Baron Sakendher, Karya Sastra Jawa Klasik yang Unik

01 Mar 2016 Tidak seperti umumnya karya sastra Jawa klasik yang mengisahkan tentang cerita-cerita lokal, seperti Rara Jonggrang, Panji Asmarabangun, Baru Klinthing, Timun Mas, dan lainnya, karya sastra Jawa Klasik yang berjudul “Baron Sakendher” ini lebih banyak mengisahkan tentang orang Spanyol. Entah mulai kapan ada, yang jelas, kisah cerita itu pernah dikenal sebagai salah satu karya sastra Jawa di zaman dulu, dikaitkan dengan zaman Kerajaan Mataram dan Jayakarta.     Kisah cerita “Baron Sakendher” yang unik itu bisa juga ditemukan di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dalam bentuk buku cetakan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) RI tahun 1978. Awalnya karya sastra Jawa itu ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa. Ada banyak naskah yang memuat kisah itu, salah satunya di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Bahkan di museum itu ada 6 naskah yang mengisahkan cerita “Baron Sakendher.”    Kisah “Baron Sakendher” ini juga pernah diterbitkan oleh Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Dari terbitan lembaga inilah, lalu diterbitkan ulang oleh Departemen P&K RI kala itu. Dalam buku terbitan Departemen P&K, yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi Yogyakarta, selain memuat naskah yang berbahasa Jawa (dengan tulisan Latin), juga sudah ada terjemahan dalam bahasa Indonesia yang digarap oleh Yudi Saro. Tebal buku 120 halaman. Halaman 9—36 memuat terjemahan dalam bahasa Indonesia, sedangkan halaman 39—119 memuat naskah asli berbahasa Jawa (tulisan Latin).    Naskah asli “Baron Sakendher” yang berasal dari Lembaga Belanda tersebut, terdiri dari XVIII pupuh (kumpulan bait), mulai dari pupuh tembang Dhandhanggula, Sinom, Kinanthi, Pangkur, Asmaradana, Gambuh, Mijil, Pangkur, Asmaradana, Maskumambang, Dhandhanggula, Pangkur, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Durma, Pangkur, dan Asmardana. Dalam terjemahan bebas yang dilakukan Yudi Saro juga didasarkan per pupuh. Namun terjemahan bebas itu bahasanya lancar dan mudah dipahami. Sementara kisah singkatnya seperti di bawah ini.    Baron Sakendher adalah seorang anak nakhoda kaya raya dari bukit Arbi Negeri Spanyol. Setelah dewasa ia bermimpi bahwa akan bertemu jodohnya, yaitu puteri raja Spanyol. Kemudian ia berkelana, begitu pula sang putri raja meninggalkan kerajaan juga untuk mencari pemuda sesuai dengan mimpinya juga (sampai di sini kisahnya seperti cerita Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji, kisah cerita yang terkenal dari Jawa Timur). Akhirnya keduanya bertemu dan kembali ke Kerajaan Spanyol. Baron Sakendher lalu dinobatkan menjadi raja Spanyol.    Terjadilah intrik-intrik dan peperangan, tetapi Baron Sakendher bisa menyelesaikan semua masalah itu. Akhirnya ia mengelana hingga tiba di daerah kerajaan Mataram di Jawa. Di tempat ini, kekuatannya kalah telak dengan penguasa Mataram, akhirnya ia memutuskan untuk mengabdi ke Panembahan Senopati raja Mataram. Sementara itu, saudara tua Baron Sakendher bernama Baron Sukmul menyusul ke Jawa, tetapi tiba di Sunda Kelapa. Ia menikah dengan Ken Tanuraga dan lahirlah Murjangkung. Tokoh terakhir inilah yang nantinya mengalahkan Pangeran Jayakarta.   Cerita cukup unik dan kadang-kadang kisahnya kurang nalar, seperti hadirnya tokoh-tokoh raksasa, kuda sembrani, garuda berbulu emas, dan lainnya. Namun begitu, sebagai produk karya sastra, isinya cukup menghibur. Dan banyak pula ditemukan isi cerita yang mengajak berbuat baik maupun budi pekerti luhur.    Naskah dan foto:Suwandi    Baron Sakendher, Karya Sastra Jawa Klasik yang Unik, sumber foto: Suwandi/Tembi Baron Sakendher, Karya Sastra Jawa Klasik yang Unik, sumber foto: Suwandi/Tembi Baron Sakendher, Karya Sastra Jawa Klasik yang Unik, sumber foto: Suwandi/Tembi EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 04-06-16

    Geguritan untuk Pemb

    Geguritan, puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dibacakan untuk pembukaan pameran wayang, yang diselenggarakan 30 Mei – 12 Juli 2016 di Ruang... more »
  • 04-06-16

    Mingggu Legi Hari Ba

    Pranatamangsa: sampai dengan 21 Juni 2016 masih terhitung mangsa Karolas atau musim Keduabelas yang disebut Saddha, umurnya 41 hari. Saat panen... more »
  • 04-06-16

    Warung Sederhana Imo

    Kuliner tempo dulu bisa dikatakan selalu ngangeni. Banyak orang yang mulai jenuh dengan kuliner kekinian kemudian mencoba mencari lagi kuliner tempo... more »
  • 03-06-16

    Mengenal Patung Zama

    Judul             : De Dateering van Eenige Oost-Javaansche Beeldengroepen Penulis ... more »
  • 03-06-16

    Harmony dalam Budaya

    Mahasiswa-mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi melaksanakan kegiatan cultural show sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan... more »
  • 02-06-16

    Wasti Dalam Dramatic

    Lagi-lagi dramatic reading mengambil cerpen sebagai bahan bakunya dipentaskan untuk mengisi acara Studio Pertunjukan Sastra edisi 128, Sabtu malam 28... more »
  • 02-06-16

    Bunga Penutup Abad S

    Naskah teater ini diadaptasi dari novel ‘Bumi Manusia’ dan ‘Anak Semua Bangsa’ karya Pramoedya Ananta Tour dalam seri novel Tetralogi Pulau Buru.... more »
  • 02-06-16

    Denmas Bekel 2 Juni

    Denmas Bekel 2 Juni 2016 more »
  • 01-06-16

    Pameran Titi Mangsa

    Sekalipun di Yogyakarta ada cukup banyak ruang pamer, namun agaknya ruang-ruang tersebut tidak atau belum mencukupi sebagai sarana pamer karya dari... more »
  • 01-06-16

    Pelajar SD Muthahari

    Setidaknya sudah dua kali  ini Sekolah Cerdas SD Muthahari Bandung mengikuti paket Wisata Budaya dan Outbond di Tembi Rumah Budaya. Untuk hari... more »