Macapatan Massal Ke-3 Diikuti Sekitar 300 Orang

Author:editorTembi / Date:15-11-2014 / Peserta macapatan massal berasal dari 4 kabupaten dan 1 kota di wilayah DIY. Masing-masing kota dan kabupaten mewakilkan sekitar 60 peserta yang diambilkan dari masing-masing paguyuban di tingkat kecamatan.

Macapatan Massal di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY Selasa 11 November 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Penampilan waranggana terkenal Nyi Sunyahni

Sepertinya tradisi macapatan sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Jawa dari sejak abad ke-16 hingga abad ke-21 sekarang ini. Tradisi tersebut terus-menerus eksis dipelihara oleh masyarakat Jawa. Begitu hidupnya tradisi macapatan tersebut, menggugah Dinas Kebudayaan DIY untuk ikut melestarikan tradisi macapatan. Selain melakukan kegiatan macapatan setiap bulan secara berkeliling dari satu paguyuban ke paguyuban lainnya, setiap tahun pula Dinas Kebudayaan DIY juga mengadakan kegiatan macapatan massal.

Macapatan Massal di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY Selasa 11 November 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Para peserta macapatan massal 2014

Kegiatan tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2012 bertempat di Pagelaran Keraton Kasultanan Yogyakarta. Karena mendapat tanggapan yang begitu besar dari masyarakat, terutama bagi paguyuban-paguyuban macapatan yang ada di Yogyakarta yang jumlahnya mencapai ratusan kelompok, maka kegiatan tersebut kembali digelar di tahun 2013. Pada tahun itu, kegiatan macapatan massal berlangsung di Bangsal Sewandanan Pura Pakualaman Yogyakarta.

Kegiatan Macapatan Massal ke-3 ini digelar pada hari Selasa 12 November 2014 mulai pukul 20.00 hingga sekitar pukul 23.30 WIB di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY dengan peserta sebanyak 300 orang. Peserta macapatan massal berasal dari 4 kabupaten dan 1 kota di wilayah DIY. Masing-masing kota dan kabupaten mewakilkan sekitar 60 peserta yang diambilkan dari masing-masing paguyuban di tingkat kecamatan. Seperti pada setiap penyelenggaraan macapatan massal, setiap peserta wajib mengenakan pakaian tradisional Jawa. Bagi peserta laki-laki mengenakan busana surjan lengkap, sementara peserta putri mengenakan busana kebaya lengkap.

Macapatan Massal di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY Selasa 11 November 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Peserta perempuan macapatan massal

Pada kegiatan Macapatan Massal 2014 kali ini, materi tembang yang dilantunkan bersumber dari Serat Suryaraja. Serat Suryaraja adalah salah satu naskah (serat) pusaka yang berasal dari Keraton Kasultanan Yogyakarta, karya atau yasan Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono III. Karena dianggap sebagai pusaka keraton Kasultanan, maka keberadaannya sangat istimewa.

Seiring perubahan zaman, dan agar masyarakat Jawa bisa mengetahui kandungan isi dan ajaran yang ada di dalam Serat Suryaraja, kemudian naskah ini dijadikan sebagai materi kegiatan macapatan massal di tahun ini. Walaupun dalam pelaksanaan kegiatan macapatan massal tahun ini, hanya diambilkan 4 pupuh (100 bait saja) dari petilan-petilan Serat Suryaraja, mengingat jumlah bait aslinya mencapai ribuan bait. Pupuh-pupuh (kumpulan bait) yang ditembangkan antara lain Sinom, Dhandhanggula, Mijil, dan Pangkur.

Macapatan Massal di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY Selasa 11 November 2014, sumber foto: Suwandi/Tembi
Selingan tari menggambarkan kebaikan mengalahkan kejahatan

Kegiatan Macapatan Massal kali ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs GBPH Yudaningrat MM. Dalam sambutannya, ia berharap kegiatan ini bisa menjadi salah satu cara untuk melestarikan tradisi budaya macapatan yang sudah dilakukan turun-temurun di masyarakat Jawa sejak dulu. Selain itu diharapkan pula kegiatan ini bisa mengkaji isi naskah yang ditembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kaitannya dengan budi pekerti.

Dalam macapatan massal kali ini juga dimeriahkan dengan kehadiran waranggana Nyi Sunyahni, yang terkenal dengan tembangnya “Kutut Manggung”, yang melantunkan beberapa tembang diiringi karawitan. Selain itu, dalam sebuah lantunan tembang Dhandhanggula, diselingi dengan pentas tari yang menggambarkan kebaikan mengalahkan kejahatan, seperti dalam perang kembang, Arjuna mengalahkan Buto Cakil.

Naskah dan foto: Suwandi

Berita budaya

Latest News

  • 27-11-14

    Misbar Kineforum Sug

    Program Misbar, kerja sama Kineforum dan Dewan Kesenian Jakarta memasuki tahun kedua. Bioskop temporer hasil desain Bob Anzac Perwira dan Gerrits SBC... more »
  • 27-11-14

    SMA I Temon Berfoto

    Bagi mereka berfoto dengan tamu asing (bule) mungkin merupakan kesempatan yang langka. Terpaksalah tamu asing tersebut melayani mereka untuk berfoto... more »
  • 27-11-14

    Pak Tatang Terbang d

    Buku ini merupakan buku cerita untuk anak-anak dengan bahasa yang sangat ringan. Mengisahkan seekor anak perkutut yang diberi nama Manyul dan... more »
  • 26-11-14

    Ngayogjazz yang Wang

    Tagline tersebut adalah bentuk representasi dari bunyi kendang yang merupakan intro. Intro di sini merupakan sebuah proses untuk membuka atau memulai... more »
  • 26-11-14

    Durung Tekan Titi Ma

    Pepatah ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa semua ada saatnya. Semua kehidupan di dunia ini sesuai dengan timing atau waktunya. Pada sisi ini... more »
  • 26-11-14

    Kamus Bahasa Melayu

    Perpustakaan Tembi mengoleksi buku-buku maupun naskah kuno, yang terbuka bagi siapa pun untuk membacanya. Salah satu koleksinya adalah buku berupa... more »
  • 25-11-14

    Anak-anak SD Suryodi

    Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik,... more »
  • 25-11-14

    Karte Wardaya, Meluk

    Di usianya yang ke-48 Karte semakin mantap dengan jalan melukis. Ia bisa menjalani profesinya di rumah, mempunyai lebih banyak waktu bergaul dengan... more »
  • 25-11-14

    Puntadewa adalah Keb

    Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus... more »
  • 24-11-14

    Diskusi Novel Meja 1

    Setelah diluncurkan dalam acara Sastra Bulan Purnama Senin malam 10 November 2014, novel ‘Meja 17’ karya Irwan Abu Bakar, sastrawan Malaysia,... more »