Pria Sawo Matang di Antara Puisi-Puisi Dunia di Tepian Danau Zug
02 Aug 2016 Musim panas telah tiba. Di Zug, sebuah kota kecil di tengah daratan Swiss dengan penduduk sekitar 28.600 jiwa, sejumlah kursi berwarna oranye bersama kotak berisi buku-buku diletakkan di tepi danau. Masyarakat setempat menyebut aksi perpustakaan di tepi danau ini denganLeseinsel (Pulau Baca).Seperti nama kota ini, Zug, itulah nama danau tempat warga setempat menghabiskan musim panas dengan berenang dan membaca. Tetapi, Zug di bulan Juli bukanlah semata kisah tentang sebuah negara kecil nan indah di Eropa bersama orang-orang Eropanya.
Sejak 2011, masyarakat kota ini akan selalu melihat seorang berkulit sawo matang yang ketika Anda mendengar ia bicara, akan terasa logat jawanya. Ya, dia adalah Sigit Susanto, pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 21 Juni 1963.
Setiap musim panas, Sigit, yang menikah dengan seorang perempuan Swiss dan tinggal di Eropa sejak pertengahan 1990-an, merupakan salah seorang inisiator yang menggantungkan puisi-puisi di seluruh dunia di tepi Danau Zug. Puisi-puisi tersebut akan digantungkan di tali yang mirip seperti jemuran.
Pada 2011, seorang pegiat sastra setempat, Lisa Palak, meminta penulis buku “Menyusuri Lorong-Lorong Dunia” ini meramaikanLeseinsel dengan membuat semacam aksi sastra. Ide untuk menggantungkan puisi di area publik terlintas di kepalanya setelah mengingat penyair asal Austria, Helmut Seethaler.
“Helmut dengan nekadnya membentangkan puisi-puisinya dalam bentuk potongan kertas kecil di bawah gedung yang sedang direnovasi. Aksinya itu tak tanggung-tanggung telah ia lakukan selama 30 tahun. Akibatnya ia dikenai pasal vandalisme oleh pengadilan Kota Wina,” tulis Sigit dalam salah satu catatannya tentang aksi gantung puisi di tepi Danau Zug.
Tentu saja, sebagai orang Indonesia, Sigit tak akan membiarkan aksi itu tanpa menggantungkan puisi-puisi dari negerinya sendiri. Beberapa di antaranya adalah puisi Iswadi Pratama, “Pulang”, “Desa Terakhir” karangan Wayan Sunarta, dan “Celana” milik Joko Pinurbo. Tentu saja, untuk memudahkan pembaca Swiss, puisi-puisi Indonesia itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman.
Hasilnya, dengan beberapa plang provokatif, para warga yang melintas datang untuk memetik dan membaca puisi–puisi itu. “Ketika ada seseorang memetik dan membaca puisi-puisi itu, saya merasa senang,” kata Sigit.
Tahun ini, acara petik puisi di tepi sungai Zug kembali digelar. Hajat ini dilaksanakan setiap Kamis pada bulan Juli. Aksi ini dimuat dalam daftar acara di situs majalah yang berbasis di Zug,Zug Kultur. Tahun ini, Sigit dan beberapa rekannya akan meramaikannya dengan sajian pertunjukan musik khas Indonesia.
Jika Anda berkesempatan datang ke Zug dalam waktu dekat, Anda akan melihat gendang dan angklung di tengah-tengah puisi-puisi yang bergelantungan. “Kursi-kursi dan keranjang piknik mengundang Anda untuk datang dan Sigit & Friends akan mengiringi acara sastra ini dengan musik,” tulisZug Kultur.
Dengan 31 persen dari jumlah total penduduk Zug yang merupakan warga keturunan asing, acara jemuran puisi ini menjadi acara sastra lintas negara. Kesan itu dikuatkan dengan beragamnya kebangsaan penyair yang puisi-puisinya digantungkan di sana. Pablo Neruda (Chile) dan Goethe (Jerman) adalah dua nama besar yang karyanya bisa ditemukan di tepi Danau Zug.
Meski demikian, sebagaimana aksen Jawanya yang sangat terasa, Sigit tetaplah orang Indonesia. Aksi jemuran puisi di Zug hanyalah aktivitas lanjutan dari rangkaian aksi sastra yang dilakukannya di Indonesia setiap liburan musim panas. Ya, Sigit adalah salah seorang inisiator gerakan sastra melalui kelompok baca (reading group) yang masih berjalan di beberapa wilayah di Indonesia.
Salah satu kelompok baca yang terhitung sukses dan masih berjalan yang digeluti oleh Sigit adalah kelompok baca novel Max Havelaar karangan Multatuli di Ciseel, sebuah desa terpencil di Banten. Sejak 2010, kelompok baca ini selalu menggelar pembacaan bersama yang ditutup dengan festival.
Saat ini, Sigit terlibat dalam kegiatan kelompok baca yang tersebar di Banten, Kediri, Kendal, dan Ciamis. Bagi Sigit, gerakan ini adalah aksi sastra yang hendak melawan elitisme. “Gerakan ini ke bawah, sangat militan,“ kata Sigit.
