Puisi Penyair Malaysia di Sastra Bulan Purnama
Author:editorTembi / Date:15-11-2014 / Puisi dalam buku tersebut dibacakan beberapa penyair dari Yogya, seperti Bambang Eka, Slamet Riyadi Sabrawi, Ida Fitri, Savitri Damayanti, Umi Kulsum. Irwan Abu Bakar ikut tampil membacakan puisi karyanya yang berjudul ‘Sajak Panjang Buat Kekasih’.
Savitri Damayanti
Seorang penyair dari Malaysia, Irwan Abu Bakar tampil di Sastra Bulan Purnama edisi ke-58, Tembi, Senin malam 10 November 2014, meluncurkan antologi puisi karyanya yang diberi judul “ Peneroka Malam’.
“Bulan August lalu saya datang ke Tembi, dan malam ini saya kembali ke Tembi. Saya senang sekali dengan acara di Tembi,” kata Irwan Abu Bakar.
Puisi dalam buku tersebut dibacakan beberapa penyair dari Yogya, seperti Bambang Eka, Slamet Riyadi Sabrawi, Ida Fitri, Savitri Damayanti, Umi Kulsum. Irwan Abu Bakar ikut tampil membacakan puisi karyanya yang berjudul ‘Sajak Panjang Buat Kekasih’.
Irwan Abu Bakar
Puisi yang ditulis dalam bahasa Melayu dan dibacakan oleh para penyair dan pembaca puisi yang terbiasa berbicara dalam bahasa Indonesia, meski terlihat tidak kesulitan, tetapi terasa sekali perbedaanya dalam melafalkan kata. Namun demikian, tak ada yang terhenti karena tidak menguasai kata yang sedang diucapkan.
Ida Fitri, yang sehari-harinya sebagai seorang penyiar radio, membacakan satu puisi karya Irwan Abu bakar yang berjudul ‘Emel Buat Bekal Presiden Indonesia’. Melalui puisi ini, Ida seperti sedang menyampaikan pesan kepada prseiden Indonesia. Suaranya laiknya seorang ibu yang sedang menyampaikan pesan pada anaknya.
Tak ada hentakan dan emosi, pada setiap kata yang dibaca. Ida seolah sedang menghadirkan suasana teduh pada hadirin. Langit yang tak dihiasi rembulan, dan dingin hujan masih tersisa, seperti meneguhkan keteduhan penampilan Ida Fitri. Berikut ini petikan beberapa baris puisi yang dibacakan Ida Fitri.
“Di Jakarta, Tuan Presiden
yang kucari ialah getaran suaraku yang hilang
yang kucari ialah senyum saudaraku yang kusayang”
Ida Fitri
Pembaca lain, Savitri Damayanti membaca puisi berjudul ‘ Api Lilin Rumah Kayu’ dengan penuh ekspresi. Wajahnya terlihat riang, seperti memberikan isyarat, bahwa dia sangat senang dengan puisi karya Irwan Abu bakar, yang sedang dia bacakan. Ekspresi wajah dan gerakan tangan, menadakan bahwa Savutri menghayati puisi yang sedang dibacakan.
Dua penyair lain yang membacakan puisi Irwan Abu Bakar ialah Slamet Riyadi Sabrawi dan Bambang Eka, penyair dari Magelang. Bambang mengenakan kostum Melayu, seolah sedang menyelaraskan antara penampilan dan puisi yang ditulis dalam bahasa Melayu. Lain lagi dengan Slamet Riyadi Sabrawi, mengenakan kemeja batik dan merupakan pakaian sehari-harinya, membacakan puisi Irwan Abu Bakar yang sudah dia pidahkan ke tablet.
Slamet Riyadi seperti tak bisa dipisahkan dari tablet, dan setiap membaca puisi dua piranti, tablet dan topi tak bisa dipisahkan. Dimanapun Slamet berada dua piranti itu menyertai. Dalam membaca puisi karya Irwan, suaranya mantap dan penuh ekspresi.
Irwan Abu Bakar, yang duduk di depan terlihat menikmati puisinya dibacakan oleh para penyair, dengan gaya dan ekspresi yang tidak sama. Umi Kulsum, penyair dari Yogya, membacakan puisi Irwan dengan diiringi musik dan sepenggal tarian, sehingga suasana menjadi terlihat hidup.
