Komik Indonesia, Antara Ada dan Tiada

Belum lama, saya mencoba datang ke sebuah toko buku untuk mencari karya anak negeri dalam bentuk cerita bergambar atau yang lebih dikenal dengan komik. Pada umumnya tumpukan komik yang kita saksikan di toko buku berisi komik buatan mancanegara. Memang ada komik buatan anak negeri, namun gaya mereka “bercerita” melalui gambar yang sangat terpengaruh dengan gaya luar (dalam hal ini unsur dari komik Jepang punya pengaruh kuat). Hal ini entah kenapa kemudian membuat saya rindu dengan tokoh-tokoh rekaan yang khas dalam komik yang dihasilkan oleh anak negeri.

Saya masih ingat, dahulu saya sempat menyaksikan tokoh komik yang diciptakan oleh orang Indonesia. Tokoh pertama yang saya kenal adalah Gundala Putera Petir. Setelah mencoba untuk menelusuri jejaknya, ternyata tokoh ini dibuat oleh Harya Suryaminata atau yang dikenal dengan Hasmi, asli dari Yogyakarta. Hasmi juga menelurkan tokoh-tokoh yang memikat seperti Aquanus, Maza, Kalong, Jin Kartubi, dan Pangeran Mlaar. Saya juga menemukan banyak sekali tokoh-tokoh komik buatan komikus Indonesia seperti Godam, Tira, Merpati, Boga, dan Sembrani. Semuanya merupakan superhero asli Indonesia. Meskipun formatnya terpengaruh jagoan mancanegara namun wajah dan atmosfirnya khas Indonesia. Tokoh-tokoh inilah beberapa dari hasil karya anak negeri yang namanya “terkubur” oleh komik-komik dari luar.

Komik Indonesia, Antara Ada dan Tiada
(sumber gambar: Google.com)

Komik-komik buatan negeri pun ada juga yang bercerita mengenai pewayangan, seperti yang diciptakan oleh R.A. Kosasih. Beliau menggambarkan cerita Mahabharata dan Ramayana dalam bentuk gambar. Selain itu juga, beliau merupakan orang pertama yang menjadi pencetus ide untuk menciptakan superhero pertama di Indonesia, Sri Asih.

Komik Indonesia, Antara Ada dan Tiada
(sumber gambar: Wilkipedia)

Mungkin ada anggapan bahwa komik buatan dalam negeri tidak sebaik buatan luar negeri, tapi apakah benar demikian? Seandainya kita mencoba untuk membaca komik-komik dari tokoh seperti Gundala dan Godam yang sudah dicetak ulang pada tahun 2005, tampaknya kita harus berpikir ulang untuk mempunyai pandangan seperti itu. Tampilannya tidak kalah dengan karya buatan luar negeri. Namun lagi-lagi yang menjadi masalah adalah tidak banyak orang Indonesia yang kemudian tertarik pada karya-karya anak bangsa. Banyak yang kemudian dari mereka yang punya pandangan bahwa buatan dari luar jauh lebih baik.

Seiring dengan perkembangan zaman, ada sebuah gerakan yang mencoba untuk menghidupkan lagi komik-komik buatan Indonesia. Banyak juga generasi muda yang menciptakan karya mereka sendiri, bahkan ada juga yang karyanya sudah sampai ke luar tapi tidak dikenal di negeri sendiri. Meskipun di negeri sendiri karya mereka dianggap belum bisa bersaing dengan komik buatan luar, tapi karya anak negeri ini patut diacungi jempol. Karya mereka pun bisa disaksikan secara online di http://komikoo.com ataupun http://makko.co/index.php. Mereka-mereka ini hanyalah sebagian kecil dari banyak kreatifitas anak bangsa. Semoga saja karya anak bangsa bisa lebih dikenal di negeri sendiri, tidak melulu mengkonsumsi karya dari luar. Salam merdeka!

Resa Setodewo



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Radio KombiRadio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?
Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta