Sunan Pakubuwana X Beri Gelar Pangeran kepada Patihnya
09 Aug 2016 Sejarah membuktikan,bahwa di masa pemerintahan Sunan Pakubuwana X (yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Wicaksana Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan/SDIWISKS) di Kerajaan Surakarta Hadiningrat, jabatan seseorang dalam kerajaan, menentukan warna payung untuk memayunginya. Pada zaman kerajaan dulu, warna payung fungsinya hampir sama dengan nomor kendaraan dinas pejabat pada zaman sekarang, misalnya kendaraan presiden adalah RI-1.Kabar berita seperti itu bisa dirunut kembali dari sebuah majalah berbahasa dan beraksara Jawa, yakni Majalah Kajawen. Pada edisi nomor 31 tanggal 18 April 1931 halaman 478, bahwa seorang patih raja yang sudah dinaikkan status dan derajatnya sehingga bergelar pangeran, maka ia berhak memakai warna payung yang sama dengan saudara raja yang bergelar pangeran pula.
Kabar yang ditulis majalah itu tentang peristiwa Sunan Pakubuwana X memberikan gelar pangeran kepada patihnya yang bernama Kangjeng Raden Adipati Jayanagara yang telah mengabdi selama 15 tahun. Selama masa pengabdian tersebut, kerajaan dalam keadaan aman, tidak pernah ada kerusuhan (tertulis: “sarehning anggonira dadi warangkaningsun, wus temen limalas taun lawase ora ana sawiji apa, marmane samengko kapareng manira, pakenira manira paringi ganjaran sesebutan pangeran).
Setelah mendapatkan gelar pangeran, patih raja tersebut kemudian bergelar lengkap Pangeran Arya Adipati Jayanagara dan berhak menggunakan payung kebesaran (sebagai tanda status derajatnya yang meningkat) sama yang digunakan oleh para pangeran kerabat raja (tertulis: anganggoa payung padhane payung pangeran, ajenenga Pangeran Arya Adipati Jayanagara). Usai mendapatkan gelar pangeran, patih raja disuruh Sunan Pakubuwana untuk mengumumkan hal itu kepada khalayak umum di Kerajaan Surakarta Hadiningrat.
Untuk memberi gelar pangeran kepada patih raja, Sunan Pakubuwana X harus mendapatkan persetujuan dari pihak Belanda yang berkuasa saat itu, diwakili oleh Gubernur Surakarta, yaitu JJv Helsdingen (tertulis: wus sarembug lan Bapa Kangjeng tuwan Ye Ye Helesdingen, Gubernur ing Surakarta). Pemberian gelar kepada patih raja dilakukan di Pagelaran Keraton Surakarta yang bernama Sasono Sumewo (aslinya tertulis: Sasana Sumewa), dan disaksikan oleh semua punggawa dan abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat yang hadir.
Usai mendapatkan gelar pangeran, patih raja Sunan Pakubuwana X melakukan sungkem kepada raja dan berjabat tangan dengan Gubernur Belanda yang bertugas di Surakarta, yaitu JJv Helsdingen. Selesai pemberian gelar, dilakukan jamuan minum (tertulis: lajeng lumadosipun pangunjukan). Peristiwa pemberian gelar pangeran kepada patih dalem Pakubuwana X terjadi pada Senin, 30 Maret 1931 atau bertepatan tanggal 10 bulan Dulkangidah taun Jimawal 1861 (tahun Jawa).
Naskah dan foto:Suwandi
EDUKASIBaca Juga
- 13-08-16
Buku untuk Orang Belanda Belajar Bahasa Jawa
Judul : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis : J.W. van... more » - 12-08-16
Soekarno-Hatta dalam Museum-museum di Yogyakarta
Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
Judul : Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan Raya Pos Karya Daendels
more » - 10-08-16
Mengenal Budaya Jawa Melalui Museum Tembi Rumah Budaya
Tak kenal maka tak sayang. Begitulah ungkapan tentang pentingnya proses mengenal. Diawali dengan mengenal dan kemudian tergerak untuk mencari tahu,... more » - 08-08-16
Jarasanda Anak Buangan (2)
Setelah genap masa kandungannya, hanya selisih beberapa jam, kedua permaisuri Prabu Wrehatrata melahirkan. Anehnya masing-masih bayi yang... more » - 08-08-16
Mempelajari Perjalanan Hidup Kota
Judul : Pengantar Sejarah Kota Penulis ... more » - 08-08-16
Tembok Kuno Bekas Pesanggrahan di Imogiri
Pajimatan Imogiri yang menjadi kompleks makam raja-raja Mataram sudah demikian terkenal. Di seputaran kompleks tersebut juga ditemukan bangunan atau... more » - 06-08-16
Bale Inap Tembi, Koleksi Museum Sekaligus Rumah Inap
Tembi Rumah Budaya selain dikenal sebagai rumah budaya dengan berbagai kegiatan atau aktivitas budayanya juga dilengkapi dengan museum, galeri, bale... more » - 04-08-16
Denmas Bekel 4 Agustus 2016
Denmas Bekel 4 Agustus 2016 more »
Artikel Terbaru
- 13-08-16
Buku untuk Orang Bel
Judul : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis : J.W. van... more » - 13-08-16
Ada Tiga Hari dalam
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka, artinya... more » - 13-08-16
‘Membelah Bulan’ Kar
‘Membelah Bulan’ merupakan judul antologi puisi karya Resmiyati, seorang penyair perempuan dari Klaten, akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama,... more » - 12-08-16
Rupa Perupa Jawa Tim
Perupa Jawa Timur, yang tergabung dalam kelompok Koperjati, kependekan dari Komunitas Perupa Jawa Timur, menyelenggarakan pameran di Jogja... more » - 12-08-16
Soekarno-Hatta dalam
Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more » - 12-08-16
Gatotkaca Membagi Ke
Adakah yang lebih luhur serta mulia, dari seseorang yang mendoakan musuhnya agar terlepas dari rantai derita, bahkan ia rela menjalani laku berat... more » - 11-08-16
Purwadmadi, Penyair,
Nama lengkapnya Purwadmadi Admadipurwa, atau sering dipanggil Pur. Dia seorang penyair sekaligus novelis dan jurnalis. Pernah menjadi wartawan... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan
Judul : Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan
more » - 10-08-16
‘Operasi’ Gagasan da
Tajuk pamerannya ‘Operasi’, menampilkan seni rupa karya Operasi Rachman Muchamad, dipamerkan sejak 30 Juli sampai 9 Agustus 2016 di Taman Budaya,... more »