Pendek kata, puisi Irwan Abu Bakar, ditafsirkan oleh para penyair sehingga menambah warna puisi yang ditulis dalam bahasa Melayu. Berikut ini satu puisi karya Irwan Abu Bakar yang berjudul ‘Mencari Jalan Pulang’. Siapa tahu, setelah pulang ke Malaysia, Irwan Abu bakar dan sastrawan Malaysia akan mencari jalan kembali ke Tembi Rumah Budaya.
Bambang Eka
MENCARI JALAN PULANG
Derau air yang melimpah itu
datang dia dengan pencak permusuhan
derau air yang melimpah itu
berbahasa dia dengan loghat kemusnahan
tidak ada peluang untuk kami berunding
tidak ada peluang untuk kami bertanding.
Derau air yang meruah itu
suatu rencana yang mengeja bencana
dia datang dengan langkah patuh
dia datang dengan peta setia
dia datang tanpa tawar-menawar.
Dia datang lalu dia pergi
melakar sedunia cerita
mengapung selaut derita.
Air yang datang lalu menyusur jalan pulang
kami yang tinggal lalu menapak lorong yang walang.
Tsunami ini ada rahmat, ada pengajaran, ada peringatan
fikirkanlah, kawan, kau fikirkanlah
kaucarilah makna tersurat, makna tersirat, kau carilah.
Kau carilah, kawan, kau carilah
aku sendiri sedang sibuk
mencari sebuah erti isteri yang hanyut
dan setakat ini yang kutemui
hanya tangan kiri
yang tersangkut di puncak pohon kelapa
dan masih tersarung di jari manisnya
cincin perkahwinan kami.
Kuala Lumpur, 15.1.2005, 7:34 pm.
Ons Untoro
foto: A. Sartono
Latest News
- 27-11-14
Misbar Kineforum Sug
Program Misbar, kerja sama Kineforum dan Dewan Kesenian Jakarta memasuki tahun kedua. Bioskop temporer hasil desain Bob Anzac Perwira dan Gerrits SBC... more » - 27-11-14
SMA I Temon Berfoto
Bagi mereka berfoto dengan tamu asing (bule) mungkin merupakan kesempatan yang langka. Terpaksalah tamu asing tersebut melayani mereka untuk berfoto... more » - 27-11-14
Pak Tatang Terbang d
Buku ini merupakan buku cerita untuk anak-anak dengan bahasa yang sangat ringan. Mengisahkan seekor anak perkutut yang diberi nama Manyul dan... more » - 26-11-14
Ngayogjazz yang Wang
Tagline tersebut adalah bentuk representasi dari bunyi kendang yang merupakan intro. Intro di sini merupakan sebuah proses untuk membuka atau memulai... more » - 26-11-14
Durung Tekan Titi Ma
Pepatah ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa semua ada saatnya. Semua kehidupan di dunia ini sesuai dengan timing atau waktunya. Pada sisi ini... more » - 26-11-14
Kamus Bahasa Melayu
Perpustakaan Tembi mengoleksi buku-buku maupun naskah kuno, yang terbuka bagi siapa pun untuk membacanya. Salah satu koleksinya adalah buku berupa... more » - 25-11-14
Anak-anak SD Suryodi
Anak-anak ini cukup heboh bertanya dan berfoto saat berada di dalam ruang Madyosuro yang menyimpan ikon budaya Jawa, seperti keris, tombak, batik,... more » - 25-11-14
Karte Wardaya, Meluk
Di usianya yang ke-48 Karte semakin mantap dengan jalan melukis. Ia bisa menjalani profesinya di rumah, mempunyai lebih banyak waktu bergaul dengan... more » - 25-11-14
Puntadewa adalah Keb
Pada umumnya Puntadewa dianggap tokoh baik, berwatak suci, berbudi halus, sabar, berbelas kasih, setia, tidak mau mengecewakan orang lain, dan tulus... more » - 24-11-14
Diskusi Novel Meja 1
Setelah diluncurkan dalam acara Sastra Bulan Purnama Senin malam 10 November 2014, novel ‘Meja 17’ karya Irwan Abu Bakar, sastrawan Malaysia,... more »