Mengajak Anak Muda Mencintai Macapat dan Geguritan
Author:editorTembi / Date:25-07-2014 / Acara tersebut bukan hanya diisi dengan tembang macapat dan lantunan geguritan, namun juga pelatihan bagi generasi muda untuk bisa membuat tembang macapat dan geguritan.
Seeorang remaja putri menembangkan macapat
Olah tembang dan geguritan (puisi Jawa) sampai sekarang masih banyak dilakukan oleh para pencinta budaya. Banyak sekali ditemukan paguyuban-paguyuban macapat maupun pementasan baca puisi Jawa di Yogyakarta maupun daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga wilayah lain yang memiliki komunitas masyarakat Jawa.
Karya sastra Jawa baik berupa tembang dan geguritan dianggap sebagai salah satu wujud ekspresi jiwa bagi masyakarat Jawa terhadap lingkungan sosialnya. Maka kegiatan pembuatan karya sastra tersebut terus berlangsung. Tentu saja intensitas, kualitas, dan topik disesuaikan dengan zaman.
Peserta berlatih membaca geguritan
Bagi sastrawan atau pencinta yang sudah terbiasa membuat karya sastra Jawa, geguritan tentu sudah menjadi “makanan” sehari-hari. Namun tidak demikian bagi generasi yang baru mencoba mengenal tembang dan geguritan. Dinas Kebudayaan DIY pun mempunyai kepedulian terhadap para generasi pemula.
Panembrama geguritan dan macapat
Lembaga ini setiap tahun mencoba menghadirkan dan melatih generasi muda untuk mencintai dua karya sastra Jawa tersebut. Pada tahun 2014 ini Dinas Kebudayaan DIY membuat sebuah program berjudul “Gladhen Karya Sastra Jawa”. Tujuannya agar muncul generasi penerus yang pandai membuat tembang macapat dan geguritan Jawa.
Peserta terdiri dari kaum muda dan tua
Banyak anak muda, juga generasi tua yang berminat membuat karya sastra Jawa, diundang dalam kegiatan gladhen tersebut. Acara yang dilaksanakan di Hotel Brongto Yogyakarta pada 23-24 Juni 2014 bukan hanya diisi dengan tembang macapat dan lantunan geguritan, namun juga pelatihan bagi generasi muda untuk bisa membuat tembang macapat dan geguritan. Selain itu, mereka juga diajarkan teknik membaca macapat dan membuat geguritan yang baik. Usai berlatih, mereka juga berpraktik menembangkan tembang macapat dan membacakan hasil geguritan yang dibuat.
Suwandi
Berita budayaLatest News
- 20-08-14
Wayang Pusaka Kerato
Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga... more » - 19-08-14
Monolog Garingan dar
Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain... more » - 19-08-14
Gending Djaduk Tanda
Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa... more » - 19-08-14
Kunjungan SMK I Sewo
Kunjungan ini dirasa perlu untuk melengkapi pengetahuan siswa tentang berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang ada di sekitarnya.... more » - 19-08-14
Konser ‘Kembali ke A
Dalam konsernya kali ini mereka akan memberikan ‘gimmick’ yang berbeda, tentunya dengan komposisi baru yang belum pernah direkam. Undangan... more » - 19-08-14
Ketoprak Tjontong Su
Faridan mau mengatakan bahwa Jepang harus meninggalkan Kotabaru, walaupun hal itu harus ditebus dengan nyawa. Namun tidaklah mudah untuk menyampaikan... more » - 18-08-14
Denmas Bekel 18 Agus
more » - 18-08-14
Pentas Panembrama De
Pentas panembrama grup Sekar Pangawikan yang berdiri tahun 2009 ini mengawali kegiatan “Gladhen Karya Sastra Jawa II” yang diselenggarakan oleh Dinas... more » - 18-08-14
Guru Seni Pun Tetap
Pameran karya para guru seni ini menunjukkan bahwa sesungguhnya para guru seni tidak berhenti berkarya. Rutinitas sebagai pengajar tidak membelenggu... more » - 16-08-14
Ketoprak yang Dihadi
Pertunjukan ketoprak kolosal ini melibatkan sekitar 400 pemain dan digarap oleh tim sutradara yaitu Susilo Nugroho, Widayat, Puntung CM Pujadi,... more »