Buku “Serat Sarasedya” Mengupas tentang Ilmu Kesempurnaan Hidup
07 Apr 2016 Satu lagi buku kuno unik tentang filsafat Jawa yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya adalah buku berjudul “Serat Sarasedya”. Buku ini dicetak dalam aksara dan bahasa Jawa, yang diterbitkan dan dijual oleh toko buku “Tan Khoen Swie” Kediri pada tahun 1921. Hingga saat ini umur buku 95 tahun. Namun begitu, buku ini halaman isinya masih bagus, hanya saja sampul halaman depan, sobek sedikit.Buku “Serat Sarasedya” (tertulis di halaman sampul “Serat Sorosedijo” ejaan lama) terdiri dari 89 halaman. Pada halaman sampul, diuraikan bahwa sebenarnya buku ini mengutip dari berbagai buku Primbon yang kemudian dituangkan atau dijabarkan dalam bentuk tembang Macapat oleh Raden Wirawangsa (tertulis: kaanggit ing sekar macapat dhateng Raden Wirawangsa). Jadi buku yang diberi judul “Serat Sarasedya” ini dikarang oleh Raden Wirawangsa.”
Selanjutnya, dalam pengantar pengarang menjelaskan bahwa buku ini diberi judul “Serat Sarasedya” dengan maksud sebagai jalan atau modal bagi orang yang hendak mendalami ilmu tekad atau ilmu filsafat Jawa (ilmu kesempurnaan hidup –memahani asal-usul kehidupan). Untuk lebih mudah memahami isinya, dalam buku ini dikisahkan 3 cerita, yaitu: 1) perjalanan hidup Sang Widayaka (Ajisaka) ketika berguru kepada ayahnya (Sang Empu Anggajali) kemudian berguru kepada Bathara Wisnu; 2) perjalanan hidup Arya Sena (Sang Bima atau Werkudara) ketika mengabdi kepada gurunya, Drona saat mencari air Amerta (air kehidupan) di tengah samudera; 3) perjalanan hidup Nabi Edris ketika mendapat perintah Tuhan untuk naik ke surga.
Selain ketiga kisah tersebut, dalam bagian terakhir, pengarang juga mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh bernama Sumendhi yang sedang berguru kepada Sunan Bonang. Kisah itu diambil dari sebuah suluk (ajaran manunggaling kawula-Gusti, tradisi sastra Islam di Jawa).
Buku “Serat Sarasedya” ini diuraikan dalam 14 Pupuh (kumpulan bait) tembang macapat. Secara keseluruhan terdiri dari 518 bait (dalam bahasa Jawa disebut “pada”). Tembang-tembang macapat yang digunakan dalam Pupuh 1 hingga Pupuh 14 adalah tembang Asmaradana (42 bait), Sinom (45 bait), Dhandhanggula (22 bait), Pocung (29 bait), Dhandhanggula (42 bait), Gambuh (44 bait), Pangkur (58), Megatruh (33 bait), Mijil (32 bait), Sinom (31 bait), Asmaradana (33 bait), Maskumambang (41 bait), Kinanthi (44 bait), dan Dhandhanggula (22 bait).
Buku ini diharapkan dapat menjadi modal bagi pembaca yang hendak mendalami ilmu kesempurnaan hidup. Diibaratkan dalam peribahasa Jawa, “golek geni adedamar” dan “wong ngangsu apikulan warih”. Demikian harapan pengarang, Raden Wirawangsa.