Ervin Kumbang
Sumber
http://www.zugkultur.ch/n32aAD/am-liebsten-pfluecken-sie-hesse-zug
http://www.zugkultur.ch/Uwdjxr/jugendanimation-zug-gedichte-pfluecken-zug
https://www.facebook.com/notes/sigit-susanto/jemuran-puisi-i-kontol-kambing-sebelum-aku-mati/10153613786402327
https://www.facebook.com/notes/sigit-susanto/petik-dan-baca-puisi-di-pinggir-danau-zug/1015026366990732
Baca Juga
- 04-08-16
Pesona Tebing Breksi di Yogyakarta
Salah satu tempat wisata yang saat ini sedang booming di Yogyakarta yaitu Tebing Breksi. Obyek wisata alam yang mulai dibuka untuk umum sejak Mei... more » - 30-07-16
Kemah Budaya ke-10 Berlangsung di Candi Prambanan
Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan... more » - 29-07-16
Bincang-bincang dengan Yok Koeswoyo dan Djaduk Ferianto
Yok Koeswoyo adalah salah satu personil grup musik pop Koes Plus yang legendaris di Indonesia. Di masa jayanya, Koes Plus yang beranggotakan Yok, Yon... more » - 25-07-16
Prahara Identitas Bali dalam Sabung Ayam
Di sebuah desa terpencil di Bali pada awal April 1958, antropolog asal Amerika Serikat, Clifford Geertz, dan istrinya, dikejutkan oleh kehadiran... more » - 21-07-16
Bakda Kupat Pandeyan: Wujud Syukur dan Mengenang Jasa Para Wali
Hal demikian menjadi simbol bahwa orang yang bersangkutan mengakui bahwa dirinya tidak sempurna, lepat (salah/berdosa/lemah/berkekurangan, dan... more » - 20-07-16
Konser Gus Teja, Alunan Seruling dari Surga untuk Bumi
Gus Teja, maestro seruling dari Bali, menyebut kelompok musik yang hari itu bermain bersamanya sebagai “band.” Namun tidak seperti band pada umumnya... more » - 19-07-16
Menikmati Suasana Angkringan Tembi
Apa yang terbersit dalam pikiran ketika mendengar kata ‘angkringan’? Gerobak coklat dengan rentengan minuman sachet berbagai varian, ceret yang... more » - 15-07-16
Sastra Bulan Purnama #58
Rabu, 20 Juli 2016, pukul 19.30: Sastra Bulan Purnama #58 ‘Puisi Wayang dalam Syawalan Sastra(wan)’ Launching buku antologi puisi ‘Tancep Kayon... more » - 23-06-16
In Memoriam Jon Batik Si Pemetik Gitar
Jon, tak pernah lepas dari gitar. Pada banyak pembukaan pameran di Yogya, seringkali dia tampil dengan petikan gitar untuk mengisi acara. Dia banyak... more » - 18-06-16
Dewi Nugroho, Penggagas Museum Batik dan Sulaman Yogyakarta, Telah Berpulang
Keluarga besar Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, organisasi museum di Yogyakarta, kehilangan salah satu anggotanya, yaitu Dewi Nugroho (85... more »
Artikel Terbaru
- 13-08-16
Buku untuk Orang Bel
Judul : Beknopte Handleiding om de Javaansche Taal te Leeren Spreken Penulis : J.W. van... more » - 13-08-16
Ada Tiga Hari dalam
Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka, artinya... more » - 13-08-16
‘Membelah Bulan’ Kar
‘Membelah Bulan’ merupakan judul antologi puisi karya Resmiyati, seorang penyair perempuan dari Klaten, akan dilaunching di Sastra Bulan Purnama,... more » - 12-08-16
Rupa Perupa Jawa Tim
Perupa Jawa Timur, yang tergabung dalam kelompok Koperjati, kependekan dari Komunitas Perupa Jawa Timur, menyelenggarakan pameran di Jogja... more » - 12-08-16
Soekarno-Hatta dalam
Tokoh Nasional sekaligus Pahlawan Nasional Ir Soekarno dan Mohammad Hatta adalah 2 proklamator yang tidak bisa dipisahkan. Soekarno-Hatta kemudian... more » - 12-08-16
Gatotkaca Membagi Ke
Adakah yang lebih luhur serta mulia, dari seseorang yang mendoakan musuhnya agar terlepas dari rantai derita, bahkan ia rela menjalani laku berat... more » - 11-08-16
Purwadmadi, Penyair,
Nama lengkapnya Purwadmadi Admadipurwa, atau sering dipanggil Pur. Dia seorang penyair sekaligus novelis dan jurnalis. Pernah menjadi wartawan... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan
Judul : Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200... more » - 11-08-16
Menapak Tilas Jalan
more » - 10-08-16
‘Operasi’ Gagasan da
Tajuk pamerannya ‘Operasi’, menampilkan seni rupa karya Operasi Rachman Muchamad, dipamerkan sejak 30 Juli sampai 9 Agustus 2016 di Taman Budaya,... more »