Sistem Religi Bonokeling yang Ditularkan Secara Lisan
19 Jan 2016
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang H. Suta Purwana, Sukari, Sujarno
Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2015, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : x + 146
Komunitas Adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, adalah komunitas yang mengonstruksikan adat sebagai sendi utama organisasi sosial mereka. Komunitas Adat Bonokeling merupakan kesatuan sosial yang menganggap dirinya memiliki ikatan geneologis dengan kelompok, kesadaran wilayah sebagai daerah teritorial dan adanya identitas sosial dalam interaksi berdasarkan norma, moral, nilai-nilai dan aturan-aturan adat. Eyang Bonokeling adalah cikal-bakal anak cucu Bonokeling yang ada saat ini. Ikatan utama komunitas Bonokeling adalah kepercayaan bersama dan komitmen moral.
Ajaran Bonokeling menekankan bahwa orang hidup di dunia harus percaya kepada Sing Gawe Urip. Kewajiban manusia adalah menyembahnya menurut tata cara yang diajarkan Eyang Bonokeling. Dalam sistem religi ini Eyang Bonokeling memiliki kedudukan istimewa. Eyang Bonokeling adalah perantara kepada Tuhan. Orang Bonokeling juga percaya bahwa arwah leluhur selalu melindungi. Oleh karena itu mereka mengadakan ritual sebagai rasa hormat dan terima kasih. Di antaranyaunggahan,udhunan, sedekah bumi dan lain-lain.
Ajaran Bonokeling dibedakan menjadi dua kategori yaitu bersifat ilok (terbuka, siapa saja boleh tahu dan memelajari) dan ora ilok (tertutup, hanya boleh dipelajari pada tahap tertentu). Ajaran ini disampaikan secara lisan atau tutur. Ajaran yang bersifat ora ilok adalah ajaran tentang ilmu-ilmu leluhur tingkat tinggi. Ada syarat-syarat tertentu untuk memelajari ilmu ini dan tidak semua anak cucu Bonokeling bisa memelajari. Ajaran Bonokeling sebagian memang bersifat rahasia untuk menjaga kesakralannya. Dalam ritual ini ada orang yang dituakan yang berkedudukan sebagai pemimpin.
Buku ini membahas tentang komunitas Bonokeling dengan kepercayaannya yang mereka pegang teguh dan usahanya dalam memertahankan kepercayaan tersebut. Di dalamnya juga dikupas tentang interaksi di antara mereka, dengan masyarakat lain, juga penyebab makin menyusutnya penganut ajaran Bonokeling.
Kusalamani
EDUKASI
Baca Juga
- 23-01-16
Judul : Weddha Brata (Panuntun. Jilid II)
Penulis : Mas Sajimin Prawiraatmaja
Penerbit : TB...
more »
- 22-01-16
Dinamakan gunungan karena bentuknya menggambarkan gunung. Gunungan disebut juga kayon, artinya pohon. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar...
more »
- 22-01-16
Supriyadi yang rambutnya memutih, terus mengayunkan palu, memukul besi membara yang dicapit kuat. Percikan api melesat kesana kemari. Adu palu (...
more »
- 21-01-16
Setelah rombongan SMA 1 Mejobo Kudus meninggalkan Tembi, Selasa, 12 Januari 2016, rombongan SMAN 1 Sleman yang berjumlah sekitar 190 siswa dan...
more »
- 19-01-16
Buah kelapa boleh dikatakan identik dengan identitas Indonesia atau juga negara dan pulau-pulau di Asia-Pasifik. Buah ini menjadi sesuatu yang...
more »
- 18-01-16
Judul : Bahasa Bagongan
Penulis : Soepomo Poedjosoedarmo, Laginem
Penerbit : Balai Bahasa, 2014...
more »
- 18-01-16
Satu per satu nama-nama para wisudawan kursus master of ceremony (MC) Bahasa Jawa angkatan ke-33 Tembi Rumah Budaya dibacakan untuk kemudian naik...
more »
- 18-01-16
Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti rendah permulaannya tinggi (pada) akhirnya. Hal ini bisa dicontohkan misalnya dengan pertumbuhan...
more »
- 14-01-16
Judul : “Njaie Dasima”. Sair Tjerita
Penulis : O.S. Tjiang
Penerbit : Tjap Goan He, 1897, Batawi...
more »
- 13-01-16
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang...
more »
Artikel Terbaru
- 23-01-16
Judul : Weddha Brata (Panuntun. Jilid II)
Penulis : Mas Sajimin Prawiraatmaja
Penerbit : TB...
more »
- 23-01-16
Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat...
more »
- 23-01-16
Jose panggilannya, dari nama lengkap Jose Rizal Manua, adalah nama yang cukup dikenal di kalangan teater dan sastra. Selain karena aktif di teater...
more »
- 22-01-16
Dinamakan gunungan karena bentuknya menggambarkan gunung. Gunungan disebut juga kayon, artinya pohon. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar...
more »
- 22-01-16
Supriyadi yang rambutnya memutih, terus mengayunkan palu, memukul besi membara yang dicapit kuat. Percikan api melesat kesana kemari. Adu palu (...
more »
- 21-01-16
Setelah rombongan SMA 1 Mejobo Kudus meninggalkan Tembi, Selasa, 12 Januari 2016, rombongan SMAN 1 Sleman yang berjumlah sekitar 190 siswa dan...
more »
- 21-01-16
Masih ingat kesuksesan pementasan kolosal yang mengangkat kebudayaan Indonesia, “Matah Ati” yang kemudian dipentaskan di Singapura dan Kuala...
more »
- 20-01-16
Mencintai Tanah Air yang diperlukan bukan slogan dan celotehan tapi bagaimana mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat, begitu kira-kira hal...
more »
- 19-01-16
Suguhan aksi Kelompok Studi Perkusi (Kesper) berhasil menyita perhatian para penonton. Dengan menampilkan suguhan yang atraktif membuat ...
more »
- 19-01-16
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang...
more »