Bagong Mbangun Desa: Manunggaling Kawula Gusti di Padukuhan Pranti Bantul
Oleh: Herjaka HS - 6 0 Facebook - Twitter - Pinterest - WhatsAppKabar gembira tentunya, bagi semua dalang, pengrawit, pesinden, wiraswara, budayawan dan pemerhati seni pakeliran pedalangan khususnya, saat Presiden Joko Widodo mencanangkan 7 November menjadi Hari Wayang Nasional. Pencanangan tersebut sebagai respons positif atas keputusan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB melalui Badan Pendidikan dan KebudayaanUNESCO yang menetapkan bahwawayang asli Indonesia sebagaiwarisan budayadunia yang tak ternilai dalam seni bertutur atau Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tanggal 7 November 2003.
Dalam upaya memeriahkan Hari Wayang Nasional, Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul bekerja sama dengan Persatuan Pedalangan Komda II Bantul dan masyarakat Padukuhan Pranti menggelar pegelaran wayang di kulit semalam suntuk di Dusun Pranti, Gadingharjo, Sanden, Bantul. Lakon yang dipilih adalah ‘Bagong Mbangun Desa’ dengan dalang Ki Bambang Wiji Nugroho atau Bambang Sri Lungit.
Saat ditemui sebelum pentas, dalang yang lahir di Bantul pada 1977 itu mengatakan bahwa lakon yang akan digelar ini menggambarkan semangat kegotong-royongan yang masih hidup dan dihidupi oleh masyarakat tingkat dusun. Seperti diketahui bahwa Bagong yang bertempat tinggal di Padukuhan Karang Kadempel berniat membangun dusunnya. Niat tersebut didukung oleh Semar sebagai orangtuanya. Sehingga untuk sementara waktu Semar tidak sowan ke Negara Ngamarta. Hal tersebut tidak menjadikan para pepundhen marah, tetapi justru sebaliknya, mereka malahan datang ke Karang Kadempel ngaruhake keadaan Semar dan anak-anaknya.
Pemandangan yang jarang terjadi pada jejer pertama, saat Puntadewa, Batara Kresna, Baladewa, Wrekudara, Harjuna menghadap Semar untuk menyatakan dukungannya dalam membangun dusun. Manunggaling kawula Gusti tidak sekadar menjadi wacana kosong tetapi mampu diwujud-nyatakan oleh para pepunden Ngamarta, Ndarawati dan Mandura. Tentu saja kedatangan mereka, selain memberi restu, juga memberi sarana konkrit agar pembangunan dusun segera terwujud. Tidak hanya pembangunan secara fisik tetapi juga pembangunan nonfisik.
Cerita Bagong Mbangun Desa adalah cerita rekaan yang ringan dengan misi sederhana dan jelas. Intinya bahwa segala usaha, jika dilakukan dengan semangat gotong-royong, manunggaling kawula lan Gusti, niscaya dapat terwujud.
Konten Terkait: Obrolan Ringan dalam Bahasa Jawa Dialek PekalonganYang menjadi istimewa dari pegelaran wayang malam itu adalah bahwa apa yang dikisahkan di pakeliran terjadi pula di kehidupan nyata. Hadirnya pemimpin Dwarawati, Mandura dan Ngamarta untuk memberi support Bagong dalam membangun dusunnya di Karang Kadempel, dibarengi dengan hadirnya para pemimpin di Dusun Pranti tempat pegelaran wayang diselenggarakan, di antaranya; Bupati Bantul Drs H Suharsono, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Nugroho Eko Setyanto SSos MM, Camat Sanden Slamet Santosa SIP, Lurah Gadingharjo Aan Indranursanta SS, DPRD Jumirin, Kapolsek Sanden AKP Tukirin.
Senyampang ada kesempatan, keluhan warga mengenai penerangan jalan disampaikan oleh Ki Bambang Wiji kepada Bapak Bupati pada adegan limbukan. Bapak Harsono pun merespons langsung keluhan warga, serta menyarankan agar mengajukan proposal untuk segera diproses. Yang hadir pun bertepuk tangan, sebagai tanda puas dengan tanggapan orang nomor satu di Bantul itu. Jika antara pemimpin dan rakyatnya manunggal bersatu, tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat diatasi dan diwujudkan.
Hal tersebut bukan berarti bahwa semuanya berjalan dengan mulus, tanpa kendala serta hambatan, seperti digambarkan pada jejer pertama datangnya ‘Raja Sabrang’ yang ingin mengganggu proses pembangunan di Karang Kadempel adalah hambatan yang perlu disingkirkan bersma-sama. Jika pimpinan dan rakyat, gusti dan kawula manunggal bersatu bahu-membahu dapat dipastikah bahwa semua hambatan dapat diatasi dengan mudah.
Manunggaling Kawula Gusti tidaklah sekadar slogan kosong, tetapi dapat dihidupkan dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya di Padukuhan Pranti, Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Melalui pagelaran wayang yang telah ia geluti sejak 1993 saat dirinya masih duduk dibangku SMP kelas I, Ki Bambang Wiji Nugroho putra dari Broto Sutrisno yang adalah adik kandung dari Ki Hadi Sugito berhasil menjadi mediator antara pemimpin dan kawula, antara Pak Bupati dan masyarakat Pranti, sehingga masalah penerangan jalan yang menjadi prioritas pembangunan dusun segera teratasi.