Awalnya besi yang ditempa Lantas Jadilah Keris
22 Jan 2016
Supriyadi yang rambutnya memutih, terus mengayunkan palu, memukul besi membara yang dicapit kuat. Percikan api melesat kesana kemari. Adu palu (gandin) dan alas (paron) yang sama-sama terbuat dari besi membuat bunyinya berdentang-dentang memekakkan telinga. Besi membara tersebut dijepit oleh sebuah supit, yakni capit panjang yang dipegang kencang oleh Tugino. Mereka berdua sedang memeragakan cara membuat keris di halaman Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Sambil berdemo, Supriyadi menjelaskan proses pembuatan keris atas pertanyaan Tembi. Menurutnya, besi yang berulang kali dipukul tersebut setebal sekitar lima sentimeter. Informasi yang cukup membuat terpana bahwa besi setebal itu dengan pukulan palu dan pembakaran yang berulang kali bisa berubah menjadi sebilah keris yang pipih. “Untuk pembuatan satu keris dibutuhkan waktu sekitar satu sampai tiga bulan,” jelasnya.
Supriyadi menambahkan, bahan keris yang ditempa terdiri dari lapisan besi, nikel, dan baja. Proses awalnya, besi dibakar dengan suhu sekitar seribu derajat celsius, lalu dipukul berulang kali. Kemudian dibakar dan dipukul lagi. Setelah itu masuk dalam proses pelipatan yang membentuk besi seperti huruf U. Di sela besi yang dilipat disisipkan nikel, lantas ditempa lagi.
Proses ini, menurut Supriyadi, disebut saton karena akibat tempaan yang berulang kali besi menjadi satu. Setelah menjadi lempengan panjang, besi dipotong menjadi dua bagian yang disebut kodhokan. Di antara kedua kodhokan, disisipkan baja, yang kemudian kembali ditempa berulang kali.
Proses pelipatan ini memakan waktu panjang. Karena menurut Supriyadi, besi yang dilipat dilakukan secara bertahap, diselingi proses pembakaran dan penempaan. Besi jadi lebih panjang sekaligus lebih tipis. Setelah besi menyatu dilakukan pelipatan lagi. Jadi pelipatannya diawali dari 2 lapis, lalu 4, 8, 16, 32, 64, 128 dan 256 lapis. Lama pelipatan ini, kata Supriyadi, sekitar 7-10 hari.
Peralatan yang dipakai mengesankan ketradisionalan. Misalnya dua tabung bambu yang berjejer vertikal, yang disebut dengan ububan. Di kedua lubang itu Supriyadi menaikturunkan tongkat yang mendorong udara menuju balok batu yang disebut wirungan. Balok batu ini dilubangi di tengahnya, yang berfungsi sebagai alat memfokuskan angin. Dengan begitu suhu panasnya meningkat. Sebagai bahan bakarnya digunakan arang kayu jati. Jenis kayu ini mampu menghasilkan panas di atas 1.000 derajat celcius, yang diperlukan untuk melunakkan besi.
Sementara Tugiono menggerak-gerakkan cakarwa, sejenis gancu yang berfungsi untuk mengarahkan bara api yang terletak di wirungan. Di dekatnya terdapat kowen, tempat air untuk mendinginkan alat-alat.
Begitulah sekilas proses awal pembuatan keris. Tahap selanjutnya lebih membutuhkan keahlian seni, yang menciptakan keris sebagai karya seni yang indah.
Sehari-hari, Supriyadi dan Tugino adalah panjak (asisten) Ki Empu Sungkowo Harum Brodjo di tempat pembuatan keris di Dusun Gatak, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Sungkowo adalah keturunan ke-17 Empu Supo, empu keris termasyur di Kerajaan Majapahit. Ayah Sungkowo juga terkenal sebagai empu keris yang mumpuni, Ki Empu Djeno Harum Brodjo. Di tempat pembuatan keris atau besalen di Gatak ini keris-keris yang berkualitas bagus dihasilkan.
