Lagu Puisi Dari Pedro
Di Yogya sudah lama dikenal aktivitas menggubah puisi menjadi lagu, yang disebut musikalisasi puisi. Sehingga, setiap pertunjukan sastra diselenggarakan, hampir-hampir tidak melupakan musikalisasi puisi. Sudah 40 tahun lebih musikalisasi puisi dilakukan, sampai hari ini masih bisa ditemukan generasi yang lebih muda mempunyai kegiatan yang sama seperti 30 tahun lalu. Tentu saja, anak-anak muda yang menggarap puisi, telah tersedia banyak fasilitas dibanding 40 tahun lalu. Meski kita tahu, hanya dengan gitar, puisi biasa dinyanyikan dengan sangat bagus, setidaknya seperti apa yang dilakukan Ari-Reda yang menggarap puisi-puisi Sapardi Djoko Damano menjadi lagu.
Kita tahu, ada banyak pemain musik di Yogya yang menggarap puisi menjadi lagu. Yang paling legendaris, bahkan sampai sekarang masih terus menggarap puisi menjadi lagu ialah Untung Basuki. Sejak awal, Untung menamakan apa yang dilakukannya sebagai lagu puisi, bukan musikalisasi puisi.
Generasi yang lebih muda dari Untung Basuki, yang juga menggarap puisi menjadi lagu, ialah Pedro. Ada generasi yang lebih muda dari Pedro, yang juga melakukan musikalisasi puisi, diantaranya dari Jab UAD (Jaringan Anak Bahasa Universitas Ahmad Dahlan). Beberapa hari yang lalu, termasuk sekitar 3 bulan yang lalu, Pedro menggarap 2 puisi karya Masroem Bara, yang berjudul ‘Antara batas’ dan ‘Kembalilah’.
Di Radio Eltira, Jum’at (21/9) lalu Pedro kembali mengalunkan lagu puisi dengan menyanyikan puisi karya Slamet Riyadi Sabrawi, Masroem Bara, Ons Untoro dan karya Pedro sendiri. Puisi Masroem Bara yang berjudul ‘Antara batas’ dilagukan oleh Pedro, dan dua puisi Ons Untoro, masing-masing berjudul ‘Kemarinpun’ dan ‘Aku Ingin Tidur Disampingmu, Ibu’ digubah menjadi lagu oleh Pedro.
Selain melagukan puisi, seorang penyiar radio Eltira Yogyakarta, yang berbama Abi, membacakan puisi karya Ons Untoro, yang berjudul ‘Penyiar’. Abi membacakan judul puisi ini karena, setidaknya menurut Abi, puisi tersebut menceritakan mengenai dirinya, atau setidaknya kisah tentang penyiar. Agar bisa mengerti bagaimana puisi ‘Penyiar’ itu, ada baiknya kita tampilkan puisi pendek tersebut:
Penyiar
Sesungguhnya tidak sendri bicara
tak tahu dengan siapa berbincang
sambil tertawa berulang menyapa
seperti sudah kenal lama
mengudar rindu mengalun laguHati gundah disimpan rapat
berbincang ceria seolah tak ada apa
bersapa dan berlagu serasa bahagia
menekan duka dan sendu agar tidak umpatSesungguhnya pendengar tidak duga
penyiar sudah rekam hari sebelumnya
saat acara mengudara
penyiar di rumah memeluk duka
Seusai membaca puisi yang berjudul ‘Penyiar’ Abi berkomentar “Ya, memang seharusnya penyiar seperti itu. Kalau sedang siaran tidak boleh menampakkan kedukaannya”.
Pedro, tampaknya menikmati lagu puisi yang dia kerjakan. Bahkan dia mempunyai keinginan, menggarap beberapa puisi karya penyair dan kemudian direkam agar bisa di dengarkan oleh banyak orang. Hanya dengan gitar akustik, Pedro tampil menggarap puisi dari beberapa penyair.
Ignatius
Artikel Lainnya :
- Pameran Seni Keramik Prof. Chitaru Kawasaki Karya Pertalian Jepang - Indonesia(12/10)
- 7 September 2010, Bothekan - WEDI WIRANG WANI MATI(07/09)
- KALIADEM DAN GUNUNG MERAPI(01/01)
- MENCICIPI PRODUK KULINER JAWA ASLI DI RUMAH MAKAN JAWA ASLI(02/02)
- KUBURAN MASSAL KORBAN GEMPA BANTUL 2006(23/06)
- SATE BUNTEL TAMBAK SEGARAN(01/06)
- Pertanian Organik(25/06)
- Andra and The Backbone, Bangga Bawakan Lagu Daerah(21/11)
- 29 Maret 2011, Ensiklopedi - DOLANAN JIRAK(29/03)
- DOLANAN JIRAK ULA(02/08)