Naskah dan foto:Suwandi
EDUKASIBaca Juga
- 03-06-16
Mengenal Patung Zaman Kejayaan Hindu-Budha
Judul : De Dateering van Eenige Oost-Javaansche Beeldengroepen Penulis ... more » - 02-06-16
Denmas Bekel 2 Juni 2016
Denmas Bekel 2 Juni 2016 more » - 01-06-16
Pelajar SD Muthahari Bandung Menginap di Tembi
Setidaknya sudah dua kali ini Sekolah Cerdas SD Muthahari Bandung mengikuti paket Wisata Budaya dan Outbond di Tembi Rumah Budaya. Untuk hari... more » - 31-05-16
Bengawan Solo Riwayatmu Dulu
Sungai Bengawan Solo pernah populer di masa pendudukan Jepang, yakni ketika menjadi sebuah lagu berjudul “Bengawan Solo” yang diciptakan oleh seniman... more » - 31-05-16
Demi Jabatan Kakak Tega Membunuh Adik
Sumantri dan Sukrasana adalah kakak beradik satu ayah dan satu ibu namun mempunyai bentuk fisik yang berkebalikan. Sumantri bertubuh ideal, berparas... more » - 30-05-16
Karya Sastra Daerah dalam Masa Pengaruh Islam
Judul : Anthology of ASEAN Literatures. The Islamic Period in Indonesian Literature... more » - 30-05-16
Sharol dari Singapore School of Art Menabuh Gamelan
Tembi Rumah Budaya Bantul Yogyakarta kembali dikunjungi oleh siswa-siswi Sekolah Seni Singapura pada Rabu, 24 Mei 2016. Mereka terdiri dari 16 siswa... more » - 26-05-16
Penampilan Keluarga Bupati Kudus pada Awal Abad Ke-19
Foto yang dibuat pada tahun 1867 ini memperlihatkan Bupati Kudus, Raden Mas Tumenggung (RMT) Candranegara yang dikenal juga dengan nama... more » - 24-05-16
Denmas Bekel 24 Mei 2016
Denmas Bekel 24 Mei 2016 more » - 23-05-16
Arsip Pemugaran Borobudur Diusulkan Menjadi Memory of The World
Balai Konservasi Borobudur pada 17—19 Mei 2016 lmengadakan pameran Arsip Borobudur di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Arsip Pemugaran Candi... more »
Artikel Terbaru
- 04-06-16
Geguritan untuk Pemb
Geguritan, puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dibacakan untuk pembukaan pameran wayang, yang diselenggarakan 30 Mei – 12 Juli 2016 di Ruang... more » - 04-06-16
Mingggu Legi Hari Ba
Pranatamangsa: sampai dengan 21 Juni 2016 masih terhitung mangsa Karolas atau musim Keduabelas yang disebut Saddha, umurnya 41 hari. Saat panen... more » - 04-06-16
Warung Sederhana Imo
Kuliner tempo dulu bisa dikatakan selalu ngangeni. Banyak orang yang mulai jenuh dengan kuliner kekinian kemudian mencoba mencari lagi kuliner tempo... more » - 03-06-16
Mengenal Patung Zama
Judul : De Dateering van Eenige Oost-Javaansche Beeldengroepen Penulis ... more » - 03-06-16
Harmony dalam Budaya
Mahasiswa-mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi melaksanakan kegiatan cultural show sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan... more » - 02-06-16
Wasti Dalam Dramatic
Lagi-lagi dramatic reading mengambil cerpen sebagai bahan bakunya dipentaskan untuk mengisi acara Studio Pertunjukan Sastra edisi 128, Sabtu malam 28... more » - 02-06-16
Bunga Penutup Abad S
Naskah teater ini diadaptasi dari novel ‘Bumi Manusia’ dan ‘Anak Semua Bangsa’ karya Pramoedya Ananta Tour dalam seri novel Tetralogi Pulau Buru.... more » - 02-06-16
Denmas Bekel 2 Juni
Denmas Bekel 2 Juni 2016 more » - 01-06-16
Pameran Titi Mangsa
Sekalipun di Yogyakarta ada cukup banyak ruang pamer, namun agaknya ruang-ruang tersebut tidak atau belum mencukupi sebagai sarana pamer karya dari... more » - 01-06-16
Pelajar SD Muthahari
Setidaknya sudah dua kali ini Sekolah Cerdas SD Muthahari Bandung mengikuti paket Wisata Budaya dan Outbond di Tembi Rumah Budaya. Untuk hari... more »