Majalah Kejawen Mengupas Asal-usul Motif Gondosuli
Author:editorTembi / Date:05-01-2015 / Untuk menyamarkan motif Parangrusak tersebut dibuatlah motif Gondosuli yang menghilangkan ornamen atau hiasan mlinjon (seperti pedang dalam motif Parangrusak). Sehingga dalam motif Gondosuli yang dominan adalah hiasan lung-lungan daun dan bunga tiga kelopak.
Batik Tradisional Motif Gondosuli di Majalah Kajawen 1937
Bagi masyarakat Jawa yang paham akan motif batik dan filosofinya, tentu sudah tidak asing lagi dengan motif Gondosuli (aslinya dari bahasa Jawa: Gandasuli). Ada sejarah menarik tentang munculnya motif ini di masyarakat Jawa, terutama di akhir abad ke-19 tepatnya di tahun 1880-an. Kisah ini disampaikan oleh Biyang Sri dalam sebuah majalah berbahasa dan beraksara Jawa, yaitu Majalah Kajawen yang terbit di Nomor 94 tanggal 24 November 1937.
Hingga menjelang akhir abad ke-19, bagi masyarakat Jawa, terutama di wilayah Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta), pada umumnya masih mematuhi larangan menggunakan motif-motif tertentu, misalnya motif parang-parangan (Parangrusak, Parangklithik, Parangbarong, dll). Motif tersebut hanya berhak digunakan oleh raja dan “sentana dalem” beserta para bangsawan lainnya. Para “kawula alit” atau rakyat jelata tidak berani memakai kain bermotif parang, termasuk motif Parang Gondosuli, karena memang menjadi larangan dipakai oleh para kawula alit.
Begitu pula dengan kain batik motif garis miring (diagonal), pada zaman itu sangat dijauhi oleh kawula alit di kedua daerah tersebut. Rakyat biasa yang kepergok memakai motif tersebut, apalagi ketika memakainya di tempat umum, seperti alun-alun atau memasuki wilayah baluwarti (jeron beteng kerajaan), jika ketahuan oleh para abdi dalem yang sedang berjaga (caos) maka rakyat yang mengenakan motif tersebut bisa ditangkap dan didenda. Namun hal itu menjadi perkecualian bagi rakyat “mancanegara” atau luar kerajaan termasuk rakyat pesisir, yang memang mereka tidak tahu tentang larangan itu di wilayah kedua kerajaan tersebut.
Sampul Depan Majalah Kajawen Bulan November 1937
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk menyamarkan motif Parangrusak tersebut dibuatlah motif Gondosuli yang menghilangkan ornamen atau hiasan mlinjon (seperti pedang dalam motif Parangrusak). Sehingga dalam motif Gondosuli yang dominan adalah hiasan lung-lungan daun dan bunga tiga kelopak. Namun susunan garis diagonal (bergaris miring) masih dipertahankan dengan latar hitam. Penyamaran motif baru inilah yang akhirnya tidak dilarang dipakai oleh rakyat kecil pada umumnya. Menurut Biyang Sri, penyamaran itulah yang akhirnya dimunculkan motif Gondosuli, yang artinya berbau tidak enak atau istilah Jawanya: langu.
Motif Batik Parang Gondosuli versi Batik Bantul DIY
Kain jarit motif Gondosuli termasuk kain yang bersifat kalem, maka ketika dipakai untuk berbusana, harus disesuaikan dengan busana lainnya yang bersifat kalem pula, sehingga dari situ terlihat sifat kesederhanaan dan kesahajaannya.
Suwandi
Bale Dokumentasi Naskah KunoLatest News
- 14-01-15
Susi Duyung dalam As
Susi Pujiastuti yang dihadirkan sebagai seekor duyung, dengan membawa senjata api dan pakaian siap perang, seolah memang sedang melawan kompleksitas... more » - 14-01-15
Kisah Perubahan-peru
Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui dinamika Kota Yogyakarta sepanjang 1880 – 1930, juga akibat-akibat yang ditimbulkan dari perubahan itu... more » - 14-01-15
Makam Sultan Agung d
Foto yang ditampilkan ini berasal dari reproduksi buku berjudul Masdjid dan Makam Doenia Islam yang diterbitkan oleh Balai Poestaka Batavia tahun... more » - 13-01-15
Patung Baru Prajurit
Patung-patung prajurit itu juga dilengkapi dengan keterangan yang menjelaskan apa atau siapa prajurit tersebut. Melihat keseragaman format patung-... more » - 13-01-15
Aneka Warangka Keris
Warangka keris yang dikenal oleh masyarakat Jawa, dan juga oleh masyarakat Madura dan Bali, memiliki tiga macam bentuk dasar, yaitu ladrang, gayaman... more » - 13-01-15
‘Kata Hati’ dari Teg
Ditemani dua pemain gitar dan seorang penyanyi bernama Yolla Pemela, Bontot Sukandar berselang-seling dengan Yolla antara menyanyi dan membacakan... more » - 12-01-15
Narayana (1)
Narayana diharuskan untuk berpetualang mengamalkan ilmu yang telah didapat, dengan menolong yang lemah serta membela yang teraniaya. Dalam kisah... more » - 12-01-15
Pasinaon Basa Jawa K
Ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k = bahasa... more » - 12-01-15
Sumber Kemuning di K
Sunan Kalijaga yang menjadi salah satu penasihat spiritual Panembahan Senopati akan melakukan sembahyang, namun ia kesulitan untuk mendapatkan air... more » - 10-01-15
Membincang UU ITE di
Pembicara maupun peserta menginginkan peninjauan ulang UU ITE tersebut. Pasalnya, telah cukup banyak orang terjerat hukum oleh adanya UU ITE ini.... more »