Kazavi, Menguak Sejarah Dengan Gitar 17 Nada

Kazavi, Menguak Sejarah Dengan Gitar 17 Nada

Tidak mudah rupanya belajar, mendalami dan berbagi pemikiran baru, bahkan di dalam dunia seni sekalipun. Dunia yang katanya paling toleran karena bertujuan mencapai keindahan hidup. Seperti yang dilakoni oleh Yoyo Sutarya bersama kedua rekannya yang tergabung dalam grup Kazavi. Bersama Tika Taryana pemain suling, Firmansyah pemain kacapi siter dan Yoyo pada gitar R.M.A.K 17.

Sekilas saat kita perhatikan pada gitar yang dimainkan Yoyo pada grup Kazavi ini sama dengan gitar pada umumnya karena memang bentuknya yang sama. Perbedaannya akan terlihat pada jumlah fret dan jarak antar fretnya. Pada gitar R.M.A.K 17ini jumlah fretnya lebih banyak dan jarak antar fret lebih dekat dibandingkan dengan gitar12 nada pada umumnya.

Keistimewaan penting dari gitar ini terletak dari sejarahnya. Konsep 17 nada adalah buahpemikiran Raden Mahyar Angga Koesoemadinata (R.M.A.K). Dengan konsep ini sebenarnya alat yang dibuat dengan 17 nada memungkinkan untuk memainkan lagu dengan nada pentatonik maupun diatonik dengan 1 alat yang sama. Menurut Yoyo, dengan gamelan 17 nada ini, komposisi lagu klasik seperti karya Mozart sangat mungkin dimainkan dengan gamelan.

Sayang, buah pemikiran jenius ini yang lahir dari riset sepanjang 1950-1962 ditentang. Gamelan 17 nada yang dibuat oleh Raden Mahyar yang dinamakan Ki Pembayun dihancurkan oleh tanpa diketahui pelakunya. Penghancuran terjadikarena gamelan tersebut dianggap “melanggar” pakemdimana gamelan biasa terdiri dari 5 nada setiap oktafnya bukan17 nada.

Kazavi, Menguak Sejarah Dengan Gitar 17 Nada

Raden Mahyar tidak menyerah meski gamelan 17 nadanya dihancurkan. Bersama Abah Anong seorang pembuat gitar melanjutkan riset dengan membuat gitar 17 nada. Menurut Raden Mahyar, gitar 17 nada diciptakan dari ketidakselarasan antara laras Salendro 5 nada dan laras Pelog 7 nada, dengan tangga nada Barat yang terdiri dari 12 nada. Secara prinsip, gitar 12 nada dengan gitar 17 nada sama. Gitar17 nada merupakan evolusi pengembangan dari 12 nada, letak perbedaanya hanya terletak pada frekuensi dan herz nada (selisih nada). Untuk lebih detail mengenai frekuensi dan herz bisa dipelajari di buku Seni Raras karya R. Mahyar. Sayang pada tahun 1979 Raden Mahyar wafat sehingga Abah Anong “terpaksa” kembali membuat gitar 12 nada.

Hampir 20 puluh tahun kemudian tepatnya tahun 1998, Agus Rukmana seorang guru musik yang juga mempelajari 17 nada tanpa sengaja bertemu dengan Abah Anong di sebuah pabrik gitar Secco milikpak Wenardi. Maka pembuatan gitar 17 nadapun dilanjutkan. Tahun 1999 seorang musisi bernama Mukti mendatangi pabrik gitar itu. Abah Anong mengutarakan pandangannya mengenai gitar 17 nada. Di luar dugaan pandangan itu diterima. Ternyata Mukti masih kerabat Raden Machyar. Di Tahun 2000 Abah Anong, Mukti dan pemilik pabrik gitar mendatangi Prof. Priyatna putra Raden Mahyar. Akhirnya tahun 2003 gitar 17 nada berhasil diwujudkan.

Yoyo Sutarya, pendiri Kazavi mengetahuitentang 17 nada ini dalam satu kuliah ilmu akustika di Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung jurusan Karawitan. Yoyo “gregetan” karena ia hanya belajar teori tanpa bisa mempraktekannya. Enam tahun kemudian keinginannya baru terwujud setelah bertemu dengan Agus Rukmana pada Januari 2012, saat membantu pendokumentasian bahan Skripsi tugas akhir Ibrahim Adi Surya, rekan satu kampusnya yang mengangkat gitar R.M.A.K 17 di Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung jurusan Karawitan.

Kazavi, Menguak Sejarah Dengan Gitar 17 Nada

Sejak itu Yoyo menggunakan gitar 17 nada bersama Kazavi, grup yang didirikannya 16 Juni 2007 silam.Hasilnya, menurut Yoyo, kejanggalan nada yang sering ia temui ketika memadukan gitar biasa dengan alat musik tradisi seperti suling, gamelan dan kecapi bisa dihindari dengan gitar 17 nada ini.

Keyakinan Yoyo akan potensi jenius yang dimiliki oleh kearifan lokal ini mendorong Yoyo menggagas sebuah kelompok yang mendalami gitar 17 nada pada 17 Januari 2012 bersama Agus Rukmana, Erwin Akbar, Pungki Parhepi, Hendra, Mawang, Teguh, Ratna. Dengan nama Kelompok Mahyar 17. Disamping mengaransemen lagu-lagu nusantara dengan gitar 17 Nada, mereka juga melakukan bengkel kerja (workshop) ke sekolah-sekolah dan komunitas musik. Kelompok ini juga sedang menyiapkan teori dari gitar 17 nada dalam bentuk buku pelajaran.

Kazavi (kacapi), meski berarti permainan namun niat Yoyo memainkan gitar 17 nada tidaklah main-main. Dengan memainkan gitar 17 nada ini bersama rekannya di kelompok Mahyar 17, Yoyo berharap bahwa teori 17 nada bisa diterima karena sangat mungkin dan sudah bisa dipraktikan. Bukan untuk melawan “pakem” tapi lebih sebagai niat untuk menunjukkan kekayaan musik nusantara. Kazavi juga selalu menampilkan kekayaan bangsa dalam setiap penampilannya. Menggambarkan keragaman agama dan budaya yang dimiliki bangsa sebagai modal bangsa. Begitu juga dengan temuan gitar 17 nada dan gamelan Ki Pembayun 17 nada yang ditemukan oleh Raden Mahyar Angga Koesoemadinata di masa lalu.

Bayangkan, jika saja gamelan 17 ada, kita bisa mendengarkan lagu karya Mozart dengan aransemen gamelan. Hebring euy!!

Temen nan yuk ..!

ypkris


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa