SMK Nurul Iman Berkunjung ke Tembi untuk Belajar Budaya

07 May 2016 Sebanyak 13 siswa-siswi  SMK Nurul Iman, Sudimoro, Sewon, Bantul plus pendamping melakukan kunjungan ke Tembi Rumah Budaya, Selasa, 3 Mei 2016. Kunjungan ini dimaksudkan sebagai pembelajaran luar ruang bagi siswa-siswi SMK Nurul Iman Jurusan Multimedia. Objek dan tempat pembelajaran tersebut sengaja dilakukan di Tembi Rumah Budaya karena tempat ini dianggap sebagai lembaga independen yang representatif sebagai salah satu sumber informasi kebudayaan khususnya kebudayaan lokal (Jawa) dalam pertautannya dengan kebudayaan lain. 

Mereka diterima oleh pemandu Tembi di Pendapa Yudanegaran. Setelah diberikan penjelasan singkat mengenai latar belakang sosial historis berdirinya Tembi, maka seluruh siswa dipandu untuk mengamati, menyerap, dan mencerna semua informasi berkaitan dengan keberadaan Tembi lengkap dengan segala koleksi, aktivitas, dan hal lain yang dilakukan Tembi.

Denah rumah Jawa tradisional yang dalam hal ini adalah Joglo dengan kelengkapannya yang dijelaskan oleh pemandu membuat mereka terpikat. Bagi mereka pembagian denah rumah Jawa yang relatif lengkap belum pernah mereka ketahui. Regol/gapura, sumur depan, kuncungan, pendapa, pringgritan, ndalem, senthong, gandhok kiwa dan tengen, bale kambang, gadri, dan lain-lain bagi mereka ternyata terasa asing.

Pun tentang keberadaan dua buah patung raksasa di halaman depan kompleks rumah, yakni patung Dwarapala, bagi mereka juga terasa asing. Meskipun mereka kerap juga melihat patung sejenis di tempat (rumah/kantor, dan sebagainya) namun selama itu pula mereka belum mengerti apa maknanya, apa lagi tujuan dari peletakan patung-patung tersebut di halaman rumah/kantor. Penjelasan dari pemandu Tembi membuat mereka merasa mendapatkan pengetahuan baru.

“Wah saya pikir hanya untuk hiasan saja Pak. Untuk supaya indah atau bagaimana,” demikian komentar salah satu siswa.

“Nah, kalau ada dolanan (mainan) anak seperti ini, apakah kalian pernah memainkannya ?” tanya pemandu.

“Ya. Saya masih kenal dakon. Masih kenal kapal othok-othok. Bekelan juga masih ingat. Demikian juga dengan mainan pasar-pasaran.”

“Kalau yang itu, yang bentuknya seperti burung tetapi dibuat dari gerabah ?”

“Saya tidak tahu. Apa itu Pak ?”

Penjelasan dari pemandu pun mengalir terus. Kulkas kuno, belik, Bale Inap, foto iklan kuno, foto Jogja tempo dulu juga menjadi objek-objek yang ternyata mampu menyedot perhatian mereka. Itu tandanya mereka berkunjung ke Tembi memang untuk belajar, untuk tahu, untuk mengerti lebih banyak tentang kebudayaan. Bagaimana pun semuanya itu pasti berguna bagi mereka kelak. Boleh saja mereka mampu menguasai teknologi multimedia. Namun menguasai sisi teknis saja tidak cukup. Mereka juga harus mengisinya. Seperti sebuah bangunan, tidak cukup hanya mampu menguasai dan mendirikan konstruksi tulangan atau kerangkanya, namun juga harus mengisinya dengan dinding, lantai, jendela, pintu, genteng, bahkan juga nantinya dengan meja kursi, tempat tidur, dan hal lain sehingga apa yang disebut sebagai rumah itu benar-benar menjadi lengkap sebagai rumah.

a.sartono
foto:totok barata

Foto siswa/i SMK Nurul Iman Bantul bersama pendamping dan pemandu di depan Sentong Tembi Rumah Budaya, difoo: Selasa, 3 Mei 2016, foto: totok barata Siswa/i SMK Nurul Iman Bantul mendengarkan penjelasan tentang makna sajen dari pemandu, difoto: Selasa, 3 Mei 2016, foto: totok barata Mendengarkan penjelasan mengenai foto-foto Jogja Tempo Dulu, difoto: Selasa, 3 Mei 2016, foto: totok barata Foto bersama di Taman Bulus Tembi Rumah Budaya, difoto: Selasa, 3 Mei 2016, foto: totok barata Guru pendamping menyampaikan maksud kedatangan siswa/i SMK Nurul Iman ke Tembi Rumah Budaya, difoto: Selasa, 3 Mei 2016, foto: totok barata EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 11-05-16

    Buku Pelajaran Menar

    Java Instituut adalah sebuah lembaga kebudayaan yang berdiri di zaman penjajahan Belanda. Lembaga ini tidak hanya mendirikan Museum Sonobudoyo di... more »
  • 11-05-16

    Membayangkan Yogyaka

    Komunitas Mahasiswa Teknik Perencanaan Kewilayahan Kota, Fakultas Teknik UGM. menyelenggarakan acara yang dinamakan ‘Festagama 2016 Green City Dalam... more »
  • 10-05-16

    Tegoeh Ranusastra As

    Ketika pertama kali Sastra Bulan Purnama digelar di  Tembi Rumah Budaya Oktober 2011, yang menampilkan sejumlah penyair membaca puisi, pada... more »
  • 10-05-16

    Napi LP Wirogunan Be

    Sambil duduk lesehan di tikar, para narapidana di LP Wirogunan, mendengarkan Iman Budhi Santosa, penyair senior Yogyakarta, menyampaikan workshop... more »
  • 10-05-16

    Di Jakarta Namanya K

    Wedang tahu di Yogyakarta dikenal juga dengan nama tahok di Solo. Sedangkan untuk Surabaya menamai jenis makanan ini dengan nama tahua sedangkan... more »
  • 09-05-16

    Bikin Sesaji Supaya

    Judul            : Sesaji Raja Suya Penulis         ... more »
  • 09-05-16

    Wisrawa (4): Sastraj

    Usaha Batara Guru untuk menggagalkan wejangan Sastrajendra baik melalui diri Wisrawa maupun melalui pribadi Sukesi belum berhasil. Jika pun mau... more »
  • 09-05-16

    Sendang Mangunan Dip

    Sendang Mangunan berada di Dusun Mangunan, Kelurahan Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan... more »
  • 07-05-16

    Jumat Pon Jangan Per

    Pranatamangsa: Mangsa Kasebelas atau disebut Desta berakhir pada 11 Mei 2016. Selanjutnya mulai 12 Mei sampai dengan 21 Juni 2016 masuk Mangsa... more »
  • 07-05-16

    Kritik Sosial Teater

    Teater Gadjah Mada Angkatan 2015, Senin malam, 2 Mei 2016 mementaskan lakon Ndog yang merupakan adaptasi dari naskah monolog Putu Wijaya yang... more »