Sambutan GKR Hemas dalam Pembukaan Pameran Senirupa Sri Astari Rasjid
08 Mar 2016
Sebelum membuka secara resmi pameran Retrospektif “Yang Terhormat Ibu” dari seniman Sri Astari Rasjid yang juga sekaligus duta besar Republik Albania, Repbulik Bulgaria, dan Republik Makedonia, GKR Hemas menyampaikan sambutannya. Dalam sambutan yang disampaikan di PKKH UGM, Sabtu malam, 27 Februari 2018 itu, GKR Hemas yang menjadi Wakil Ketua DPD RI menyampaikan apresiasinya yang mendalam atas penyelenggaraan pameran yang dihelat mulai 27 Februari-4 Maret 2016.
GKR Hemas menyampaikan bahwa pameran Sri Astari Rasjid ini berakar pada budaya Jawa, maka tidak aneh jika karya-karya yang ditampilkan oleh Sri Astari Rasjid ini banyak mengandung filosofi Jawa. Pameran Sri Astari Rasjid ini juga menyampaikan tentang the power of mother, menempatkan ibu sebagai sumber kehidupan. Ibu dalam budaya Jawa menjadi sosok yang penting dan terhormat. Ibu sebagai sumber kehidupan. Pentingnya sosok ibu dalam budaya Jawa misalnya terdapat dalam konstruksi rumah Jawa yang memiliki senthong (kamar) yang diperuntukkan bagi Dewi Sri atau dewi kesuburan. Hanya ibu lah yang mempunyai garba atau rahim yang daripadanya muncul kehidupan baru. Di sanalah proses penciptaan kehidupan baru terjadi.
Di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta juga ada pakaian khusus yang dinamakan peranakan. Pakaian ini berwarna biru tua dan memiliki motif garis atau lurik yang disebut telupat. Peranakan dalam budaya Jawa juga bermakna garba atau rahim. Pakaian ini dikenakan oleh para abdi dalem pria di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Cara mengenakan pakaian atau baju ini tidak sama dengan cara mengenakan baju pada umumnya. Kedua tangan pemakainya harus dimasukkan dulu dari sisi dalam menuju kedua lengan panjangnya. Setelah itu baru bagian kepalanya dimasukkan pada lubang leher baju, seperti mengenakan kaus oblong. Hal demikian menggambarkan atau merupakan simbol dari berada atau kembali ke rahim ibu, tempat yang sangat nyaman dan aman. Damai dan menenteramkan.
Di sanalah sesungguhnya kesatuan antara bayi dan ibunya itu tidak terpisahkan. Hal ini pulalah yang menjadi maksud dari mengapa abdi dalem Keraton Yogyakarta harus mengenakan pakaian peranakan, yang menjadi simbol penyatuan antara raja dengan kawulanya. Raja seperti ibu yang melindungi kawulanya. Sementara abdi menyerahkan hidup dan kepercayaannya kepada sang raja layaknya anak kepada ibunya.
“Sebagai seniman dan budayawan yang sekaligus menjadi dutas besar, Sri Astari Rasjid dapat mengemban misi dengan baik, khususnya dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia di luar negeri,” kata GKR Hemas.
Naskah dan foto:a.sartono
Berita BUDAYA
Baca Juga
- 12-03-16
Tari Reog Ponorogo yang dipentaskan di depan hall lantai dasar Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, pada Selasa, 1 Maret 2016, mengundang perhatian...
more »
- 11-03-16
Kirab atau pawai senantiasa menjadi acara yang dinanti-nanti masyarakat. Pada setiap kirab selalu saja di sekitar rute yang dilaluinya disesaki...
more »
- 11-03-16
Barongsai kini menjadi pertunjukan ‘live’yang mudah ditonton. Pada masa Orde Baru, seni tradisi ini hanya bisa dinikmati lewat film. Misalnya yang...
more »
- 04-03-16
Seringkali kita melihat orang yang disebut sebagai budayawan, tinggal di kota-kota besar, atau setidaknya kota yang memiliki aktivitas...
more »
- 27-02-16
Perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) hingga yang ke-11 ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu masyarakat Yogyakarta, dan daerah...
more »
- 25-02-16
Muhamad Agus Burhan yang akrab dipanggil Burhan adalah pengajar di jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta...
more »
- 16-02-16
Yogyakarta mempunyai banyak museum yang menguatkan keberadaannya sebagai kota sejarah dan budaya. Salah satu peran museum adalah menjembatani masa...
more »
- 16-02-16
Dari foto sebenarnya kita tidak hanya diperlihatkan visual, tapi juga bisa melihat (dan membayangkan) persoalan. Maka, ketika kita diajak melihat...
more »
- 11-02-16
Satu pertunjukan yang diberi tajuk ‘Reading Centhini: bukan cinta satu malam,’ menampilkan 4 cerita, di 4 tempat, dalam 4 hari berturut-turut....
more »
- 06-02-16
Satu ruang interaksi sastra dibuka di Yogyakarta, di Gesikan Jaranan, Panggungharjo, Sewon, Jl Bantul Km 6, Bantul, yang diberi nama ‘Gubug Hijau...
more »
Artikel Terbaru
- 12-03-16
Antologi puisi rupa berjudul ‘Anakku Sayang Ibu Pulang’, karya dari beberapa penyair, yang pernah tampil di Sastra Bulan Purnama, Sabtu malam, 5...
more »
- 12-03-16
Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya....
more »
- 12-03-16
Koyor atau urat sapi mungkin tidak sepopuler bagian tubuh sapi lainnya. Tapi bagi sebagian orang, koyor justru tampil sebagai primadona. Koyor...
more »
- 12-03-16
Tari Reog Ponorogo yang dipentaskan di depan hall lantai dasar Grha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, pada Selasa, 1 Maret 2016, mengundang perhatian...
more »
- 11-03-16
Setelah menggelar karyanya di ruang pamer Tembi Rumah Budaya, Jupri Abdullah memajang karyanya di Museum Negeri Banten, Jl Brigjen K.H. Syama’un No....
more »
- 11-03-16
Kirab atau pawai senantiasa menjadi acara yang dinanti-nanti masyarakat. Pada setiap kirab selalu saja di sekitar rute yang dilaluinya disesaki...
more »
- 11-03-16
Barongsai kini menjadi pertunjukan ‘live’yang mudah ditonton. Pada masa Orde Baru, seni tradisi ini hanya bisa dinikmati lewat film. Misalnya yang...
more »
- 11-03-16
Denmas Bekel 11 Maret 2016
more »
- 10-03-16
Namanya Nana Ernawati, biasa dipanggil Nana. Anak-anak yang lebih muda sering memanggilnya Bu Nana. Penyair era tahun 1980-an, rasanya kenal dengan...
more »
- 10-03-16
Anak lelaki bernama Wisrawa tersebut lahir, tumbuh dan menjadi besar di pertapaan. Maklum saja karena ia anak seorang Begawan pinunjul bernama...
more »