Keris telah dikukuhkan Unesco (United Nations Educational, Scientific dan Cultural Organizations) Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia sejak 25 November 2005. Sebuah pengakuan terhadap karya seni tinggi yang pembuatannya diawali dari penempaan besi.
Naskah dan foto:Barata
EDUKASI
Baca Juga
- 23-01-16
Judul : Weddha Brata (Panuntun. Jilid II)
Penulis : Mas Sajimin Prawiraatmaja
Penerbit : TB...
more »
- 22-01-16
Dinamakan gunungan karena bentuknya menggambarkan gunung. Gunungan disebut juga kayon, artinya pohon. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar...
more »
- 21-01-16
Setelah rombongan SMA 1 Mejobo Kudus meninggalkan Tembi, Selasa, 12 Januari 2016, rombongan SMAN 1 Sleman yang berjumlah sekitar 190 siswa dan...
more »
- 19-01-16
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang...
more »
- 19-01-16
Buah kelapa boleh dikatakan identik dengan identitas Indonesia atau juga negara dan pulau-pulau di Asia-Pasifik. Buah ini menjadi sesuatu yang...
more »
- 18-01-16
Judul : Bahasa Bagongan
Penulis : Soepomo Poedjosoedarmo, Laginem
Penerbit : Balai Bahasa, 2014...
more »
- 18-01-16
Satu per satu nama-nama para wisudawan kursus master of ceremony (MC) Bahasa Jawa angkatan ke-33 Tembi Rumah Budaya dibacakan untuk kemudian naik...
more »
- 18-01-16
Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti rendah permulaannya tinggi (pada) akhirnya. Hal ini bisa dicontohkan misalnya dengan pertumbuhan...
more »
- 14-01-16
Judul : “Njaie Dasima”. Sair Tjerita
Penulis : O.S. Tjiang
Penerbit : Tjap Goan He, 1897, Batawi...
more »
- 13-01-16
Buku berbahasa dan beraksara Jawa ini dikarang oleh orang Jepang T Murakami tahun 1945 (dalam naskah asli tertulis tahun Jepang 2605) yang...
more »
Artikel Terbaru
- 23-01-16
Judul : Weddha Brata (Panuntun. Jilid II)
Penulis : Mas Sajimin Prawiraatmaja
Penerbit : TB...
more »
- 23-01-16
Perhitungan ini berdasarkan perhitungan primbon Panca Suda. Panca = lima, suda = dikurangi. Lima dikurangi satu sama dengan empat. Ada empat...
more »
- 23-01-16
Jose panggilannya, dari nama lengkap Jose Rizal Manua, adalah nama yang cukup dikenal di kalangan teater dan sastra. Selain karena aktif di teater...
more »
- 22-01-16
Dinamakan gunungan karena bentuknya menggambarkan gunung. Gunungan disebut juga kayon, artinya pohon. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar...
more »
- 22-01-16
Supriyadi yang rambutnya memutih, terus mengayunkan palu, memukul besi membara yang dicapit kuat. Percikan api melesat kesana kemari. Adu palu (...
more »
- 21-01-16
Setelah rombongan SMA 1 Mejobo Kudus meninggalkan Tembi, Selasa, 12 Januari 2016, rombongan SMAN 1 Sleman yang berjumlah sekitar 190 siswa dan...
more »
- 21-01-16
Masih ingat kesuksesan pementasan kolosal yang mengangkat kebudayaan Indonesia, “Matah Ati” yang kemudian dipentaskan di Singapura dan Kuala...
more »
- 20-01-16
Mencintai Tanah Air yang diperlukan bukan slogan dan celotehan tapi bagaimana mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat, begitu kira-kira hal...
more »
- 19-01-16
Suguhan aksi Kelompok Studi Perkusi (Kesper) berhasil menyita perhatian para penonton. Dengan menampilkan suguhan yang atraktif membuat ...
more »
- 19-01-16
Judul : Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas
Penulis : Bambang...
more »