pelajar Bantul ini juga semakin menarik karena diikuti juga oleh Putra dan Putri Bantul sebagai duta budaya. Sudah sepantasnya Putra... more »
  • 15-09-14

    Malam Pembukaan ARKI

    Khusus untuk gelaran tahun ini, ARKIPEL mengangkat tema Electoral Risk yang mencoba melihat bagaimana sinema membaca demokrasi, aktivisme, politik,... more »
  • 15-09-14

    Tiga Tahun Sastra Bu

    Ternyata, Sastra Bulan Purnama yang sering disingkat SBP, bisa melampaui usia 3 tahun, dan sepanjang 3 tahun ratusan puisi sudah ditulis dan... more »
  • 13-09-14

    Ki Dr Suyanto Mengge

    Memang seperti itulah Ki Suyanto. Setiap ada kesempatan, baik di perkuliahan maupun di pegelaran, ia senantiasa menyampaikan kawruh-kawruh pakeliran-... more »