Membahas Realisasi Gagasan Menuju Yogyasiana
Author:editorTembi / Date:14-11-2014 / Yogyasiana tidak mungkin dapat dikerjakan oleh BPAD sendiri. Sangat dibutuhkan peran serta masyarakat luas untuk terus melengkapi dan menyempurnakannya. Hal ini mengingat betapa luas dan kayanya budaya Yogyakarta dan hal ihwal lain yang menyangkut Yogyakarta.
Dari kiri ke kanan, Drs. H. Budiono, SIP., Dra. Monika Nur Lastiyani, MM.,
Nurmaya Prahadmaja, S.Sos., MA., dan Budi Susanto, S. Kom.,
MT. dalam Pembahasan Ekspose hasil Kajian
Kategori Objek Budaya Yogyakarta untuk Yogyasiana
oleh BPAD DIY di Hotel Santika
Yogyakarta sangat kaya hasil budaya. Kekayaan ini perlu dihimpun, dikategorisasikan, dan dipublikasikan/diperomosikan sehingga bisa semakin dikenal di masyarakat luas, di dalam negeri maupun saentero dunia. Berdasarkan tujuan itu Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY membentuk apa yang disebut Yogyasiana. Yogyasiana adalah semua hal tentang Yogyakarta. Warisan budaya Yogyakarta adalah bagian dari Yogyasiana.
Yogyasiana mengkaji kategori-kategori tersebut di atas dengan dasar tesaurus SKOS UNESCO secara khusus pada subyek domain kebudayaan. Kategori yang berstruktur dua tingkat: kategori dan subkategori juga mengacu pada beberapa contoh dari kumpulan obyek budaya lain seperti Europiana, Portal Budaya SAARCH, dan Digital Public Library of America. Proses penyusunan kategori menghasilkan beberapa rekomendasi program untuk mewujudkan obyek-obyek budaya Yogyakarta dengan dukungan teknologi informasi, secara khusus semantic web.
Dalam rangka ekspose hasil kajian kategori obyek budaya Yogyakarta untuk Yogyasiana itulah BPAD DIY melaksanakan diskusi yang dilakukan di Hotel Santika dengan mengundang berbagai pihak. Diskusi dilaksanakan hari Senin, 3 November 2014. Bertindak sebagai narasumber dan pembahas adalah Budi Susanto, S. Kom., MT., Dra. Monika Nur Lastiyani, MM., dan Nurmaya Prahadmaja, S.Sos.,MA. Diskusi dimoderatori oleh Drs. H. Budiono, SIP. dan sebelumnya dibuka oleh Kepala BPAD DIY, Budi Wibowo, SH.,MM.
Dari diskusi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Yogyasiana tidak mungkin dapat dikerjakan oleh BPAD sendiri. Sangat dibutuhkan peran serta masyarakat luas untuk terus melengkapi dan menyempurnakannya. Hal ini mengingat betapa luas dan kayanya budaya Yogyakarta dan hal ihwal lain yang menyangkut Yogyakarta. Sekalipun penggalangan tentang Yogyakarta sudah menjadi program rutin yang dilakukan oleh Sub Bidang Deposit dan pengolahan Bahan Pustaka BPAD, namun hal-hal lain yang belum ter-cover masih sangat banyak. Lebih-lebih hal-hal yang bersifat intangible. Contoh kasus, cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, mitos, legenda, dan lain-lain yang belum terekam juga demikian banyak.
Budi Wibowo, SH.MM., Ketua BPAD DIY dan Dra. Monika Nur Lastiyani, MM. (pembahas)
Jika pun tekanan Yogyasiana adalah pada karya cetak atau karya rekam dengan berpedoman pada Undang-undang nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, cetakan dan rekaman yang menyangkut Yogyakarta pun belum semuanya bisa didepositkan di Yogyasiana.
Penyajian apa yang dimiliki Yogyasiana adalah dengan dukungan teknologi informasi pada medium internet. Obyek budaya yang didigitalkan perlu untuk dilengkapi dengan deskripsi yang sesuai dengan standar yang diakui internasional. Standar ini memudahkan mesin mengenali dan tentu saja memudahkan penyebarluasan dan pengkategoriannya. Hanya saja menilik dari hal yang disajikan, masih ada cukup banyak obyek budaya yang relatif sulit masuk dalam kategori yang telah dirancang yang meliputi 24 kategori dan 52 subkategori. Ke depan hal demikian tampaknya selalu perlu untuk terus diperbaiki dan disempurnakan.
Naskah dan foto: A. Sartono
Berita budayaLatest News
- 27-11-14
Misbar Kineforum Sug
Program Misbar, kerja sama Kineforum dan Dewan Kesenian Jakarta memasuki tahun kedua. Bioskop temporer hasil desain Bob Anzac Perwira dan Gerrits SBC... more » - 27-11-14
SMA I Temon Berfoto
Bagi mereka berfoto dengan tamu asing (bule) mungkin merupakan kesempatan yang langka. Terpaksalah tamu asing tersebut melayani mereka untuk berfoto... more » - 27-11-14
Pak Tatang Terbang d
Buku ini merupakan buku cerita untuk anak-anak dengan bahasa yang sangat ringan. Mengisahkan seekor anak perkutut yang diberi nama Manyul dan... more » - 26-11-14
Ngayogjazz yang Wang
Tagline tersebut adalah bentuk representasi dari bunyi kendang yang merupakan intro. Intro di sini merupakan sebuah proses untuk membuka atau memulai... more » - 26-11-14
Durung Tekan Titi Ma
Pepatah ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa semua ada saatnya. Semua kehidupan di dunia ini sesuai dengan timing atau waktunya. Pada sisi ini... more » - 26-11-14
Kamus Bahasa Melayu
Perpustakaan Tembi mengoleksi buku-buku maupun naskah kuno, yang terbuka bagi siapa pun untuk membacanya. Salah satu koleksinya adalah buku berupa... more » - 25-11-14
Anak-anak SD Suryodi
Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik,... more » - 25-11-14
Karte Wardaya, Meluk
Di usianya yang ke-48 Karte semakin mantap dengan jalan melukis. Ia bisa menjalani profesinya di rumah, mempunyai lebih banyak waktu bergaul dengan... more » - 25-11-14
Puntadewa adalah Keb
Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus... more » - 24-11-14
Diskusi Novel Meja 1
Setelah diluncurkan dalam acara Sastra Bulan Purnama Senin malam 10 November 2014, novel ‘Meja 17’ karya Irwan Abu Bakar, sastrawan Malaysia,... more »